Home / Pernikahan / Istri yang Tak Dinafkahi / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri yang Tak Dinafkahi : Chapter 21 - Chapter 30

48 Chapters

21 Sudah Bukan Suami Istri Lagi

Ardi mengangguk penuh percaya diri. “Apalagi statusnya kan aku ini suami kamu, jadi sudah sepantasnya kalau kamu harus mendahulukan aku daripada orang tua kamu. Intinya sih aku harus diutamakan, Sin.” Mendengar ocehan Ardi, Sinta hanya bisa mengurut dada. “Kamu kok terkesan pilih kasih ya, Mas?” “Pilih kasih gimana?” Sindy mengembuskan napas keras. “Saat kamu yang gajian saja, boro-boro aku sama Sisil yang kamu utamakan, tapi kamu malah lebih dulu menyenangkan hati orang tua dan adik-adik kamu. Sekarang saat aku gajian dan ingin membahagiakan orang tuaku sendiri, kamu malah protes?” Mulut Ardi terbuka, tapi kata-katanya seperti tertelan di tenggorokan. “Bukan begitu maksud aku, Sin ... Tapi kan memang suami harus selalu diutamakan daripada orang tua, kalau nggak salah itu kata ustad di pengajian. Jadi lain kali, seharusnya uang baju kamu diatur dulu sama aku. Kebetulan habis ini ada uang kuliah adik aku yang harus dibayar, jadi utamakan yang itu dulu.” “Kamu bilang apa,
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

22 Andai Dia Masih Menantu

“Aku jadi nggak sabar, kayaknya bakal meriah banget!” komentar Nesi yang bantu-bantu urusan dekor. “Semoga saja nanti bisa jadi pembuka rezeki untuk pelanggan lain mengadakan momen berharga mereka di restoran kita,” timpal Sindy yang sibuk menyiapkan bumbu-bumbu untuk masak besar nanti. Berhubung mama Zayyan adalah seorang yang memiliki relasi luas, maka mereka harus menyiapkan banyak meja untuk menampung para anggota arisan yang hadir. Kebetulan mama Zayyan memilih konsep outdoor, sehingga mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat cermat. Di satu sisi, Ardi yang sangat penasaran dengan kabar Sindy setelah bercerai darinya, hari itu iseng lewat di depan restoran tempat makan istrinya itu bekerja mencari nafkah. Bola matanya membulat sempurna ketika melihat jejeran mobil mewah yang terparkir di halaman, bahkan hingga sampai di pinggir jalan. “Restoran itu lumayan laris juga,” gumam Ardi yang memperlambat laju motornya hingga kemudian berhenti tidak jauh dari restoran
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

23 Mita Naksir yang Punya Resto?

Zayyan ikut menoleh, tapi langsung membuang muka sesaat setelah menatap Sindy. “Besok aku jemput Sisil ya, biar menginap di rumahku.” Ardi meminta izin, dia sempat terpana dengan wajah Sindy yang jauh kelihatan lebih segar dibandingkan selama ini. “Kalau Sisil mau, nggak masalah.” Sindy menanggapi dengan datar. “Langsung saja kamu ke rumah, minta izin ayah atau ibuku.” “Oke, oke.” Ardi mengangguk, tatapannya tidak kunjung lepas dari mantan istrinya itu. Namun, yang justru terlihat risi adalah Nesi. “Kita kerja dulu ya, Di?” pamit Nesi, hari itu dia dan Sindy memang dapat giliran shift sore, sehingga keduanya memanfaatkan waktu luang untuk merawat diri. “Yang rajin kerjanya ya, Sin!” Ardi cengengesan. “Biar kita bisa punya banyak tabungan saat rujuk nanti.” Sontak saja Sindy dan Nesi terpana mendengar ucapan Ardi barusan. Zayyan yang sebenarnya enggan menguping, mau tak mau jadi mendengar perkataan mantan suami Sindy itu karena suaranya yang cukup keras. “Daripada memikirk
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

24 Hati Sisil Akhirnya Luluh

“Kok salah, memangnya kenapa, Kak?” tanya Mita tidak mengerti. “Selera kamu kok tua banget, sih? Seumuran sama aku ...” “Itu artinya kamu merasa sudah tua, Kak?” ledek Mita, membuat Ardi tersenyum kecut. “Cari laki-laki lain saja, lagian dia sudah memperlakukan kamu sama Ibu dengan sangat nggak pantas. Aku yakin kalau Sani juga tidak akan setuju,” papar Ardi sembari mencomot pisang goreng yang masih tersisa. “Cuci tangan dulu kalau mau makan! Kebiasaan ...” Ratna menegur dengan keras. “Lapar, Bu!” Ardi cengengesan. “Ayo, Kak! Kapan kita ke sana?” rengek Mita seperti anak kecil. “Mau ngapain, sih?” “Makan sama lihat-lihat bosnya Mbak Sindy!” Ardi bergidik menyaksikan kegilaan Mita di hadapannya. Meskipun tidak memiliki masalah apa-apa dengan bos mantan istrinya, dia sudah merasakan ketidaksukaan terhadap pria itu sejak pertama kali bertemu. “Dia saja nggak akan ingat sama kamu,” ejek Ardi dengan mulut penuh pisang goreng. “Nggak apa-apa lagi, Kak. Kan aku yang peng
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

25 Hilangnya Sisil

Tumben, batin Sindy tanpa berniat mengomentari status yang dibikin oleh mantan suaminya itu. Badannya begitu lelah hari ini, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap fokus bekerja demi masa depan yang lebih baik. Sindy yakin, perpisahannya dengan Ardi memang jalan paling baik yang harus ditempuhnya mengingat banyaknya masalah dan tidak ada solusi di antara mereka berdua. Sedangkan kemungkinan untuk rujuk, Sindy sama sekali tidak pernah memikirkannya sedikitpun. Sementara itu di waktu yang bersamaan, tapi di tempat yang berbeda, Ardi terus melihat-lihat ponselnya. Dia tahu bahwa Sindy sudah mengintip status yang dibuatnya, dan merasa resah karena mantan istrinya itu tidak mengirimkan tanggapan sama sekali. “Sindy ini benar-benar ya, sombong banget sejak bisa mencari uang sendiri ...” Ardi menggerutu sambil melangkah menuju dapur, mencari-cari kopi untuk menemaninya mengusir sepi. Dengan bingung, dia membuka-buka lemari usang yang terbuat dari kayu, tempat Sindy terbiasa
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

26 Panggilan Masuk dari Ardi

“Maksud ibu tuh begini ... biar Sindy bisa ikut cari Sisil, jadi kemungkinan Sisil ketemu bisa lebih besar!” ralat Ratna buru-buru.“Duh, Ibu ... Usul Ibu itu malah bikin situasi tambah runyam! Iya kalau bener Sisil ternyata pulang ke rumah mantan mertua, kalau nggak? Apa nggak habis aku dicaci maki sama Sindy?”Ardi mengacak-acak rambutnya dan sangat kasar.“Ya terus kita harus gimana, Di? Mas harus diam saja begini ...”Ardi menarik napas panjang, bingung juga dia.“Kita nggak punya pilihan lain kecuali telepon mantan istri kamu itu, siapa tahu Sisil memang belum terbiasa tidur jauh sama ibunya terus dia pulang sendiri gara-gara kamu nggak ada di rumah.” Ratna mengutarakan pendapatnya yang kurang masuk akal, mesti bisa saja kemungkinan itu terjadi. Terkadang kita tidak tahu bagaimana kecerdasan anak-anak itu bekerja.“Masa iya aku harus telepon Sindy, Bu?” “Nggak ada cara lain, Di. Ini sudah cukup malam untuk ukuran anak-anak seusia Sisil, gimana kalau ada apa-apa?”Ratna
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

27 Bicara dengan Zayyan

Keesokan paginya, seluruh anggota keluarga beraktivitas seperti biasa. Semua sepakat untuk tidak bertanya apa-apa dulu kepada Sisil.“Takutnya ada hal yang bikin dia trauma, kita kan nggak pernah tahu apa yang dialami Sisil sebelum bertemu sama Pak Zayyan.” Ibu menjelaskan kepada Sindy.“Itu juga yang aku pikirkan, Bu. Untung Sisil masih dilindungi, rasanya lemas kalau membayangkan hal yang buruk bisa menimpa anakku kapan saja ...” ratap Sindy, dia selalu lemah jika sudah berkaitan dengan Sisil.“Ibu mengerti perasaan kamu, pokoknya kamu harus tunjukkan wajah ceria.”Sindy mengangguk, dia memang harus mencari tahu kejadian yang sebenarnya dari Zayyan.“Ibu!” Sisil menyapa Sindy dengan ekspresi biasanya, seakan tidak ada yang aneh.“Peluk dulu, ibu kangen sama Sisil!” Sindy melebarkan kedua tangannya, sehingga Sisil langsung menghambur ke pelukan.“Ibu nggak kelja?”“Kerja, ini mau sarapan dulu.”“Cali uang yang banyak ya, Bu?” pinta Sisil.“Memangnya Sisil mau beli apa?“
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

28 Terlibat Adu Mulut

“Sisil hilang? Kok kamu nggak cerita, Sin?” Nesi langsung melontarkan pertanyaan begitu Sindy menutup teleponnya.“Ceritanya panjang banget, Nes. Yang jelas sekarang aku harus pulang ke rumah, kira-kira Pak Zayyan kasih izin nggak ya?”“Kalau gawat, pasti dikasih izin.”Bertepatan dengan itu, sayang keluar dari ruangannya dan melangkah keluar. “Pak Zayyan!” panggil Sindy buru-buru. “Saya boleh izin, Pak?”“Memangnya ada apa?”“Mantan suami mengamuk di rumah, Pak! Saya harus menyelesaikan masalah ini dulu, tidak apa-apa kalau mau dipotong gaji atau saya harus lembur untuk mengganti jam kerja hari ini. Saya sangat takut kalau Sisil kenapa-napa lagi ...”Zayyan menarik napas.“Oke, selesaikan masalah kamu.”“Terima kasih, Pak!” Sindy bergegas kembali ke dapur untuk mengambil tas miliknya.“Tunggu, Sin!” cegah Zayyan ketika Sindy berjalan terburu-buru melewatinya. “Ada apa, Pak?”“Sekalian saja kamu ikut mobil saya, rumah kita searah kok!”“Saya tidak ingin merepotkan, Pak
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

29 Karena Sindy istimewa?

Sindy dan ibunya kompak menggelengkan kepala, mereka benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki di hadapan mereka itu.“Percuma bicara sama kamu, Mas.” Sindy menggeleng lemah. “Sejak aku masih jadi istri kamu, aku memang nggak pernah didengar sekalipun benar.”Sindy berbalik, kemudian melangkah masuk rumah diikuti oleh sang ibu.“Sin, tunggu! Kasih aku masuk, aku mau bertemu Sisil!” Ardi menggedor-gedor pintu rumah yang telanjur tertutup. “Kamu nggak berhak menghalangi aku, Sin! Aku ini ayah kandungnya Sisil!”Sindy saling pandang dengan ibunya.“Mantan suami kamu itu benar-benar manusia paling antik yang pernah ibu temui, Sin. Kalau ayahmu ada di rumah, bisa habis dia tadi.”“Untung Ibu nggak telepon ayah.”“Sebenarnya ibu jauh lebih aman kalau ada ayahmu, tapi ibu khawatir juga kalau nanti dia nggak bisa menahan emosinya.”Sindy duduk di kursi dapur, kemudian memijat-mijat pelipisnya.“Tapi kita harus tetap cerita sama ayah, Bu.”“Tentu saja, ibu yakin kalau
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

30 Dititipkan Mama Zayyan

“Sin, ada tamu.”Sindy yang sedang menemani Sisil menonton televisi, seketika menoleh.“Siapa, Bu?”“Pak Zayyan sama ibunya.”Mata Sindy membulat. “Mereka nyari aku, Bu? Ada apa, ya?”“Ibu nggak bisa menjelaskan, kelihatannya mereka sedang buru-buru. Ayo cepat temui mereka dulu!” Sindy mengangguk dan bergegas mengikuti langkah ibunya ke depan.“Maaf Pak, ada apa ya? Ibu ...” Tidak lupa, Sindy juga menjabat tangan wanita yang berada di samping Zayyan.Wanita itu tersenyum ramah, tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun.“Resto saya kalang kabut, Nesi tadi telepon saya. Apa kamu tidak bisa kembali ke sana sekarang?” tanya Zayyan tanpa basa-basi.“Aduh ... bagaimana ya, Pak?” Sindy memasang wajah tidak enak. “Posisi saya sekarang juga masih nunggu ayah saya pulang kerja, saya khawatir kalau nanti mantan suami saya datang lagi ...”Mama Zayyan langsung teralihkan fokusnya.“Bagaimana kalau anak kamu dibawa saja? Nanti saya ajak dia ke rumah,” usulnya.“Saya tidak ingin merep
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status