Share

Bab 107: Akan Rujuk?

Penulis: Nhaya_97
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 12:06:52

Viona meregangkan tubuhnya yang terasa pegal setelah menggendong Sabda. Bayi itu sudah lebih tenang dan bisa diletakkan di atas tempat tidur setelah suhu tubuhnya terus menurun.

"Mbak Viona jalan-jalan dulu saja biar nggak bosan," nasehat Bu Retno yang iba melihat Viona yang terlihat lelah karena terus menggendong Sabda seharian ini.

Bayi itu sama sekali tidak mau lepas dari Viona dan selalu menolak saat dia mencoba menggendongnya. Jadilah Viona hampir tidak bisa istirahat dengan tenang.

"Iya, Bu. Saya mau ke kantin dulu, ya. Mau cari kopi biar nggak ngantuk."

Bu Retno tertawa kecil lalu mengangguk pada Viona yang berjalan keluar kamar. Suasana di luar kamar cukup sejuk karena hujan baru saja berhenti.

Sambil berjalan menuju kantin rumah sakit, Viona menghirup dalam-dalam aroma petrikor yang menguar di udara dan bercampur dengan aroma karbol. Rasanya cukup menenangkan.

Sebuah panggilan yang menyerukan namanya membuat langkah Viona terhenti. Dia memutar tubuh dan mendapati Mandala berj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 108: Pertemuan Menegangkan

    Sepanjang perjalanan ke kantor, Padma sudah membayangkan bagaimana wajah Devita dan seperti apa penampilannya.Apa dia glamor seperti dan suka berdandan seperti Ghina? Atau justru tipikal pegawai kantoran dengan style membosankan?Begitu sampai di kantor dan berhadapan langsung dengan Ghina, Padma baru sadar perempuan paruh baya itu sama sekali tidak sama seperti bayangannya."Selamat malam, saya Padma." Padma mengulurkan tangan yang disambut Devita dengan senyum hangat dan mata berkaca-kaca."Saya Devita."Devita sama sekali jauh berbeda dengan Ghina atau ibu rumahan yang pernah Padma temui.Segala hal yang melekat di tubuhnya memang benda-benda bermerek dengan harga yang fantastis, tetapi sikap perempuan itu sangat membumi.Senyumnya hangat dan tulus tanpa tatapan meremehkan seperti yang sering Ghina layangkan pada orang yang baru ditemui. Perempuan paruh baya itu juga sangat jauh dari kata membosankan.Devita juga masih terlihat sangat menarik meski usianya tak lagi muda dan kilat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 109: Saudara Tiri Padma

    Jawaban atas pertanyaan Padma adalah gelengan muram. "Mas Arya memblokir semua akses komunikasi hingga saya tidak bisa memberitahunya tentang kehamilan saya."Padma terkulai lemas. Jadi dia memang benar punya saudara tiri seperti yang diberitakan oleh media? Kenapa baru sekarang dia mengetahui hal ini?"Waktu itu karir politiknya baru dimulai dan dia juga baru diserahi tampuk kepemimpinan di perusahaan milik ayahnya. Kalau kabar ini terendus oleh media, karinya pasti langsung kandas."Itu sebabnya dia selalu dikawal ke mana-mana hingga saya tidak bisa mendapat kesempatan untuk bicara."Wajah Devita terlihat tegar. Bahkan nada bicaranya tetap tenang selama cerita itu meluncur dari bibirnya. Tetapi hatinya masih terasa sakit ketika teringat apa yang terjadi puluhan tahun lalu.Dengan hati sesak, Devita melanjutkan ceritanya. "Saya melahirkan anak kembar beberapa bulan kemudian, dan sampai sekarang Mas Arya belum tahu apa yang terjadi.""Itu artinya ibu saya juga tidak tahu?"Devita meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 110: Hanya Pencitraan

    “Aku akan membunuhnya. Aku akan meledakkan kepalanya hingga hancur.""Aku mohon jangan bunuh dia, Al. Balas dendam hanya akan menimbulkan masalah baru. Kita hanya harus bicara pada Khadafi.""Kamu pikir aku akan diam saja setelah tahu Khadafi adalah dalang di balik pembunuhan Yuanita? Pembunuh suruhannya hampir membunuh Viona juga, for God's sake!" Alfie meraung tak terima."Dia bahkan sengaja menjadi tetangga Viona, Padma. Dia adalah psikopat yang sebenarnya. Aku yakin dia juga dalang di balik kebakaran yang terjadi di Bandung dan keracunan konsumen kita di Surabaya."Padma menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya yang muram"Mungkin dia menganggap aku adalah anak beruntung karena dibesarkan papa dengan penuh kasih sayang. Dan bukan salah Khadafi jika dia berpikir seperti itu."Selama ini pencitraan papa di depan publik nyaris sempurna. Dia selalu membanggakanku dalam setiap wawancara. Seolah aku adalah anak kebanggaannya. Seakan pernikahannya sangat bahagia. Padahal itu semua h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 111: Wajah Letih yang Tak Biasa

    "Ya, semuanya bohong demi menunjang reputasinya di depan publik. Bahkan jika ada wartawan meliput ke rumah kami, papa sudah wanti-wanti dari jauh-jauh hari agar saya dan mama mengatakan hal yang baik-baik saja.”Padma menunduk. Sementara Devita memijat pelipisnya dengan satu tangan sambil mendesah berat. Apa yang terungkap malam ini benar-benar menjadi pukulan berat bagi semuanya."Papa bahkan tidak pernah mendukung cita-cita saya sebagai chef. Saya susah payah mencari sponsor dan bekerja paruh waktu di Prancis untuk bisa memenuhi kebutuhan saya di sana."Padahal papa selalu mengatakan 'bangga' karena saya berhasil menjadi chef andal dan memiliki start up kuliner di usia muda. Tetapi ini semua hanya kebohongan belaka."Sekarang mereka berdua tahu, tragedi ini bermula dari Arya yang tidak pantas disebut sebagai suami dan ayah. Karena lelaki itu juga, ada nyawa yang terbuang sia-sia dan begitu banyak penderitaan yang ditimbulkan."Saya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah at

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 112: Jangan Marah

    "Apa kamu selalu melakukan ini?"Viona yang tengah mengobati luka di buku-buku tangan Alfie sontak mendongak. "Melakukan apa?"Alfie menunjuk dengan dagunya. "Mengobati luka orang lain dengan telaten."Viona kembali meniup luka Alfie yang baru saja dia bersihkan sebelum menutupnya dengan perban. Tadi dia sempat menemui perawat dan meminta peralatan untuk membersihkan luka.Alfie kembali merasakan desir di dada saat Viona meniup lukanya dengan telaten.Apa luka memang harus ditiup seperti itu? Entahlah. Tetapi rasanya nyaman juga. Mungkin Alfie harus sering membuat luka di tangan agar Viona bisa meniupnya.Alfie menggeleng. Buru-buru mengusir pemikiran yang sungguh aneh dan tidak masuk akal itu. Ada apa, sih, dengan otaknya ini? Sejak kemarin sepertinya sedikit eror."Setahuku, ini yang dilakukan orang normal, Al. Membantu orang lain yang membutuhkan bantuan.""Apa menurutmu aku butuh bantuan?"Pertanyaan itu kembali membuat Viona mendongak. Alfie menatapnya lekat, tetapi kali ini tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 113: Tidak Mudah Memberimu Maaf

    "Entah berapa lama aku menghajar lelaki itu. Anaknya hanya bisa diam. Lalu setelah orang itu terkapar, anak itu menatapku dan berkata, "Terima kasih, Om. Tadi saya mau dicekik karena uang hasil mengamen dipalak oleh preman". Kamu bisa bayangkan, Vio?"Viona bisa merasa matanya memanas setelah mendengar cerita Alfie. Dia membayangkan betapa tidak berdayanya anak itu saat Alfie datang dan menghajar ayahnya."Kamu pasti berpikir orang tua tidak akan menyakiti anaknya, kan? Kenyataannya, ada banyak orang tua di dunia ini yang tidak pantas disebut sebagai orang tua. Dan anak-anak yang belum bisa melawan, hanya bisa menerima itu semua."Walau dia sendiri terlahir dari keluarga yang sangat harmonis, tetapi Viona sendiri sering mendengar berita kekerasan terhadap anak. Apa yang Alfie katakan memang benar.Terkadang rumah dan orang tua justru menjadi tempat yang paling membahayakan untuk anak."Tapi jangan khawatir, aku memanggil ambulans dan mengirim lelaki bajingan itu ke rumah sakit. Aku ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 114: Bunga untuk Viona

    "Kamu tidak bisa menunggu sampai Sabda bangun?"Dahi Alfie mengerut tidak suka melihat Viona membereskan barang-barangnya. Demi Tuhan, ini masih jam tiga pagi. Viona bahkan hampir tidak tidur karena mereka baru selesai bicara jam setengah tiga."Pagi ini aku wisuda, Al. Jam tujuh pagi pintu auditorium sudah ditutup. Aku tidak mau terlambat.""Wisuda, ya." Alfie menggumam. Masih dengan pandangan tertuju pada Viona yang sedang memastikan barangnya tidak ada yang tertinggal.Perempuan itu mendekat ke atas tempat tidur, lalu mengecup kening dan pipi Sabda berulang kali. Bayi itu hanya menggeliat, lalu melanjutkan tidur sambil memeluk guling kesayangannya."Kabari aku kalau kalian sudah pulang. Aku mungkin akan berkunjung ke rumahmu besok," ujar Viona setelah berbalik menghadap Alfie. Di bahunya tercangklong ransel besar yang sepertinya cukup berat.Alfie bangkit lalu menarik ransel Viona dari bahunya. Perempuan itu menolak dan menepis tangan Alfie dengan keras."Kamu bilang ini yang dilak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bab 115: Konferensi Pers

    "Oh." Dengan gamang Viona mengambil buket itu dari tangan Mandala karena tidak ingin mengecewakannya. "Terima kasih, Mas."Sejujurnya dia tidak berharap ada yang memberinya buket bunga. Tetapi tidak etis juga rasanya jika menolak buket bunga sebagus ini. Siapa tahu Mandala sudah susah payah memilihnya."Mau makan siang bersama? Atau kamu menunggu sesorang?"Viona yang sedang mencium aroma bunga yang segar di tangannya sontak mendongak pada Mandala. "Nggak, sih. Tapi aku mau ke makam Kak Nita sekarang."Mandala melihat jam di pergelangan tangannya. Dia hanya punya waktu dua jam sebelum kembali ke kantor karena pekerjaannya belum selesai.Dia sengaja mencuri waktu agar bisa mengunjungi Viona yang diwisuda. Bahkan dia sendiri yang memilih buket bunga meski tidak tahu apa bunga kesukaan Viona."Bagaimana kalau kita makan siang dulu? It's on me. Anggap saja sebagai hadiah kelulusan kamu.""Tapi-""Please," sela Mandala penuh harap. "Aku harus kembali ke kantor dalam waktu satu jam."Tak pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Pemandangan yang Indah

    Terdengar helaan napas yang begitu berat dari seberang. Viona tidak tahu apa yang membuat Alfie begitu lama mengatakan jawabannya. Tetapi anehnya dia tetap menunggu."Aku menyukaimu, Viona. I really do. Butuh waktu lama bagiku untuk mendefinisikan perasaan ini. Kamu sendiri sudah tahu bahwa segala hal tentangmu adalah rasa yang baru."Ada jeda lagi. Sementara Viona membeku di kursi begitu mendengar pernyataan Alfie."Tapi kemudian aku sadar satu hal, aku terpacu untuk berubah menjadi lebih baik setelah mengenal kamu. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya."Aku bahkan tidak peduli jika seluruh dunia membenciku. Tapi aku sangat marah ketika kamu mengatakan muak dengan sikapku. Aku tidak ingin kamu memandangku seperti itu. Aku ingin kamu memandangku sebagai lelaki yang baik, Didit."Suara Alfie terdengar bergetar dan entah kenapa Viona makin merasakan kesepian, kesendirian dan kesedihan yang Alfie tanggung."Aku benar-benar serius saat mengatakan aku tidak suka melihatmu dengan

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Belum Tahu Alasannya

    Kepalang tanggung. Meski tidak mengerti mengapa mulutnya mengucapkan ajakan untuk menikah lagi, Tetapi Alfie tidak bisa mundur sekarang.Kalimat itu mungkin terdengar impulsive bagi Alfie, tetapi setelah mengatakannya secara langsung di hadapan Viona, sakit di kepalanya mendadak menguap.Begitu juga dengan gelombang kemarahan yang membakar dirinya, kini mendadak surut begitu saja. Berganti dengan harapan semoga Viona mau kembali padanya.Viona mengerjap, lalu menggeleng beberapa kali sebagai tanda dia tidak percaya dengan ucapan Alfie. "Dan kamu pikir aku akan mengiakan permintaanmu?""Kenapa tidak? Sabda membutuhkanmu dan aku.... membutuhkanmu juga." Lidah Alfie terasa kelu saat mengucapkan tiga kata terakhir yang baru saja keluar dari mulutnya."Kita tidak harus menikah, Al." Viona mendesah lelah. "Pernikahan kita yang kemarin adalah sebuah bencana. Kamu terus menyakitiku dan aku makin benci padamu. Tidak bisakah kita tetap seperti ini?"Kalimat itu menohok Alfie hingga dia sempat m

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Kembalilah Padaku

    Alfie terperangah.Tadi sore dia baru mendapatkan kabar dari pengacaranya bahwa gugatan perceraian yang dia ajukan dikabulkan oleh hakim. Secara hukum mereka resmi bercerai hari ini.Seharusnya Viona tidak tahu karena Alfie sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Dia juga tidak pernah datang ke persidangan. Lalu siapa yang memberitahu Viona?"Pengacaramu yang memberitahuku." Viona menjawab pertanyaan yang belum sempat terlontar dari mulut Alfie. Dia bisa melihat kebingungan di wajah Alfie."Di mata agama dan hukum, kita sudah bukan suami istri lagi. Aku berhak dekat dan pergi dengan siapa pun juga. Jadi, berhenti mengancamku atau mengatakan aku adalah milikmu. Aku benar-benar muak dengan sikapmu, Al."Viona berbalik lalu meninggalkan Alfie yang masih mematung di depan gedung. Tetapi langkahnya terhenti ketika Alfie kembali mencekal lengannya, lalu menariknya pergi dari sana."Alfie, lepas!" Viona mencoba melepaskan cekalan tangan Alfie. "Kamu menyakitiku, Al!"Tak ada yang terjadi. Jang

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Aku bukan Milikmu!

    Puluhan menit kemudian, mereka sampai di tempat resepsi. Pelataran parkir tampak dipenuhi oleh deretan mobil mewah, yang menunjukkan sang penyelenggara acara berasal dari kalangan berada."Shall we?"Viona menatap lengan Mandala yang disodorkan padanya. Atas dasar kesopanan, Viona menyelipkan tangannya di lengan Mandala sebelum melangkah masuk menuju lobi.Setelah masuk ke bagian dalam gedung, Mandala langsung mengajak Viona untuk bertemu dengan keluarganya yang duduk di area VVIP yang khusus diperuntukkan untuk keluarga.Pada keluarganya, Mandala mengenalkan Viona sebagai personal assistant. Tetapi Viona bisa menangkap pandangan berbeda yang dilayangkan keluarga Mandala, terutama kedua orang tuanya.“PA atau pacar, Mandala?" goda ibunya yang sejak tadi tak berhenti memandangi Viona dengan wajah semringah."PA, Ma," jawab Mandala sabar meski dia sudah mengatakannya tiga kali. "Daripada aku terus ditanya sama orang-orang kenapa aku kondangan sendirian, lebih baik aku ajak Viona.""Ya,

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bukan Istri Kamu lagi

    Pertengkaran dengan Alfie benar-benar merusak suasana hati Viona di sisa hari itu.Dia paham Alfie sangat bermasalah dengan emosi. Si Sumbu Pendek itu mudah meledak jika ada hal yang berjalan di luar keinginannya. Tetapi, apa dia harus selalu mengancam agar keinginannya terpenuhi?Belum lagi pilihan katanya sangat ambigu dan membuat Viona harus berpikir keras sepanjang sore. Sejak kapan dia adalah milik Alfie? Bukankah mereka sudah bercerai?"Ada masalah?"Suara Mandala membuyarkan lamunan Viona, yang tanpa sadar mematung di depan deretan gaun yang tergantung di rak. Perempuan itu menoleh dengan seulas senyum yang dipaksakan."Tidak ada, Pak," balasnya singkat."Kamu yakin? Sejak tadi kamu sering melamun."Senyum Viona kian lebar. Dia mengenyahkan berbagai macam gejolak dalam pikirannya dan mengangguk untuk meyakinkan Mandala. "Saya hanya memikirkan pekerjaan, Pak."Mandala mendekat lalu mengambil satu gaun yang sejak tadi menarik perhatiannya. Gaun peach selutut model off-shoulder de

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Kamu Milikku, Selamanya!

    Setelah itu dia keluar dan menuju ruangan Mandala. Ada yang harus dia tanyakan pada lelaki itu karena Mandala-lah yang pernah berkunjung ke aparteman Fira saat perempuan itu sakit.Begitu sampai di ruangan Mandala, dia mendengar lelaki itu sedang bicara pada Viona. Lewat pintu yang tidak tertutup rapat, Alfie bisa menangkap percakapan itu."Viona, nanti malam kamu ada acara?"Viona yang tengah mengecek jadwal Mandala untuk satu minggu ke depan sontak menoleh pada lelaki itu. "Tidak ada, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Kalau begitu temani saya ke resepsi pernikahan sepupu saya, ya? Saya tidak nyaman kalau datang sendiri. Selain itu ada beberapa vendor yang bekerja sama dengan Lion Capital yang diundang."Menganggap itu adalah bagian dari pekerjaannya sebagai PA, Viona mengangguk hormat. "Apa baju untuk nanti malam sudah disiapkan?""Belum. Nanti sore jadwal saya kosong, kan?"Viona melihat ke organizer-nya lalu mengangguk."Kalau begitu nanti sore temani saya memilih jas, ya. Sekalian

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Bicara lagi Besok

    Alfie tidak langsung menjawab. Dia memajukan bar stool-nya hingga lutut mereka bersentuhan.Viona sontak memundurkan tubuh karena terlalu dekat dengan Alfie.Namun Alfie lebih dulu menarik lengannya hingga wajah mereka nyaris bersentuhan. Viona meneguk ludah gugup begitu mata kelam Alfie memakunya, lalu turun ke bibir dan berhenti di sana.Viona haya bisa memandang Alfie dengan waspada. Jaga-jaga kalau lelaki itu mendadak menciumnya tanpa aba-aba seperti beberapa hari yang lalu."Mungkin karena aku mulai mengenalmu,” balas Alfie sangat pelan hingga Viona sempat berpikir dia salah dengar. "Kamu tidak seburuk yang aku kira. Selama ini... aku mungkin sudah salah menilaimu."Suasana yang begitu lengang di dapur membuat Viona bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berdegup lebih kencang dari biasanya. Pengakuan Alfie yang sudah lama dia tunggu akhirnya tercetus juga dari mulut lelaki itu."Kalau begitu tarik semua tuduhanmu tentang aku!" tuntut Viona. "Termasuk tuduhan bahwa aku tidu

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   How do You Know?

    Kesal pada dirinya sendiri karena tak kunjung bisa mengenyahkan bayang-bayang Alfie, Viona mematikan TV lalu bangkit dan beranjak menuju kamar.Namun baru dua langkah, dia mendengar suara dari arah ruang tamu. Sepertinya ada yang membuka pintu depan. Tubuh Viona seketika menegang.Hal pertama yang terlintas dalam benaknya adalah suara itu adalah perampok yang mencoba masuk ke rumah ini. Tetapi dia kemudia ingat bahwa rumah ini punya penjagaan yang sangat ketat.Ada dua pengawal yang berjaga di depan. Ditambah security yang berjaga di pos keamanan yang ada di depan pagar. Seharusnya tidak ada perampok yang bisa menerobos masuk.Jika bukan perampok, lalu siapa?Viona baru akan berpikir tentang apa yang harus dia lakukan saat sebuah suara berat dan serak yang familiar menyapa telinganya."Viona, kamu baik-baik saja?"Viona tersentak. Dia mengerjap saat melihat Alfie berjalan ke arahnya dengan tergesa. Dia tidak salah lihat, kan? Bukankah seharusnya Alfie masih ada di Bandung?"Are you ok

  • Pernikahan Palsu (Aku Bukan Istri yang Diinginkan)   Memikirkan apa yang Sedang Alfie Lakukan

    Persetan! Kalau dengan membayangkan Viona bisa membuatnya bergairah dan turn on, maka dia akan melakukannya. Alfie benar-benar butuh pelampiasan malam ini.Tepat saat celananya meluncur turun, ponsel Alfie yang tadi dilempar Darla ke atas tempat tidur berdering nyaring.Mengabaikan Darla yang baru saja akan menyenangkan miliknya, Alfie bergerak menuju tempat tidur lalu menyambar benda pipih itu dengan tidak sabar. Siapa tahu Viona yang meneleponnya.Darla yang sudah terlanjur bergairah, mengikuti Alfie dan mendorongnya ke tempat tidur agar dia bisa melanjutkan 'pekerjaannya'."Ada apa?" sapa Alfie kasar karena panggilan itu bukan berasal dari Viona melainkan pengawal yang dia utus untuk mendampingi perempuan itu."Nona Viona sudah sampai di rumah sejak jam delapan malam, Tuan. Tetapi ada sebuah mobil yang mengikuti kami."Alis Alfie bertaut. "Kamu memotret plat mobilnya?""Tidak, Tuan. Mobil itu berada cukup jauh dari mobil kami, tapi saya yakin dia mengikuti kami. Begitu kami masuk g

DMCA.com Protection Status