Semua Bab Rumah Angker Warisan Bapak: Bab 31 - Bab 40

89 Bab

Bab 31. Solusi Hendra

"Kami tidak peduli! Yang jelas, kami tidak akan menempati rumah itu. Titik!" seru Bambang dengan suara tegas, penuh emosi yang tertahan. Anis merasakan hawa ruangan semakin berat. Ia melirik Hendra, memberi isyarat agar pembicaraan ini segera dihentikan."Begini saja," ucap Anis dengan nada menenangkan, mencoba menurunkan ketegangan. "Kami akan berbicara dulu dengan Kartika untuk mencari jalan tengah. Setelah itu, kami akan menemui Pak Bambang kembali."Anis meraih lengan Hendra, memaksanya untuk meninggalkan ruangan. Dia tidak ingin berlama-lama di sana, terutama karena ia mulai merasakan sesuatu yang janggal. Bayangan samar di sudut mata, suara angin yang seakan berbisik, semuanya membuat bulu kuduknya berdiri. Ada sesuatu di sini, sesuatu yang tidak kasat mata, mengintai mereka.Ketika mereka tiba di ruang keluarga, suasana berbeda terasa di sana. Hendra dan Anis melihat Kartika yang sedang tertawa kecil bersama Rasya. Bayi kecil di pangkuannya, Cakra, mengoc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 32. Rumah Angker Warisan Bapak Kartika

Malam itu di RT 4 Kampung Sidodadi terasa lebih senyap dari biasanya. Garis polisi masih membentang di depan rumah warisan bapak tiri Kartika, mempertegas aura angker yang menyelimuti tempat itu. Dua pria, Amin dan Udin, berjalan pelan di jalan setapak sambil membawa senter kecil."Aku kok merinding ya, Min," bisik Udin sambil memegang tengkuknya."Kamu kayak baru kali ini ngeronda saja," balas Amin."Tapi ini beda, Min. Sejak kejadian itu, suasana kampung jadi gak enak, apalagi di depan rumah itu tuh." Tunjuk Udin. Cahaya senter di tangannya bergerak, menyapu ke arah rumah Kartika.Udin tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Min... itu apa?" Amin menatap Udin dengan malas. Sementara Udin fokus pada jendela rumah. Di sana, samar-samar, ia melihat siluet seorang wanita berambut panjang sedang duduk tertunduk.Udin memberanikan diri, melangkah mendekat, tubuhnya tiba-tiba gemetar hebat. "Ada apa, Din?" tanya Amin kesal sambil b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 33. Teman-Teman Rita

Keesokan paginya, Rita kembali mendatangi rumah Pak RT, kali ini dengan dua orang temannya. Wajah mereka tampak ceria, namun Udin yang kebetulan berada di sana justru merasa gelisah tanpa sebab."Ini teman-teman saya, namanya Ayu dan Ira," kata Rita, memperkenalkan dua wanita itu."Lho, katanya ada empat orang?" sela Udin.Rita tersenyum tipis. "Iya, awalnya ada empat. Tapi teman kami yang satu terpaksa mundur karena ibunya sakit dan dia harus merawatnya."Belum sempat Udin merespons, Pak Iman sudah menepuk pundaknya dengan gemas. "Sudah, Din. Jangan kepo! Nanti kamu malah ditertawakan mereka. Sekarang, mari, Mbak-Mbak, saya antar ke rumah kontrakan."Iman melangkah dengan sigap, memberi isyarat kepada Rita dan kedua temannya untuk mengikutinya. Di belakang, Udin hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. Ia berusaha menyembunyikan rasa kesal dengan menggerutu. 'Dasar buaya darat, sepertinya pak Iman sudah kehilangan iman,' batinnya sambil ngelo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 34. Pingsan

Rita mendengar teriakan dari arah kamar mandi, tapi alih-alih cemas, ia malah menggerutu kesal. “Apa lagi sih, ribut terus!” gumamnya sambil berdiri. Ayu, yang lebih sigap, segera menarik tangan Rita.“Kita harus lihat! Itu suara Ira!” serunya panik.Mereka berdua bergegas ke arah kamar mandi, dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati Ira tergeletak di lantai, tepat di depan pintu kamar mandi. Tubuhnya kaku, dengan wajah pucat pasi.“Ini lagi! Pakai acara pingsan segala!” Rita mendesis sambil memutar matanya.“Rit, bantu aku angkat dia! Ayo cepat!” Ayu memohon dengan nada mendesak, sudah setengah berjongkok untuk mengangkat tubuh Ira. Meski malas, Rita akhirnya membantu mengangkat bagian kaki sahabatnya. Mereka membopong Ira ke kamar dan merebahkannya di atas kasur.Ayu buru-buru mengambil minyak kayu putih, mengoleskannya ke hidung Ira yang masih lemas. Napas Ira tersentak, dan matanya perlahan terbuka. Tubuhnya langsung gemetar, matanya liar m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 35. Mimpi Dan Informasi

"Ira! Lepaskan!" Ayu berteriak dengan napas tersengal, tangannya mencoba menepis cengkeraman Ira yang dingin dan penuh kekuatan. Lehernya terasa semakin tercekik, tapi dalam benaknya, sebuah kenangan melintas—tentang pengalaman bersama neneknya yang sering membantu orang kesurupan. Ayu segera bertindak. Dengan sisa tenaga, ia mendorong tubuh Ira, membuatnya terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai."Ira, maafkan aku," gumam Ayu pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Ia mendekati tubuh Ira yang kini bergetar hebat, lalu dengan cepat menekan ibu jari kaki kiri Ira, sambil melafalkan doa yang diajarkan oleh neneknya."Bismillah..." bisiknya pelan namun mantap. Seketika tubuh Ira tersentak-sentak, seolah ada sesuatu yang tengah meronta dari dalam dirinya."Hentikan! Panas! Panas!" jerit Ira dengan suara serak dan memekakkan telinga. Namun, Ayu terus melafalkan doa itu, meski ketakutan merayapi hatinya."Sial! Aku salah berurusan dengan orang ini! Arghhh!" Suar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 36. Minta Pindah

Ayu dan Ira mendengarkan cerita bulek Tatik dengan penuh perhatian, wajah mereka tampak pucat, dipenuhi rasa takut yang makin menebal. Ketika cerita selesai, keduanya saling berpandangan, tidak perlu kata-kata, mata mereka sudah berbicara. Kengerian yang dirasakan bersama membuat keduanya merasa semakin terperangkap dalam sebuah rahasia kelam."Sepertinya kita memang harus pindah, Ir, aku gak mau terlibat lebih jauh dengan demit itu," ucap Ayu, suaranya gemetar, tangan yang menggenggam sendok pun tampak bergetar."Sama, aku juga, Yu," balas Ira dengan suara bergetar, memeluk kedua lengan tubuhnya seolah ingin mengusir rasa dingin yang menyelusup ke dalam. "Apalagi, aku sampai bermimpi tentangnya... Rasanya aku nggak kuat lagi tinggal di sana," lanjutnya, tubuhnya sedikit gemetaran saat mengenang kejadian-kejadian aneh itu. "Aku bahkan trauma mandi di rumah kontrakan itu, lebih baik mandi di rumah sakit," tambahnya lagi, suara tegang terdengar jelas."Bukankah di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 37. Sosok Dyah

"Rit—Rita!" teriak Ayu panik, ia berbalik dan mencoba membuka pintu. Namun, dari jendela sosok Dyah mulai menampakan dirinya.Pak Iman mundur selangkah. "Kita harus pergi sekarang!" desaknya dengan suara tegas. Namun, Ayu terpaku, menatap jendela itu dengan ketakutan. Ira meraih tangannya, mencoba menariknya menjauh. "Yu, ayo! Kita harus pergi!"Ayu bergeming, ia masih berdiri di depan rumah kontrakan, sekilas menyaksikan bayang punggung Pak Iman dan Udin yang berlari tunggang langgang menjauh. Dadanya bergemuruh. "Sialan, kenapa mereka malah kabur!" gumamnya sambil menggigit bibir. Tapi pikirannya tertuju pada Rita yang masih di dalam. Ia menggenggam gagang koper erat, merasa tak tega meninggalkan sahabatnya begitu saja. Sosok Dyah sudah menghilang dibalik bayang gelap.Langkah cepat terdengar dari belakang. "Yu..." suara Ira terdengar aneh, serak, dan berbeda.Ayu menoleh. "Ira, ayo kita harus pergi sekarang!" Ajak Ayu sambil menarik tangan Ira.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 38. Bertemu Alfian

Esok Paginya yang Dipenuhi Ketegangan. Ayu terbangun dengan tubuh lelah, dengan pikiran terusik. Ia langsung teringat dengan shift pagi di tempat kerjanya. Ayu segera bangun dan mandi, ingatan tentang Dyah dan Alfian masih membebani pikirannya. Setelahnya, ia kembali ke kamar dan meraih ponsel di meja samping tempat tidur, diambilnya sebuah foto dari kotak yang diberikan Dyah, lalu memotret foto Alfian dan Dyah yang ditemukan semalam.“Aku harus menemukan Alfian,” gumamnya lirih, sembari menyembunyikan ponsel ke dalam tasnya. Tepat saat itu, pintu kamar terbuka mendadak.“Yu, aku ada janjian dengan seorang teman,” suara Rita memecah keheningan. Ayu tersentak, dengan cepat ia memasukkan foto ke dalam kotak.“Ke rumah teman?” Ayu bertanya, mencoba menyembunyikan kegelisahan.“Iya,” Rita mengangguk. “Nanti kuncinya titip ke Pak RT saja. Nanti yang pulang duluan, minta aja ke dia.”Selesai berbicara, Rita berlalu begitu saja. Ayu hanya bisa menatap kep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 39. Amukan Dyah

Ayu menatap langit yang mulai gelap dengan rasa tidak tenang. Waktu sudah mendekati Maghrib ketika ia tiba di rumah teman Ira. Setelah mengetuk pintu, seorang wanita muda keluar dan tersenyum ramah.“Maaf, Kak. Ira sudah pulang tadi sore,” ucap wanita itu santai.Ayu terkejut. “Pulang? Tapi dia bilang mau tunggu saya di sini.”Wanita itu menggeleng. “Dia bilang ada urusan mendesak, makanya buru-buru pergi. Mungkin ada saudaranya yang berkunjung."Hati Ayu mulai gelisah. Segera ia mengirim pesan kepada Rita. Balasannya singkat: “Aku pulang jam 8 malam. Kunci masih sama pak RT, coba tanya dia."Ayu terhenyak. Mungkin Ira menunggu di rumah pak RT karena merasa tidak enak dengan temannya, atau mungkin benar kata temannya, ada saudara jauh yang berkunjung. Tak mau membuang waktu, Ayu melajukan motornya menuju ke rumah pak RT.Ia merasakan firasat buruk. Segera ia mempercepat laju motornya, saat rumah pak Iman mulai terlihat. Begitu tiba, ia langsung bertanya, “Pak, kunci rumah ada sama pak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 40. Ayu Dan Ira Pamit, Rita Bertahan

Pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi hiruk pikuk di depan kontrakan. Rita yang baru pulang,  berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam. Matanya menyapu keadaan rumah yang berantakan, pintu yang terbuka lebar dan rumah yang dalam keadaan kosong, membuatnya tak bisa lagi menahan emosi.“INI APA-APAAN?!” bentaknya keras, menggema di ruang tamu. Rita mulai membersihkan rumah yang berserak dengan tali dan air yang menggenang.Beberapa menit kemudian, Ayu dan Ira muncul bersama Pak Iman dan dua hansip kampung Sidodadi.  Wajah mereka tampak lelah, terutama Ayu yang masih terengah-engah. Begitu melihat Rita, mereka langsung menghentikan langkah."Kau dari mana saja?" Rita berkacak pinggang memandang Ayu dengan tatapan marah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status