Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 22 Andai Dia Masih Menantu

Share

22 Andai Dia Masih Menantu

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 21:31:54
“Aku jadi nggak sabar, kayaknya bakal meriah banget!” komentar Nesi yang bantu-bantu urusan dekor.

“Semoga saja nanti bisa jadi pembuka rezeki untuk pelanggan lain mengadakan momen berharga mereka di restoran kita,” timpal Sindy yang sibuk menyiapkan bumbu-bumbu untuk masak besar nanti.

Berhubung mama Zayyan adalah seorang yang memiliki relasi luas, maka mereka harus menyiapkan banyak meja untuk menampung para anggota arisan yang hadir. Kebetulan mama Zayyan memilih konsep outdoor, sehingga mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat cermat.

Di satu sisi, Ardi yang sangat penasaran dengan kabar Sindy setelah bercerai darinya, hari itu iseng lewat di depan restoran tempat makan istrinya itu bekerja mencari nafkah. Bola matanya membulat sempurna ketika melihat jejeran mobil mewah yang terparkir di halaman, bahkan hingga sampai di pinggir jalan.

“Restoran itu lumayan laris juga,” gumam Ardi yang memperlambat laju motornya hingga kemudian berhenti tidak jauh dari restoran
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dinafkahi    23 Mita Naksir yang Punya Resto?

    Zayyan ikut menoleh, tapi langsung membuang muka sesaat setelah menatap Sindy. “Besok aku jemput Sisil ya, biar menginap di rumahku.” Ardi meminta izin, dia sempat terpana dengan wajah Sindy yang jauh kelihatan lebih segar dibandingkan selama ini. “Kalau Sisil mau, nggak masalah.” Sindy menanggapi dengan datar. “Langsung saja kamu ke rumah, minta izin ayah atau ibuku.” “Oke, oke.” Ardi mengangguk, tatapannya tidak kunjung lepas dari mantan istrinya itu. Namun, yang justru terlihat risi adalah Nesi. “Kita kerja dulu ya, Di?” pamit Nesi, hari itu dia dan Sindy memang dapat giliran shift sore, sehingga keduanya memanfaatkan waktu luang untuk merawat diri. “Yang rajin kerjanya ya, Sin!” Ardi cengengesan. “Biar kita bisa punya banyak tabungan saat rujuk nanti.” Sontak saja Sindy dan Nesi terpana mendengar ucapan Ardi barusan. Zayyan yang sebenarnya enggan menguping, mau tak mau jadi mendengar perkataan mantan suami Sindy itu karena suaranya yang cukup keras. “Daripada memikirk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri yang Tak Dinafkahi    24 Hati Sisil Akhirnya Luluh

    “Kok salah, memangnya kenapa, Kak?” tanya Mita tidak mengerti. “Selera kamu kok tua banget, sih? Seumuran sama aku ...” “Itu artinya kamu merasa sudah tua, Kak?” ledek Mita, membuat Ardi tersenyum kecut. “Cari laki-laki lain saja, lagian dia sudah memperlakukan kamu sama Ibu dengan sangat nggak pantas. Aku yakin kalau Sani juga tidak akan setuju,” papar Ardi sembari mencomot pisang goreng yang masih tersisa. “Cuci tangan dulu kalau mau makan! Kebiasaan ...” Ratna menegur dengan keras. “Lapar, Bu!” Ardi cengengesan. “Ayo, Kak! Kapan kita ke sana?” rengek Mita seperti anak kecil. “Mau ngapain, sih?” “Makan sama lihat-lihat bosnya Mbak Sindy!” Ardi bergidik menyaksikan kegilaan Mita di hadapannya. Meskipun tidak memiliki masalah apa-apa dengan bos mantan istrinya, dia sudah merasakan ketidaksukaan terhadap pria itu sejak pertama kali bertemu. “Dia saja nggak akan ingat sama kamu,” ejek Ardi dengan mulut penuh pisang goreng. “Nggak apa-apa lagi, Kak. Kan aku yang peng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri yang Tak Dinafkahi    25 Hilangnya Sisil

    Tumben, batin Sindy tanpa berniat mengomentari status yang dibikin oleh mantan suaminya itu. Badannya begitu lelah hari ini, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap fokus bekerja demi masa depan yang lebih baik. Sindy yakin, perpisahannya dengan Ardi memang jalan paling baik yang harus ditempuhnya mengingat banyaknya masalah dan tidak ada solusi di antara mereka berdua. Sedangkan kemungkinan untuk rujuk, Sindy sama sekali tidak pernah memikirkannya sedikitpun. Sementara itu di waktu yang bersamaan, tapi di tempat yang berbeda, Ardi terus melihat-lihat ponselnya. Dia tahu bahwa Sindy sudah mengintip status yang dibuatnya, dan merasa resah karena mantan istrinya itu tidak mengirimkan tanggapan sama sekali. “Sindy ini benar-benar ya, sombong banget sejak bisa mencari uang sendiri ...” Ardi menggerutu sambil melangkah menuju dapur, mencari-cari kopi untuk menemaninya mengusir sepi. Dengan bingung, dia membuka-buka lemari usang yang terbuat dari kayu, tempat Sindy terbiasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri yang Tak Dinafkahi    26 Panggilan Masuk dari Ardi

    “Maksud ibu tuh begini ... biar Sindy bisa ikut cari Sisil, jadi kemungkinan Sisil ketemu bisa lebih besar!” ralat Ratna buru-buru.“Duh, Ibu ... Usul Ibu itu malah bikin situasi tambah runyam! Iya kalau bener Sisil ternyata pulang ke rumah mantan mertua, kalau nggak? Apa nggak habis aku dicaci maki sama Sindy?”Ardi mengacak-acak rambutnya dan sangat kasar.“Ya terus kita harus gimana, Di? Mas harus diam saja begini ...”Ardi menarik napas panjang, bingung juga dia.“Kita nggak punya pilihan lain kecuali telepon mantan istri kamu itu, siapa tahu Sisil memang belum terbiasa tidur jauh sama ibunya terus dia pulang sendiri gara-gara kamu nggak ada di rumah.” Ratna mengutarakan pendapatnya yang kurang masuk akal, mesti bisa saja kemungkinan itu terjadi. Terkadang kita tidak tahu bagaimana kecerdasan anak-anak itu bekerja.“Masa iya aku harus telepon Sindy, Bu?” “Nggak ada cara lain, Di. Ini sudah cukup malam untuk ukuran anak-anak seusia Sisil, gimana kalau ada apa-apa?”Ratna

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri yang Tak Dinafkahi    27 Bicara dengan Zayyan

    Keesokan paginya, seluruh anggota keluarga beraktivitas seperti biasa. Semua sepakat untuk tidak bertanya apa-apa dulu kepada Sisil.“Takutnya ada hal yang bikin dia trauma, kita kan nggak pernah tahu apa yang dialami Sisil sebelum bertemu sama Pak Zayyan.” Ibu menjelaskan kepada Sindy.“Itu juga yang aku pikirkan, Bu. Untung Sisil masih dilindungi, rasanya lemas kalau membayangkan hal yang buruk bisa menimpa anakku kapan saja ...” ratap Sindy, dia selalu lemah jika sudah berkaitan dengan Sisil.“Ibu mengerti perasaan kamu, pokoknya kamu harus tunjukkan wajah ceria.”Sindy mengangguk, dia memang harus mencari tahu kejadian yang sebenarnya dari Zayyan.“Ibu!” Sisil menyapa Sindy dengan ekspresi biasanya, seakan tidak ada yang aneh.“Peluk dulu, ibu kangen sama Sisil!” Sindy melebarkan kedua tangannya, sehingga Sisil langsung menghambur ke pelukan.“Ibu nggak kelja?”“Kerja, ini mau sarapan dulu.”“Cali uang yang banyak ya, Bu?” pinta Sisil.“Memangnya Sisil mau beli apa?“

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri yang Tak Dinafkahi    28 Terlibat Adu Mulut

    “Sisil hilang? Kok kamu nggak cerita, Sin?” Nesi langsung melontarkan pertanyaan begitu Sindy menutup teleponnya.“Ceritanya panjang banget, Nes. Yang jelas sekarang aku harus pulang ke rumah, kira-kira Pak Zayyan kasih izin nggak ya?”“Kalau gawat, pasti dikasih izin.”Bertepatan dengan itu, sayang keluar dari ruangannya dan melangkah keluar. “Pak Zayyan!” panggil Sindy buru-buru. “Saya boleh izin, Pak?”“Memangnya ada apa?”“Mantan suami mengamuk di rumah, Pak! Saya harus menyelesaikan masalah ini dulu, tidak apa-apa kalau mau dipotong gaji atau saya harus lembur untuk mengganti jam kerja hari ini. Saya sangat takut kalau Sisil kenapa-napa lagi ...”Zayyan menarik napas.“Oke, selesaikan masalah kamu.”“Terima kasih, Pak!” Sindy bergegas kembali ke dapur untuk mengambil tas miliknya.“Tunggu, Sin!” cegah Zayyan ketika Sindy berjalan terburu-buru melewatinya. “Ada apa, Pak?”“Sekalian saja kamu ikut mobil saya, rumah kita searah kok!”“Saya tidak ingin merepotkan, Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri yang Tak Dinafkahi    29 Karena Sindy istimewa?

    Sindy dan ibunya kompak menggelengkan kepala, mereka benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki di hadapan mereka itu.“Percuma bicara sama kamu, Mas.” Sindy menggeleng lemah. “Sejak aku masih jadi istri kamu, aku memang nggak pernah didengar sekalipun benar.”Sindy berbalik, kemudian melangkah masuk rumah diikuti oleh sang ibu.“Sin, tunggu! Kasih aku masuk, aku mau bertemu Sisil!” Ardi menggedor-gedor pintu rumah yang telanjur tertutup. “Kamu nggak berhak menghalangi aku, Sin! Aku ini ayah kandungnya Sisil!”Sindy saling pandang dengan ibunya.“Mantan suami kamu itu benar-benar manusia paling antik yang pernah ibu temui, Sin. Kalau ayahmu ada di rumah, bisa habis dia tadi.”“Untung Ibu nggak telepon ayah.”“Sebenarnya ibu jauh lebih aman kalau ada ayahmu, tapi ibu khawatir juga kalau nanti dia nggak bisa menahan emosinya.”Sindy duduk di kursi dapur, kemudian memijat-mijat pelipisnya.“Tapi kita harus tetap cerita sama ayah, Bu.”“Tentu saja, ibu yakin kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri yang Tak Dinafkahi    30 Dititipkan Mama Zayyan

    “Sin, ada tamu.”Sindy yang sedang menemani Sisil menonton televisi, seketika menoleh.“Siapa, Bu?”“Pak Zayyan sama ibunya.”Mata Sindy membulat. “Mereka nyari aku, Bu? Ada apa, ya?”“Ibu nggak bisa menjelaskan, kelihatannya mereka sedang buru-buru. Ayo cepat temui mereka dulu!” Sindy mengangguk dan bergegas mengikuti langkah ibunya ke depan.“Maaf Pak, ada apa ya? Ibu ...” Tidak lupa, Sindy juga menjabat tangan wanita yang berada di samping Zayyan.Wanita itu tersenyum ramah, tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun.“Resto saya kalang kabut, Nesi tadi telepon saya. Apa kamu tidak bisa kembali ke sana sekarang?” tanya Zayyan tanpa basa-basi.“Aduh ... bagaimana ya, Pak?” Sindy memasang wajah tidak enak. “Posisi saya sekarang juga masih nunggu ayah saya pulang kerja, saya khawatir kalau nanti mantan suami saya datang lagi ...”Mama Zayyan langsung teralihkan fokusnya.“Bagaimana kalau anak kamu dibawa saja? Nanti saya ajak dia ke rumah,” usulnya.“Saya tidak ingin merep

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dinafkahi    125

    Waktu berlalu, sindy bersyukur karena tidak ada telepon dari Ardi lagi yang menanyakan kabar Sisil. Bukan apa-apa, dia malas saja jika harus ribut dengan mantan suaminya itu perkara adu pendapat yang berbeda."Pak, ada Ardi di depan." Nesi memberi tahu tepat ketika Zayyan muncul dari balik pintu ruangannya."Kapan dia datang?""Baru beberapa menit yang lalu, Pak. Dia datang sama adiknya yang dulu itu ...""Oke," angguk Zayyan yang sudah bisa menebak siapa adik Ardi yang ikut serta. "Tolong panggilkan sindy sekalian, biar tidak ada kesalahpahaman.""Baik, Pak."Usai Zayyan berlalu untuk menemui Ardi lebih dulu, Nesi segera melesat ke dapur untuk memanggil Sindy."Kerjaan kamu sudah selesai belum, Sin?" Tanya Nesi buru-buru. "Ada pesanan tadi, sudah selesai kok tapi ... Ada apa, Nes?""Kamu dipanggil Pak Zayyan, Ardi datang lagi tuh!" "Oh ya? Mau ngapain kira-kira ..."Nesi mengangkat bahu. "Ada mantan adik ipar kamu juga."Sindy membulatkan matanya ketika Nesi menyebut mantan adik ip

  • Istri yang Tak Dinafkahi    124

    "Terus apa yang harus aku lakukan kalau Ardi memaksa, Mas? Kejadian yang dulu itu fatal sekali, aku tidak mau terjadi lagi!"Suasana hati Sindy berubah gusar, dia tidak sanggup membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi akibat perbuatan ceroboh Ardi.Entah disengaja atau tidak."Nanti kita hadapi berdua, tapi ada baiknya juga kamu tanya Sisil dulu.""Sisil masih kecil, Mas. Dia pasti mau-mau saja kalau diajak pergi, apalagi sama ayahnya."Zayyan terdiam sebentar. Sebagai ayah sambung, tentu dia sependapat dengan sindy karena mengizinkan Sisil menginap di rumah Ardi memiliki risiko yang sangat luar biasa mengerikan.Namun, sekali lagi dia kalah secara status jika dibandingkan dengan ayah kandung Sisil.Bahkan orang tua Sindy sendiri juga menolak keras saat putri mereka menelepon untuk meminta pendapat."Aduh Sin, nanti cucu ibu hilang lagi kayak dulu! Ardi itu kan ceroboh ... beruntung Sisil nggak ketemu sama orang jahat ..."Rita langsung menyatakan ketidaksetujuannya saat Sind

  • Istri yang Tak Dinafkahi    123

    "Aku mau ajak Sisil menginap di rumahku selama beberapa hari," kata Ardi tanpa basa-basi. "Aku ini ayah kandungnya, jadi aku merasa punya hak untuk itu."Zayyan mengangguk. "Aku tidak akan menghalangi, tapi apa kamu sudah izin Sindy?""Kenapa aku harus izin sindy? Kan kamu kepala rumah tangganya, jangan bilang kalau kamu termasuk suami takut istri?"Zayyan tersenyum saja meski ucapan Ardi yang terakhir seolah mengejeknya."Aku menghargai sindy sebagai ibu kandung Sisil, karena itu tidak salah kalau aku harus minta izin dia kalau Sisil mau mengubah di rumahmu.""Alasan saja kamu ...""Terserah, pendapat Sindy juga penting bagiku."Ardi berdecih tidak suka. "aku tidak peduli. Dengan atau tanpa seizin sindy, aku tetap punya hak untuk membawa Sisil menginap.""Kalau sikap kamu arogan seperti ini, aku tidak yakin kalau Sindy akan kasih kamu izin.""Aku kan sudah bilang kalau aku tidak butuh izin dari kalian berdua, secara hukum aku punya hak penuh atas Sisil karena aku adalah ayah kandungn

  • Istri yang Tak Dinafkahi    122

    "Sindy sekarang sombong banget, Bu.""Sombong gimana, Di?"Sore itu Ardi tengah menikmati tenggelamnya matahari di halaman belakang rumah, ditemani sang ibu sekaligus secangkir kopi susu panas dan pisang goreng yang masih hangat."Dia bilang kalau Sisil jauh lebih berbahagia sama ayah tirinya sekarang ...""Serius sindy bilang begitu, Di?""Serius lah, makanya aku benci banget. Niat aku kan baik nanyain kabar Sisil, eh malah dia menyombongkan diri."Ratna geleng-geleng kepala, rasa tidak sukanya terhadap Sindy jadi semakin besar."Benar-benar sombong, apa dia nggak takut kualat sama kamu?""Tahu tuh ...""Lagian ayah tiri baik juga nggak selamanya, apalagi kalau nantinya si dia sudah bosan ... Bisa-bisa nangis darah itu sindy."Ardi manggut-manggut. "Nah, dia nggak mikir ke arah sana, malah sibuk menyombongkan diri.""Lagian tumben kamu telepon sindy segala?" Cibir Ratna tidak suka."Niat aku kan baik, Bu. Mau tahu kabar anak kami, makanya aku telepon sindy. Kan nggak mungkin aku nany

  • Istri yang Tak Dinafkahi    121

    "Nggak sopan gimana maksud kamu?""Kenapa kamu cuma sebut nama aku?""Lho, salahnya di mana?"Ardi tentu saja geram bukan kepalang."Mentang-mentang sudah cerai, kamu nggak ada rasa hormat sedikitpun sama aku lagi ... Kenapa kamu cuma panggil aku Ardi?""Lho, nama kamu kan memang Ardi? Apa sudah ganti jadi Michael?"Ardi mengepalkan tangannya erat-erat."Biar begini-begini juga aku tuh mantan suami kamu, tunjukkan dong rasa hormat kamu!""Aku nggak punya kewajiban untuk hormat sama kamu lagi, kecuali buat suamiku seorang.""Hah, sudahlah! Intinya aku mau memastikan kalau suami baru kamu itu benar-benar menyayangi Sisil dan nggak semena-mena kayak bapak tiri kejam. Awas saja kalau dia melakukannya ..."Dapat Ardi dengar jika Sindy menarik napas panjang di ujung sana."Sudah deh ya, intinya Sisil baik-baik saja. Mas Zayyan nggak jahat kayak apa yang kamu pikirkan, dia justru sayang banget sama Sisil melebihi kamu.""Apa?""Memang itu kenyataannya kok."Mendengar sindy memuji-muji lelaki

  • Istri yang Tak Dinafkahi    120

    "Apa sih, biasa saja kali ...""Aku kira kamu sudah move on.""Memang sudah, kamu saja yang telat info. Sibuk bisnis sih," ujar Mita tanpa menatap adiknya."Ya iyalah, mumpung ada kesempatan nih. Lagian tinggal posting-posting doang, barang nggak usah nyetok. Kalau laku, tinggal ambil di toko."Mita mencibir, meski dengan mata terarah lurus ke layar ponsel."Serius amat, sudah ada gebetan baru?" Tanya Sani penasaran."Kamu bikinkan aku kopi dulu, nanti aku kasih tahu cerita lengkapnya.""Dih, ogah banget!""Nggak ada salahnya berbakti sama kakak, San.""Kakak macam apa dulu?""Sudah deh, cepetan!"Dengan bibir maju, Sani pergi ke dapur dan menyeduh kopi untuk Mita."Jadi tuh aku lagi dekat sama seseorang, kali ini usianya nggak terlalu jauh. Memang lebih tuaan dia, tapi nggak sebanyak kakak bos." Mita mulai bercerita, saat Sani menyajikan secangkir kopi panas untuknya."Oh, terus?""Orangnya asyik, ramah, dan menyambut baik pertemanan kita." Mita melanjutkan. "Kalau nggak salah, dia k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    119

    “Ma, biar aku saja yang suapi Sisil. Mama kan juga harus sarapan,” ujar sindy menawarkan diri.“Tidak apa-apa, kamu urus Zayyan saja. Mama akan sarapan setelah Sisil kenyang,” sahut Keke.Sindy menoleh ke arah Zayyan yang menganggukkan kepalanya.“Aku jadi nggak enak sama Mama, Mas.” Sindy berangkat ke resto bersama Zayyan, sementara si kembar naik motor seperti biasa.“Ini kan pengalaman pertama mama urus cucu, sin. Jadi kamu tidak usah merasa tidak enakan begitu,” sahut Zayyan tenang sembari menyalakan mesin mobilnya.“Aku ... tetap saja merasa tidak enak, Mas. Seperti egois karena membiarkan mama yang urus anak aku.”“Lho, Sisil juga anak aku sekarang. Cucu mama,” ralat Zayyan tidak sependapat. “Lagian kamu kan ngurusin aku, bukan orang lain.”“Iya, deh ...”Sindy akhirnya tidak memperpanjang pembicaraan mereka karena dia harus fokus untuk bekerja.Setibanya di restoran, terlihat Aftar sedang ngobrol bersama seseorang yang familiar di mata Sindy.“Itu anak bukannya lang

  • Istri yang Tak Dinafkahi    118

    “Kalau iya, bagaimana? Mama jadi khawatir, Zay.”“Masa ketemuan sama satu cewek saja sampai berjam-jam, palingan nongkrong sama teman-teman kampus yang kebetulan ada di sekitar sini.” Zayyan berpendapat.“Justru itu, bagaimana kalau cuma sama satu cewek? Ngeri mama membayangkannya.” Lebih ngeri lagi kalau cewek itu Mita, batin Sindy dalam hati. Dia tidak berani berpendapat, takut salah bicara.“Nanti jangan lupa Aftar suruh makan, Fan.”“Oke, Ma. Nggak usah dipikirin, Aftar kan sudah dewasa.”“Tapi pergaulan zaman sekarang ngeri-ngeri, Fan. Mama sering tuh lihat di berita, ngeri pokoknya.”“Urusan Aftar biar aku sama Affan yang pantau, Ma.” Zayyan yang khawatir, langsung menengahi. “Ya sudah, mama mau ngelonin Sisil dulu di kamar.”Zayyan dan Affan saling pandang usai ibu mereka pergi meninggalkan dapur.“Aku akan coba telepon Aftar,” kata Affan tanpa diminta, dia mengeluarkan ponsel dan segera menghubungi saudara kembarnya.“Tar, cepat pulang! Bucin banget ... iya-iya, k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    118

    "Jangan kebanyakan ngopi kamu," bisik Nesi karena Roni duduk tidak jauh dari mereka. "Memangnya kenapa sih?""Kamu kan sudah nikah lagi, sin ...""Ya terus?""Kebanyakan kopi bisa memengaruhi kesuburan, bukankah normalnya kamu sama Pak Zayyan mau punya momongan?" Celetuk Nesi, membuat mata Sindy melotot lebar."Memangnya ngaruh ya, lagian kan aku cuma minum satu cangkir. Bukan satu ember, Nes!""Iya sih, aku kan cuma mengingatkan saja. Kalau bisa sih jangan kebanyakan kafein ...""Siap, Bu Kasir!"Nesi cekikikan, setelah itu dia menoleh ke arah Roni."Sudah makan siang, Mas?""Sudah tadi, Nes."Masih sambil nyengir, Nesi kembali menatap sindy dan berbisik."Semoga cepat tekdung!"Hampir saja kopi yang ada di mulut Sindy tersembur keluar gara-gara bisikan Nesi, untung tidak sampai tersedak.**"Adik-adik kamu tidak pulang sama kita, Mas?" Sindy masuk mobil setelah jam kerja berakhir, dia celingukan ke tempat duduk belakang yang kosong melompong."Mereka bawa motor sendiri kok, sin."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status