Home / Pernikahan / Istri yang Tak Dinafkahi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri yang Tak Dinafkahi : Chapter 31 - Chapter 40

48 Chapters

31 Sindy sama Laki-Laki Lain

Zayyan ikut berbalik.“Mau apa? Tentu saja aku mau bawa Sisil lagi, kemarin itu aku belum puas main sama dia di rumah. Jangan kamu halangi aku, ya!” kilah Ardi seenaknya. “Sekarang mana Sisil? Apa ada di dalam mobil itu?”Dengan tidak sopan, Ardi menunjuk ke arah mobil milik Zayyan.“Sisil nggak ada di situ,” kata Sindy tegas.“Jangan kamu sembunyikan anakku, Sin. Aku tadi ke rumah orang tua kamu, tapi nggak ada orang yang bukain pintu.”“Ya mungkin orang tuaku sedang tidur, apa pergi ... Entahlah, aku nggak tahu.” “Jangan coba-coba bohong sama aku, Sin!”“Capek ngomong sama kamu, Mas.”Zayyan meneruskan langkahnya menuju mobil yang terparkir, mengisyaratkan kepada Sindy untuk mengikutinya.“Tunggu, mau ke mana kamu Sin?” tanya Ardi sambil menarik tangan mantan istrinya. “Bukan urusan kamu ...”“Hebat, ya? Belum lama cerai dari aku, tapi kamu sudah kegatelan sama laki-laki lain!”“Jaga mulut kamu, Mas!”Tin! Tin!Zayyan sengaja menekan klakson kuat-kuat untuk menghenti
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

32 Belum Menemukan Solusi

“Kalau Ardi datang ke sini lagi gimana, Yah?” tanya ibu dengan ekspresi was-was. “Langsung telepon ayah, atau bilang sama Ardi suruh izin ayah dulu kalau mau bawa Sisil.”“Masalahnya Ardi itu orangnya ngotot, Yah. Apalagi karena dia merasa sebagai ayah kandung Sisil.”“Buktinya dia lalai menjaga Sisil, sampai keluar rumah sampai ke jalan. Untung ketemunya orang baik macam Pak Zayyan, kalau nggak?”Sindy yang sedang menyuapi Sisil, hanya bisa menyimak obrolan ayah dan ibunya. Sampai detik ini, dia belum menemukan solusi yang ampuh untuk membuat Ardi berhenti menggerecoki Sisil lagi.“Apa sebaiknya aku ajak Sisil untuk kerja lagi ya, Bu?” tanya Sindy bingung setelah ayahnya berangkat kerja.“Bukannya resto sudah mulai ramai? Apa nggak malah merepotkan nanti, Sin?”“Iya sih, Bu. Kalau dulu kan Nesi bisa gantian jaga, kalau sekarang sangat berisiko soalnya dia tunggu kasir.” Sindy menjelaskan dengan hati gamang.“Sudahlah, biar ibu sama Sisil di rumah.”“Nanti kalau Mas Ardi ...
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

33 Sindy Sengaja Menghalangi

“Halo, Pak!”Zayyan terlonjak kaget ketika suara seorang perempuan bernada centil menyambar telinganya. Dia berbalik dan mendapati sosok yang sedang cengar-cengir di dekat mobilnya.“Kamu siapa?”“Ish, Bapak ini ... Masa nggak ingat aku sih?”Zayyan menggeleng dan tidak memedulikannya karena dia harus pulang untuk mengantar masakan buatan Sindy ke tangan mamanya.“Pak! Pak! Kok buru-buru amat, mau ke mana?” sambar perempuan itu lagi.“Saya itu nggak kenal kamu!”“Ini aku, Pak!”“Aku siapa?”“Akuuuuu! Yang dulu kena hukuman cuci piring gara-gara kakak iparku yang nggak mau bayar tagihan, kenalin—namaku Mita!”Zayyan mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat perempuan yang jauh lebih muda darinya ini.“Ya sudah lah ya, masalahnya sudah selesai.”“Iya sih, Pak. Itu artinya sudah ingat aku, kan?” tanya Mita dengan penuh percaya diri.“Tidak,” jawab Zayyan tegas dengan tangan terulur ke pintu mobilnya.“Ihhh, kok nggak ingat sih, Pak?” Mita mengentakkan kakinya ke tanah
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

34 Aku Mau Kita Rujuk, Sin

“Itu Sindy baru pulang!” tunjuk Ratna yang ternyata sedang bertandang ke rumah mantan besannya.Sindy yang saat itu baru saja turun dari ojeknya, berusaha terlihat biasa begitu tatapan matanya bertemu dengan mantan mertuanya.“Biarkan Sindy mandi dan istirahat sebentar ya, Jeng? Kasihan baru pulang kerja ...”“Iya, nggak apa-apa. Tetap ditunggu kok, ya kan, Di?”“Iya, Bu ...”Sindy tetap mengangguk sopan ke arah Ratna sebagai bentuk sopan santun terhadap orang yang lebih tua.Sementara ayah menemani para tamu, ibu Sindy beranjak masuk ke dalam menyusul sang putri.“Sisil mana, Bu?”“Habis mandi, tidur lagi dia.”Sindy mengangguk lalu duduk di kursi sambil memijat-mijat bahunya.“Ada perlu apa mereka datang ke sini, Bu?”“Tadi sih bilangnya mau memperbaiki masa depan kalian bertiga, Sin.”“Maksud mereka gimana?”Ibu mengisi kursi kosong di depan Sindy lalu menatapnya dengan sangat serius.“Ardi berniat untuk rujuk sama kamu, gimana?”Sindy terbelalak, kemudian geleng-gel
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

35 Cara yang Lebih Halus

“Yang tadi itu serius, Sin?”“Apanya, Bu?”Ardi dan ibunya sudah beberapa saat yang lalu meninggalkan rumah mereka, sekaligus meninggalkan tanda tanya besar di benak semua orang. “Itu, mantan mertua kamu bilang kalau Nita sama bos kamu lagi pendekatan?” tanya ibu memperjelas.“Katanya sih begitu, aku sempat ketemu sama Mita di restoran dan katanya dia memang lagi pendekatan sama Pak Zayyan.” Ibu mengerutkan keningnya. “Kok kayaknya itu hal yang sulit dipercaya, ya?”Sindy mengangkat bahu. “Aku juga nggak percaya, Bu. Jarak usia mereka saja kelihatan beda jauh, belum tentu juga bos aku seleranya sama yang seumuran Mita.”Ayah memilih menyingkir untuk menemani Sisil, daripada ikut mendengarkan dugaan-dugaan yang sedang diributkan istri dan anaknya.“Tapi kalau mereka berdua ternyata benar-benar berjodoh, siap-siap saja kamu bakal punya bos yang kayak Mita.” Ibu menakut-nakuti Sindy. “Bukannya ibu berprasangka buruk, tapi kan sejauh ini karakter Mita terhadap kamu kayak nggak
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

36 Takut Ada Peletnya

“Aku serius, Nes. Ini tuh dari siapa?”“Ardi lah, memangnya ada lagi mantan kamu yang lain?” Nesi masih cengengesan.“Tapi bukan berarti dia mantan terindah, kalau indah ngapain jadi mantan?” tukas Sindy, membuat tawa Nesi semakin meledak.Kira-kira apa ya isinya, batin Sindy sambil membawa plastik hitam itu ke dapur untuk memeriksanya. Ternyata Ardi memberikan bekal untuknya, saat dibuka bekal itu berisi nasi goreng dengan telur berbentuk hati di atasnya. Ya ampun, Sindy menahan diri untuk tersenyum. Segitunya dia mau menarik perhatianku, nggak semudah itu, Mas!Karena bumbu ikan bakarnya mulai menipis, Sindy melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan bekal kiriman Ardi teronggok di atas kursi.Saat makan siang tiba dan para pegawai makan bergiliran, Sindy ragu-ragu membuka kotak bekal yang diberikan Ardi melalui Nesi.Aman dimakan nggak, ya? Sindy menatap ragu pada nasi goreng yang sebetulnya cukup menggugah selera.“Kenapa kok dilihatin terus?” tanya Nesi yang gantian makan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

37 Kita Harus Kerja Sama

“Kue bolu dari mama, katanya sebagai ucapan terima kasih atas masakan kamu kemarin-kemarin.” Zayyan menjelaskan.“Tapi kan Anda sudah bayar saya, Pak.”“Saya juga sudah bilang begitu, tapi mama tetap mau kasih kamu.” Zayyan mengangkat bahu. “Terima kasih, Pak.” Sindy menerima paperbag itu meski agak sungkan. Dari kejauhan, ternyata ada sepasang mata yang mengawasi mereka dengan tangan mengepal.“Bekal pemberianku saja ditolak, giliran laki-laki itu yang ngasih langsung diterima ... Sialan memang Sindy ...”Ardi menggerutu tanpa henti, lalu meninggalkan tempat persembunyiannya dengan hati carut-marut tidak keruan.Setibanya di rumah Ratna, Ardi langsung menemui Mita yang sedang sibuk mengoles masker di wajahnya.“Kamu serius naksir sama bosnya Mbak Sindy?” tanya Ardi tanpa basa-basi. “Serius lah, Kak!”“Kalau begitu prospek kalian sudah sampai mana?”“Belum sampai mana-mana, mulai saja belum.” Mita mengeluh.“Kok bisa sih?”“Gara-gara Mbak Sindy tuh, dia kayak nggak rel
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

38 Calon Nyonya Bos

“Mas Roni, bisa nggak ngatasin ulet keriting satu itu?” bisik Nesi saat Roni muncul di belakangnya. “Ulet keriting?” Roni tidak paham, lalu tatapannya tertumbuk pada Mita yang sedang duduk di salah satu kursi dengan satu kaki dinaikkan. “Siapa sih itu?” “Calon bos, katanya ...” “Masa?” Nesi mengangkat bahu dan mulai bersih-bersih. “Mit, kami di sini harus kerja. Tolong kamu pulang dulu,” suruh Sindy, masih dengan mode sabar. “Apa sih, Mbak? Berisik terus kamu dari tadi.” “Kedatangan kamu mengganggu kami, Mit. Nanti kalau ada pelanggan datang dan resto belum bersih, bisa-bisa nilai kami turun ...” Mita tampak berpikir sejenak. “Terus aku harus nunggu di mana?” “Ya terserah kamu.” “Masa calon nyonya bos harus nunggu di luar, panas-panasan begini ...” Sindy memutar bola matanya malas, heran dengan tingkah songong mantan adik iparnya ini. Bisa-bisanya dia berkhayal akan menjadi nyonya bos di restoran milik Zayyan. “Sin, gimana tuh?” Nesi menjawil bahu
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

39 Berkhayal Menikah sama Zayyan

Sindy mematung sebentar gara-gara pertanyaan yang Zayyan lontarkan, otaknya buru-buru berpikir untuk mencari jawaban logis supaya Zayyan tidak mengira jika dirinya iri.“Saya ... punya pengalaman buruk saat masih menjadi kakak ipar Mita,” jawab Sindy lambat-lambat. “Saya tidak ingin lagi berhubungan sama dia, karena itu saya memilih mengundurkan diri seandainya dia jadi bos di sini ...”Zayyan terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ada rasa ingin tertawa, tapi dia berusaha keras menahannya.“Pemikiran kamu sudah terlalu jauh ternyata,” komentar Zayyan. “Memang seharusnya begitu kan, Pak? Karena perjalanan hidup ini tidaklah singkat, sebab itu saya tidak ingin terjebak dalam situasi yang sulit lagi. Cukup kemarin-kemarin saja dijadikan pelajaran saja, jadi kalau Anda memang akan menikah sama Mita, itu hak Anda. Maaf, tapi saya memilih mundur karena tidak ingin punya bos seperti Mita.” Sindy terpaksa mengutarakan rencananya meski terdengar sedikit berlebihan.Lagipula memangnya Zayy
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

40 Jangan Ada Tujuan Lain

Zayyan mengemudikan mobilnya dengan hati-hati karena jalanan begitu padat merayap. Meski penglihatannya terlihat fokus menatap ke arah lalu lintas yang ada di depan, tapi pikirannya justru terngiang-ngiang oleh ucapkan Sindy beberapa waktu yang lalu.‘Kalau memang suatu saat nanti Anda akan menikah dengan Mita dan menjadikannya sebagai bos kami, saya terpaksa mengundurkan diri.’Pada awalnya Zayyan mengira jika ucapan Sindy itu menyiratkan sesuatu hal, tapi ternyata justru karena Sindy pernah bersaudara ipar dengan Mita yang kemungkinan besar memiliki perangai buruk.Mungkin aku saja yang berpikir terlalu jauh, batin Zayyan dalam hati. Namun, jelas tidak tidak berminat sedikit pun untuk menjadikan Mita sebagai pendamping hidupnya. Perempuan seusia adiknya itu sama sekali bukanlah tipe wanita yang diinginkan Zayyan.“Sudah kamu sampaikan Sindy?” tanya Keke ketika putranya itu tiba di rumah. “Sudah dari kemarin, Ma.”“Sindy bilang apa?”“Terima kasih, katanya.”Keke mencebikkan
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status