Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 35 Cara yang Lebih Halus

Share

35 Cara yang Lebih Halus

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-17 10:28:18

“Yang tadi itu serius, Sin?”

“Apanya, Bu?”

Ardi dan ibunya sudah beberapa saat yang lalu meninggalkan rumah mereka, sekaligus meninggalkan tanda tanya besar di benak semua orang.

“Itu, mantan mertua kamu bilang kalau Nita sama bos kamu lagi pendekatan?” tanya ibu memperjelas.

“Katanya sih begitu, aku sempat ketemu sama Mita di restoran dan katanya dia memang lagi pendekatan sama Pak Zayyan.”

Ibu mengerutkan keningnya.

“Kok kayaknya itu hal yang sulit dipercaya, ya?”

Sindy mengangkat bahu. “Aku juga nggak percaya, Bu. Jarak usia mereka saja kelihatan beda jauh, belum tentu juga bos aku seleranya sama yang seumuran Mita.”

Ayah memilih menyingkir untuk menemani Sisil, daripada ikut mendengarkan dugaan-dugaan yang sedang diributkan istri dan anaknya.

“Tapi kalau mereka berdua ternyata benar-benar berjodoh, siap-siap saja kamu bakal punya bos yang kayak Mita.” Ibu menakut-nakuti Sindy. “Bukannya ibu berprasangka buruk, tapi kan sejauh ini karakter Mita terhadap kamu kayak nggak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    36 Takut Ada Peletnya

    “Aku serius, Nes. Ini tuh dari siapa?”“Ardi lah, memangnya ada lagi mantan kamu yang lain?” Nesi masih cengengesan.“Tapi bukan berarti dia mantan terindah, kalau indah ngapain jadi mantan?” tukas Sindy, membuat tawa Nesi semakin meledak.Kira-kira apa ya isinya, batin Sindy sambil membawa plastik hitam itu ke dapur untuk memeriksanya. Ternyata Ardi memberikan bekal untuknya, saat dibuka bekal itu berisi nasi goreng dengan telur berbentuk hati di atasnya. Ya ampun, Sindy menahan diri untuk tersenyum. Segitunya dia mau menarik perhatianku, nggak semudah itu, Mas!Karena bumbu ikan bakarnya mulai menipis, Sindy melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan bekal kiriman Ardi teronggok di atas kursi.Saat makan siang tiba dan para pegawai makan bergiliran, Sindy ragu-ragu membuka kotak bekal yang diberikan Ardi melalui Nesi.Aman dimakan nggak, ya? Sindy menatap ragu pada nasi goreng yang sebetulnya cukup menggugah selera.“Kenapa kok dilihatin terus?” tanya Nesi yang gantian makan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    37 Kita Harus Kerja Sama

    “Kue bolu dari mama, katanya sebagai ucapan terima kasih atas masakan kamu kemarin-kemarin.” Zayyan menjelaskan.“Tapi kan Anda sudah bayar saya, Pak.”“Saya juga sudah bilang begitu, tapi mama tetap mau kasih kamu.” Zayyan mengangkat bahu. “Terima kasih, Pak.” Sindy menerima paperbag itu meski agak sungkan. Dari kejauhan, ternyata ada sepasang mata yang mengawasi mereka dengan tangan mengepal.“Bekal pemberianku saja ditolak, giliran laki-laki itu yang ngasih langsung diterima ... Sialan memang Sindy ...”Ardi menggerutu tanpa henti, lalu meninggalkan tempat persembunyiannya dengan hati carut-marut tidak keruan.Setibanya di rumah Ratna, Ardi langsung menemui Mita yang sedang sibuk mengoles masker di wajahnya.“Kamu serius naksir sama bosnya Mbak Sindy?” tanya Ardi tanpa basa-basi. “Serius lah, Kak!”“Kalau begitu prospek kalian sudah sampai mana?”“Belum sampai mana-mana, mulai saja belum.” Mita mengeluh.“Kok bisa sih?”“Gara-gara Mbak Sindy tuh, dia kayak nggak rel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    38 Calon Nyonya Bos

    “Mas Roni, bisa nggak ngatasin ulet keriting satu itu?” bisik Nesi saat Roni muncul di belakangnya. “Ulet keriting?” Roni tidak paham, lalu tatapannya tertumbuk pada Mita yang sedang duduk di salah satu kursi dengan satu kaki dinaikkan. “Siapa sih itu?” “Calon bos, katanya ...” “Masa?” Nesi mengangkat bahu dan mulai bersih-bersih. “Mit, kami di sini harus kerja. Tolong kamu pulang dulu,” suruh Sindy, masih dengan mode sabar. “Apa sih, Mbak? Berisik terus kamu dari tadi.” “Kedatangan kamu mengganggu kami, Mit. Nanti kalau ada pelanggan datang dan resto belum bersih, bisa-bisa nilai kami turun ...” Mita tampak berpikir sejenak. “Terus aku harus nunggu di mana?” “Ya terserah kamu.” “Masa calon nyonya bos harus nunggu di luar, panas-panasan begini ...” Sindy memutar bola matanya malas, heran dengan tingkah songong mantan adik iparnya ini. Bisa-bisanya dia berkhayal akan menjadi nyonya bos di restoran milik Zayyan. “Sin, gimana tuh?” Nesi menjawil bahu

    Last Updated : 2024-12-18
  • Istri yang Tak Dinafkahi    39 Berkhayal Menikah sama Zayyan

    Sindy mematung sebentar gara-gara pertanyaan yang Zayyan lontarkan, otaknya buru-buru berpikir untuk mencari jawaban logis supaya Zayyan tidak mengira jika dirinya iri.“Saya ... punya pengalaman buruk saat masih menjadi kakak ipar Mita,” jawab Sindy lambat-lambat. “Saya tidak ingin lagi berhubungan sama dia, karena itu saya memilih mengundurkan diri seandainya dia jadi bos di sini ...”Zayyan terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ada rasa ingin tertawa, tapi dia berusaha keras menahannya.“Pemikiran kamu sudah terlalu jauh ternyata,” komentar Zayyan. “Memang seharusnya begitu kan, Pak? Karena perjalanan hidup ini tidaklah singkat, sebab itu saya tidak ingin terjebak dalam situasi yang sulit lagi. Cukup kemarin-kemarin saja dijadikan pelajaran saja, jadi kalau Anda memang akan menikah sama Mita, itu hak Anda. Maaf, tapi saya memilih mundur karena tidak ingin punya bos seperti Mita.” Sindy terpaksa mengutarakan rencananya meski terdengar sedikit berlebihan.Lagipula memangnya Zayy

    Last Updated : 2024-12-18
  • Istri yang Tak Dinafkahi    40 Jangan Ada Tujuan Lain

    Zayyan mengemudikan mobilnya dengan hati-hati karena jalanan begitu padat merayap. Meski penglihatannya terlihat fokus menatap ke arah lalu lintas yang ada di depan, tapi pikirannya justru terngiang-ngiang oleh ucapkan Sindy beberapa waktu yang lalu.‘Kalau memang suatu saat nanti Anda akan menikah dengan Mita dan menjadikannya sebagai bos kami, saya terpaksa mengundurkan diri.’Pada awalnya Zayyan mengira jika ucapan Sindy itu menyiratkan sesuatu hal, tapi ternyata justru karena Sindy pernah bersaudara ipar dengan Mita yang kemungkinan besar memiliki perangai buruk.Mungkin aku saja yang berpikir terlalu jauh, batin Zayyan dalam hati. Namun, jelas tidak tidak berminat sedikit pun untuk menjadikan Mita sebagai pendamping hidupnya. Perempuan seusia adiknya itu sama sekali bukanlah tipe wanita yang diinginkan Zayyan.“Sudah kamu sampaikan Sindy?” tanya Keke ketika putranya itu tiba di rumah. “Sudah dari kemarin, Ma.”“Sindy bilang apa?”“Terima kasih, katanya.”Keke mencebikkan

    Last Updated : 2024-12-18
  • Istri yang Tak Dinafkahi    41 Zayyan Menjadi Sekeras Itu

    Zayyan tidak menjawab.“Ayolah, Mas ...” bujuk Clara. “Sudah lama juga kita nggak ketemu.”“Aku sibuk,” tolak Zayyan. “Kamu tahu sendiri kalau restoran aku ini hampir gulung tikar, jadi aku tidak mau buang-buang waktu untuk hal yang kurang penting lagi.”“Sebentar saja kok, Mas ...”“Kamu paham bahasa manusia atau tidak?” tukas Zayyan yang kesabarannya setipis tisu. “Aku tidak ada waktu, butuh usaha dan perjuangan keras untuk mencapai titik ini dan akan jauh lebih sulit lagi untuk mempertahankannya.”Clara terpaku, lama tidak bertemu ternyata sudah mengubah Zayyan menjadi sekeras itu.“Y—ya sudah, kapan-kapan aku akan datang lagi ...”“Tidak perlu, karena aku selalu sibuk memperbaiki ekonomi.”Tanpa menunggu jawaban dari Clara sedikitpun, Zayyan berlalu masuk ke mobilnya sendiri. Sambil melaju perlahan, dia menghubungi Beni melalui ponselnya.“Halo, Pak Bos?”“Kamu sudah selesai cuci motornya?”“Ini masih lap-lap biar makin kinclong, ada apa, Pak?”“Kalau sudah selesai, co

    Last Updated : 2024-12-19
  • Istri yang Tak Dinafkahi    42 Tangan Mereka Bersentuhan

    “... kita bisa kok, Mas. Asalkan kamu mau menerima ...”“Tidak ada yang perlu menerima atau diterima, Cla. Jadi tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan.”“Mas, jangan begitu ...”Sindy berusaha menulikan kedua telinganya dari obrolan Zayyan dengan wanita itu, tangannya sibuk menaruh beberapa kantong plastik berisi sampah dapur.“Sudah ya, Cla. Aku sibuk ...”“Aku belum selesai bicara, Mas!”Zayyan menoleh ke sekeliling dan tatapannya tertumbuk pada Sindy.“Sin, kamu ikut saya beli bahan baku!”Mendengar namanya disebut, Sindy segera menoleh ke arah Zayyan. “Saya, Pak?”“Kamulah, siapa lagi yang saya panggil selain kamu?”Sindy hanya mengangguk dengan tampang cengo, terlebih saat wanita yang menjadi lawan bicara Zayyan menatapnya dengan mata menyipit.“Nggak bisa begitu dong, Mas. Kamu mau ajak dia ... nggak salah?” “Clara, tolong ya? Apa yang aku lakukan di sini bukanlah urusan kamu, jadi kamu tidak perlu mengomentari hal-hal seperti ini.” Zayyan mengingatkan. “Ayo, Sin.

    Last Updated : 2024-12-20
  • Istri yang Tak Dinafkahi    43 Zayyan Sedang Sensitif

    Meta mendeskripsikan ciri-ciri orang yang memaksa untuk meminta Sindy melayaninya.“... yang satu cewek, masih muda, dulu pernah disuruh cuci piring di belakang.”Sindy mengangguk paham, dia kenal betul siapa orang yang dimaksud Meta.“Mau pesan apa, Bapak? Adek?” Ardi menoleh saat Sindy muncul sambil membawa daftar menu.“Sin ...” Mata Ardi semakin terpana melihat penampilan Sindy yang sekarang, khususnya bagian wajah yang terlihat makin bersinar.“Lama banget,” celetuk Mita yang tidak sabaran. “Aku mau pesan nih, lapar!”“Tapi bisa bayar, kan?” tanya Sindy dengan senyum ramah.“Kamu jangan menghina ya, Mbak?” Suara Mita sedikit meninggi, sampai-sampai membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka.“Tidak perlu berteriak, Bu.”“Kamu ...”“Mit, jangan bikin keributan atau kamu bayar sendiri makanan kamu!” desis Ardi mengancam.“Ihhh, menyebalkan ...” Mita memajukan bibirnya.“Jadi mau pesan apa, Pak?” tanya Sindy sambil menunjukkan profesionalitasnya. “Biar bisa seg

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    138

    Namun, dia tidak ingin Zayyan berpikir macam-macam tentangnya.Memang ada yang salah kalau Aftar dekat dengan Mita?“Kamu kenapa gelisah begitu?” tanya Zayyan seolah mengerti dengan gelagat istrinya. “Mungkin Aftar dan adiknya Ardi cuma teman biasa.”“Kamu yakin, Mas?”“Ya namanya juga pergaulan, kita tidak bisa ikut menyeleksi siapa-siapa saja yang berinteraksi sama adik-adikku. Kecuali terbukti ada yang membawa pengaruh buruk bagi mereka, baru di saat itulah aku akan bertindak.” Zayyan menjelaskan.“Semoga ini cuma prasangka buruk aku saja, mau gimana lagi ... Mita itu kan dulunya gencar sekali ngejar-ngejar kamu, aku curiga dia ...”Zayyan menunggu Sindy menyelesaikan ucapannya.“Takutnya Mita dekat-dekat Aftar cuma buat modus,” sambung Sindy dengan wajah muram.“Dia mau ngapain kek, yang penting aku tidak akan menanggapi. Jadi kamu tidak perlu khawatir, oke?”Sindy tidak menjawab.“Kok malah diam?”“Tidak apa-apa ...”“Jangan dipikirkan selama adiknya Ardi tidak mengus

  • Istri yang Tak Dinafkahi    137

    Usai Affan pergi, Roni menoleh ke arah Sindy."Itu nggak apa-apa adiknya Pak Bos disuruh-suruh, Mbak?""Nggak apa-apa lagi, Mas. Mereka kan memang ngisi waktu libur di sini, sama Pak Bos juga digaji kok.""Wah, salut aku.""Kenapa, Mas?""Sejak muda sudah dididik cari uang, nggak semua begitu soalnya.""Iya, mungkin karena perbedaan prinsip atau latar belakang."Mereka berdua tidak lagi mengobrol, melainkan kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing."Kak!"Sindy menoleh dan melihat salah satu si kembar muncul di dapur."Sebentar lagi matang, Fan!""Aku Aftar, Kak.""Oh, kamu ada pesanan?"Aftar menggeleng ragu. "Aku tadi pesan minum sama Mbak Nesi, tapi katanya tinggal bikin saja di dapur.""Memang iya, khusus pegawai nggak usah bayar di kasir." Sindy menjelaskan sambil menghias piring saji untuk ikan bakarnya. "Kamu bisa bikin kopi atau teh di sini, Tar."Sebelum Aftar menjawab, tiba-tiba muncul saudara kembarnya."Ngapain kamu, ada pesanan?" Tanya Affan.Sebelum Aftar menjawab, S

  • Istri yang Tak Dinafkahi    136

    Sindy menatap Zayyan. "Namanya juga anak muda, Mas. Mungkin Aftar mau kumpul-kumpul selagi masih liburan di sini ...""Tapi biasanya anak itu lebih suka di rumah sama Affan, setahu aku libur mereka juga tidak terlalu lama. Ini sudah lebih dari dua mingguan kan?"Tidak berselang lama, terdengar deru suara motor yang melaju pergi meninggalkan rumah."Laki-laki mana ada yang anak rumahan, jarang." Sindy berkomentar."Mungkin, ya sudahlah. Kita lanjutkan, sampai mana tadi?""Belum sampai mana-mana ...""Kelamaan kan ini," kata Zayyan tidak sabar."Sabar ..." Sindy sedikit berdebar karena malam itu Zayyan menginginkan pengaman di antara mereka tidak perlu digunakan lagi. Ada rasa was-was jika penyatuan mereka langsung membuahkan hasil, jujur saja sindy belum merasa siap lahir batin.Keesokan harinya, dapur sudah ramai seperti biasa saat Sindy dan Zayyan turun untuk sarapan."Kemarin kamu pulang jam berapa?" Tanya Keke kepada Aftar, sementara satu tangannya terulur meraih tangan Sisil. "Cuc

  • Istri yang Tak Dinafkahi    135

    "Cukup ya, aku sudah tahan-tahan sejak tadi. Tapi kamu semakin berburuk sangka sama sindy," tegas Zayyan habis sabar. Kalau bukan karena ada Sisil di dekatnya, dia pasti sudah membuat perhitungan dengan Ardi sedari tadi."Aku bicara kenyataan, sindy pasti sudah berhasil memengaruhi Sisil supaya nggak mau ikut aku menginap ...""Cukup, silakan pulang. Aku selalu rutin ajak Sisil jalan-jalan ke taman setiap sore, jadi tolong pengertiannya." Wajah Ardi semakin masam ketika Zayyan terang-terangan mengusirnya di depan Sisil dan Mita.**"Kalau Ardi tetap menggugat hak asuh Sisil melalui meja hijau bagaimana, Mas?"Sejak Zayyan memberi tahu tentang niat Ardi tentang perebutan hak asuh, hati Sindy semakin tidak tenang dari hari ke hari."Aku tidak bermaksud meremehkan ayahnya Sisil, tapi memangnya dia mampu?" "Begitulah, Mas ...""Kalau dia mampu secara keuangan, kenapa tidak memikirkan nafkah Sisil saja? Apa karena dia merasa bahwa semua kebutuhan Sisil sudah tercukupi sama kamu?" "Aku j

  • Istri yang Tak Dinafkahi    134

    Sindy membelalakkan matanya mendengar permintaan Ardi.Lebih tepatnya tuntutan."Hak asuh Sisil? Beraninya kamu ...""Apa salahnya? Sisil anak kandung aku."Sindy melirik Zayyan, seolah meminta izin untuk mengamuk detik itu juga."Sebentar, ini tadi rencananya kan cuma mau bertemu Sisil. Kenapa jadi bahas masalah hak asuh anak?" Tanya Zayyan tidak senang."Sekalian saja mumpung kalian ada di sini, aku nggak mau kalau sampai Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya atau lebih dekat sama orang lain yang bukan siapa-siapa."Sorot mata Ardi menyala-nyala ketika mengucapkan hal itu, seakan selama ini dia telah dipisahkan dengan sangat sadis oleh sindy."Sebaiknya kamu bawa Sisil kayak dulu," pinta Zayyan kepada Sindy."Iya, mas ...""Tunggu, mau dibawa ke mana anakku? Aku belum puas bertemu sama dia," protes Ardi keras."Kita tidak bisa membicarakan hal-hal seperti ini di depan Sisil," kata Zayyan tenang. "Jadi biarkan dia sama sindy di dalam dulu.""Tapi urusanku cuma sama sindy ...""

  • Istri yang Tak Dinafkahi    133

    “Boleh minta, Nek?” Celetuk Sisil, perhatiannya terpecah saat menyaksikan Mita ngemil.“Tentu saja, Sisil ambil yang disuka.”“Terima kasih, nek.”“Sama-sama, Sayang.”Hati Ardi terasa aneh ketika melihat interaksi yang cukup akrab antara Sisil dan nenek barunya, padahal selama ini dia jarang sekali melihat Ratna bisa sedekat itu dengan sang cucu semata wayang.“Ayah, minum!” Kata Sisil ceria.“Iya, Sil ...” Meski canggung karena seolah Keke mengawasi, Ardi meneguk es sirup yang dihidangkan.Tidak berapa lama kemudian, mobil Zayyan menepi di depan halaman rumah. Begitu mesin mobil berhenti, sindy dan Zayyan langsung turun.“Itu Ibu sama papa Yayan!” Tunjuk Sisil, fokusnya kini teralihkan sepenuhnya kepada mereka berdua.Membuat Ardi kesal saja.“Jadi gimana, Sil? Mau ya ikut sama ayah menginap di rumah nenek Ratna?” Tanya Ardi tanpa bosan sementara Mita lebih memilih untuk melanjutkan ngemilnya.“Gak, Yah ...”“Kok nggak mau sih?”Kali ini Keke diam saja karena sindy dan

  • Istri yang Tak Dinafkahi    132

    “aku akan telepon mama dan memintanya untuk tidak meninggalkan Sisil sendirian, kamu tenang ya?” Bujuk Zayyan, dia sangat mengerti dengan kegelisahan yang dirasakan sindy.“Cepat, Mas! Atau kamu bisa pulang duluan, aku benar-benar tidak tenang ini ...”Zayyan menyentuh lengan sindy sebagai isyarat untuk diam sejenak karena sambungan dengan Keke mulai terhubung.“Halo, Zay?”“Ma, ayah kandung Sisil mau datang ke rumah. Aku minta tolong jangan pernah tinggalkan Sisil sama dia, ini sindy sudah ketakutan setengah mati soalnya.”“Memangnya ada apa, Zay? Ayahnya Sisil Cuma datang buat bertemu, kan?”“Ceritanya panjang, ma. Pokoknya aku minta tolong jangan biarkan Sisil sendirian, tolong ya, Ma?”“Oke, kamu tenang saja. Mama akan jaga Sisil,” sahut Keke buru-buru.Usai pembicaraan dengan ibunya berakhir, Zayyan menoleh memandang Sindy.“Mama sudah aku kasih tahu soal Ardi, jadi kamu tenang saja.”Sindy hanya bisa mengangguk, meski dalam hati rasanya ingin cepat pulang ke rumah.“K

  • Istri yang Tak Dinafkahi    131

    Sindy mengangguk, dia percaya jika Zayyan yang bicara.**Hari yang direncanakan tiba, Ardi harus menekan ego-nya sampai ke dasar demi bisa menemui putri semata wayangnya.Ditemani Mita, dia meluncur pergi ke restoran Zayyan sepulang kerja untuk meminta alamat rumah mereka."Resto sudah tutup belum ya jam segini, Mit?""Masih buka biasanya, kita kan cuma minta alamat rumah kakak bos. Malah lebih nyaman kalau kita bisa menemui Sisil tanpa kehadiran mereka kan, Kak?"Ardi mengangguk setuju. "Betul juga kamu, Mit.""Ayo kita berangkat sekarang, keburu pulang mereka nanti!"Ardi segera menyalakan motornya dan melaju kencang bersama menuju ke restoran Zayyan."Nes, panggil bos kamu sekarang." Ardi memerintah ketika dia tiba di resto dan langsung menemui Nesi di meja kasir."Ada urusan apa kalau boleh tahu?" Tanya Nesi formal."Ada deh, ini urusan aku sama bos kamu. Cepat panggil," perintah Ardi lagi, membuat wajah Nesi seketika masam. Meski begitu, dia langsung meraih gagang telepon dan me

  • Istri yang Tak Dinafkahi    130

    Selama beberapa saat mereka berdua terdiam dan sibuk dengan isi pikiran masing-masing."Apa kita harus membutuhkan pengakuan langsung darinya kalau ingin meneruskan kasus itu?" Tanya Zayyan masih penasaran."Memang tidak harus, asalkan ada bukti yang kuat. Masalahnya adalah kita baru menyelidiki sendiri karena ternyata pihak berwajib kurang gesit dalam menangani kasus Anda, dalam kurun waktu tersebut saya yakin sudah banyak bukti yang entah tercecer, entah tersamarkan." Boby menjawab dengan raut wajah serius."Wah, wah, dia benar-benar bermain cantik dan rapi.""Lebih tepatnya karena didukung situasi juga, Pak. Anda yang saat itu kecelakaan cukup parah, kemudian lanjut terapi, sehingga Nyonya Keke hanya fokus terhadap kesembuhan Anda, dan dia datang sebagai malaikat penolong di saat yang benar-benar tepat."Zayyan mengangguk setuju. "Jadi dia memiliki alibi untuk berkelit kalau kita mendesaknya sekarang?""Saya pikir begitu, terpaksa kita harus bersabar dan tetap memantau pergerakan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status