All Chapters of Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan): Chapter 101 - Chapter 110

145 Chapters

Bab 101: Teringat Viona Terus Menerus

Bisnis kuliner sangat erat hubungannya dengan kepercayaan konsumen. Kabar keracunan ini sudah pasti mengurangi tingkat kepercayaan konsumen. Apalagi beritanya sudah viral di media sosial.Sekarang semua tim sedang bekerja keras menyelidiki bagaimana keracunan itu bisa terjadi sebelum hujatan makin meluas dan berakibat buruk pada merek The Union yang tersebar di sepuluh kota."Tuan, kita sudah sampai."Alfie membuka mata dan menyapukan pandangan ke sekelilingnya.Rupanya dia sempat tertidur hingga tidak menyadari mobil sudah berhenti di pelataran sebuah hotel bintang lima.Alfie keluar dari mobil lalu berjalan cepat memasuki lobi hotel dan menghampiri resepsionis untuk memesan presidential suite untuk malam ini.Alfie sempat menangkap tatapan kekaguman dari resepsionis hotel yang dia abaikan. Toh dia sudah bisa melihat ekspresi kekaguman seperti itu.Hanya satu orang yang tidak pernah menatapnya dengan kagum dan penuh damba seperti itu. Viona.Ah, sial! Kenapa pikirannya malah tertuju
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 102: Panggil Viona saja

Semuanya berjalan seperti seharusnya. Faradita jelas tahu apa yang harus dia lakukan. Sialnya, Alfie sama sekali tidak merasakan apa yang seharusnya dia rasakan.Seharusnya dia merasakan gelenyar familiar itu di sekujur tubuhnya. lya, kan? Atau minimal miliknya akan bereaksi sedikit. Tetapi tidak ada apa pun yang terjadi.Bahkan bayangan Viona yang coba Alfie munculkan dalam benaknya juga tidak berarti apa-apa. Tubuhnya seolah menolak stimulus yang dikirim oleh otaknya.Sampai lima belas menit berlalu, rahang Faradita mulai kebas dan pegal. Sialnya, Alfie masih tidak merasakan apa-apa. Lelaki itu akhirnya kesal dan mendorong Faradita menjauh."Pergilah!" usirnya. "Aku akan tetap membayar jasamu. Tapi tidak ada tips untuk malam ini.""Tapi, Tu-""Aku bilang pergi!" desis Alfie tajam dengan tatapan mematikan.Faradita yang ketakutan melihat perubahan ekspresi Alfie, buru-buru meraih tasnya yang tergeletak di lantai dan kabur dari sana bahkan tanpa pamit.Alfie mengerang frustrasi dan me
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 103: Malah Mengamati Viona

Bu Retno tampak gugup. Dia lupa Alfie tidak tahu Viona sudah kembali ke Jakarta. "Eh, itu, Tuan. Sebenarnya Mbak Viona sempat memberi kabar pada Ibu kalau dia kembali ke Jakarta.""Bu Retno masih berhubungan dengan Viona?" desisnya tajam.Bu Retno menggeleng panik. "Bukan begitu, Tuan. Waktu itu saya hanya ingin memberitahu kalau Den Sabda baik-baik saja."Jika bukan karena Sabda yang meronta-ronta, Alfie mungkin akan lanjut menginterogasi Bu Retno. Alfie beralih menenangkan bayi itu dengan menepuk-nepuk pelan bokongnya."Bagaimana, Tuan?" desak Bu Retno tak sabar.Ego Alfie tentu saja menolak usul Bu Retno. Tetapi Padma ikut berteriak dalam benaknya. "Panggil dia, Al. Persetan dengan egomu itu. Kamu tidak mau Sabda bernasib sama seperti Cyntia, kan?"Alfie diserang rasa bimbang.Di satu sisi dia tidak ingin melihat Viona lagi. Tetapi di sisi lain, dia harus mengakui hanya Viona yang bisa menenangkan Sabda."Tuan?"Di tengah-tengah tangisan Sabda yang kian membahana, kebutuhan biologi
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 104: Biarkan Aku Merawatnya

Saat Alfie terbangun keesokan paginya, Viona dan Sabda sudah tidak ada di dalam kamar. Setelah mencuci muka dengan terburu-buru, dia keluar dan mencari mereka berdua.Alfi baru bisa menghela napas lega setelah melihat Viona berada di taman kecil lantai satu untuk menjemur Sabda sambil memberinya susu.Apa Viona sempat tidur semalam?Apa dia tidak merasa lelah terus menggendong Sabda?Setidaknya berat bayi itu sudah delapan kilo sekarang. Untuk perempuan semungil Viona, bayi itu pasti berat sekali."Kenapa kamu tidak bertanya sendiri pada Viona?" tanya Padma dalam benaknya."Cih! Aku tidak ingin tahu apa pun tentang perempuan itu." Alfie berkelit. "Aku hanya memastikan dia tidak menjatuhkan Sabda karena terlalu lelah."Padma berdecak sinis. "Sudah tahu barangmu tidak bisa berdiri begitu, masih saja belagu. Ego tidak akan membuat barangmu berdiri lagi, Al . Memalukan saja!""Hei, semalam aku kelelahan!" Alfie membela diri.Sial, dia jadi malu kalau mengingat kejadian tadi malam. Selama
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 105: Berbeda dengan Kakaknya

"Tidak bisa! Sabda tidak boleh keluar dari rumahku." Alfie bersikeras. "Lagipula kamu tidak punya pekerjaan untuk bisa menghidupi Sabda dengan layak. Akan kamu beri apa dia? Air tajin?"Viona kembali mendesah panjang. Dia memang belum punya penghasilan berhubung dia masih pengangguran.Dari sekian puluh lamaran yang dia kirimkan pada berbagai perusahaan, belum ada satu pun panggilan wawancara untuknya. Untuk hal yang satu itu, dia tidak bisa mengelak.Tadinya, Viona akan meminta hak asuh Sabda setelah dia mendapatkan pekerjaan dengan gaji memadai. Tetapi setelah melihat Sabda sakit seperti ini, dia tidak bisa menunggu lebih lama."Kalau begitu izinkan aku menjenguk Sabda sesukaku." Viona mencoba menawar. Hanya itu pilihan terakhir yang dia punya. "Kamu tidak ingin Sabda terus sakit karena merindukanku, kan?""Dia tidak merindukanmu.""Buktinya dia langsung tenang begitu aku datang,” balas Viona telak. Menghadapi seorang lelaki dengan ego setinggi langit diperlukan strategi khusus deng
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 106: Ingin Bertemu dengan Padma

Urusan di Surabaya tidak berjalan lancar seperti yang Padma harapkan. Alih-alih menerima kedatangannya dan Mandala, keluarga korban mengusimya saat itu juga.Bantuan yang hendak diserahkan pun, ditolak mentah-mentah hingga Padma tak punya pilihan selain pergi dari rumah itu dengan perasaan gelisah.Sedangkan penyelidikan dari rekaman CCTV belum membuahkan hasil. Tidak ada yang mencurigakan di dapur hari itu. Pesanan pelanggan dimasak dan diantarkan sesuai SOP yang berlaku.Semua pegawai yang bekerja di dapur, termasuk head chef, sudah dimintai keterangan dan sejauh ini belum ada yang dijadikan sebagai tersangka.Kasus ini belum menemui titik terang, tetapi efek yang ditimbulkan sudah luar biasa. Dari cabang The Union yang tersebar di sepuluh kota, enam di antaranya sudah mengalami penurunan drastis hari ini.Dari rumah korban meninggal, Padma dan Mandala mengunjungi korban yang kritis di rumah sakit. Satu diantaranya sudah melewati masa kritis. Sedangkan dua lainnya yang belum ada per
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 107: Akan Rujuk?

Viona meregangkan tubuhnya yang terasa pegal setelah menggendong Sabda. Bayi itu sudah lebih tenang dan bisa diletakkan di atas tempat tidur setelah suhu tubuhnya terus menurun."Mbak Viona jalan-jalan dulu saja biar nggak bosan," nasehat Bu Retno yang iba melihat Viona yang terlihat lelah karena terus menggendong Sabda seharian ini.Bayi itu sama sekali tidak mau lepas dari Viona dan selalu menolak saat dia mencoba menggendongnya. Jadilah Viona hampir tidak bisa istirahat dengan tenang."Iya, Bu. Saya mau ke kantin dulu, ya. Mau cari kopi biar nggak ngantuk."Bu Retno tertawa kecil lalu mengangguk pada Viona yang berjalan keluar kamar. Suasana di luar kamar cukup sejuk karena hujan baru saja berhenti.Sambil berjalan menuju kantin rumah sakit, Viona menghirup dalam-dalam aroma petrikor yang menguar di udara dan bercampur dengan aroma karbol. Rasanya cukup menenangkan.Sebuah panggilan yang menyerukan namanya membuat langkah Viona terhenti. Dia memutar tubuh dan mendapati Mandala berj
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 108: Pertemuan Menegangkan

Sepanjang perjalanan ke kantor, Padma sudah membayangkan bagaimana wajah Devita dan seperti apa penampilannya.Apa dia glamor seperti dan suka berdandan seperti Ghina? Atau justru tipikal pegawai kantoran dengan style membosankan?Begitu sampai di kantor dan berhadapan langsung dengan Ghina, Padma baru sadar perempuan paruh baya itu sama sekali tidak sama seperti bayangannya."Selamat malam, saya Padma." Padma mengulurkan tangan yang disambut Devita dengan senyum hangat dan mata berkaca-kaca."Saya Devita."Devita sama sekali jauh berbeda dengan Ghina atau ibu rumahan yang pernah Padma temui.Segala hal yang melekat di tubuhnya memang benda-benda bermerek dengan harga yang fantastis, tetapi sikap perempuan itu sangat membumi.Senyumnya hangat dan tulus tanpa tatapan meremehkan seperti yang sering Ghina layangkan pada orang yang baru ditemui. Perempuan paruh baya itu juga sangat jauh dari kata membosankan.Devita juga masih terlihat sangat menarik meski usianya tak lagi muda dan kilat
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 109: Saudara Tiri Padma

Jawaban atas pertanyaan Padma adalah gelengan muram. "Mas Arya memblokir semua akses komunikasi hingga saya tidak bisa memberitahunya tentang kehamilan saya."Padma terkulai lemas. Jadi dia memang benar punya saudara tiri seperti yang diberitakan oleh media? Kenapa baru sekarang dia mengetahui hal ini?"Waktu itu karir politiknya baru dimulai dan dia juga baru diserahi tampuk kepemimpinan di perusahaan milik ayahnya. Kalau kabar ini terendus oleh media, karinya pasti langsung kandas."Itu sebabnya dia selalu dikawal ke mana-mana hingga saya tidak bisa mendapat kesempatan untuk bicara."Wajah Devita terlihat tegar. Bahkan nada bicaranya tetap tenang selama cerita itu meluncur dari bibirnya. Tetapi hatinya masih terasa sakit ketika teringat apa yang terjadi puluhan tahun lalu.Dengan hati sesak, Devita melanjutkan ceritanya. "Saya melahirkan anak kembar beberapa bulan kemudian, dan sampai sekarang Mas Arya belum tahu apa yang terjadi.""Itu artinya ibu saya juga tidak tahu?"Devita meng
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 110: Hanya Pencitraan

“Aku akan membunuhnya. Aku akan meledakkan kepalanya hingga hancur.""Aku mohon jangan bunuh dia, Al. Balas dendam hanya akan menimbulkan masalah baru. Kita hanya harus bicara pada Khadafi.""Kamu pikir aku akan diam saja setelah tahu Khadafi adalah dalang di balik pembunuhan Yuanita? Pembunuh suruhannya hampir membunuh Viona juga, for God's sake!" Alfie meraung tak terima."Dia bahkan sengaja menjadi tetangga Viona, Padma. Dia adalah psikopat yang sebenarnya. Aku yakin dia juga dalang di balik kebakaran yang terjadi di Bandung dan keracunan konsumen kita di Surabaya."Padma menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya yang muram"Mungkin dia menganggap aku adalah anak beruntung karena dibesarkan papa dengan penuh kasih sayang. Dan bukan salah Khadafi jika dia berpikir seperti itu."Selama ini pencitraan papa di depan publik nyaris sempurna. Dia selalu membanggakanku dalam setiap wawancara. Seolah aku adalah anak kebanggaannya. Seakan pernikahannya sangat bahagia. Padahal itu semua h
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status