Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 41 Zayyan Menjadi Sekeras Itu

Share

41 Zayyan Menjadi Sekeras Itu

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-19 13:59:16

Zayyan tidak menjawab.

“Ayolah, Mas ...” bujuk Clara. “Sudah lama juga kita nggak ketemu.”

“Aku sibuk,” tolak Zayyan. “Kamu tahu sendiri kalau restoran aku ini hampir gulung tikar, jadi aku tidak mau buang-buang waktu untuk hal yang kurang penting lagi.”

“Sebentar saja kok, Mas ...”

“Kamu paham bahasa manusia atau tidak?” tukas Zayyan yang kesabarannya setipis tisu. “Aku tidak ada waktu, butuh usaha dan perjuangan keras untuk mencapai titik ini dan akan jauh lebih sulit lagi untuk mempertahankannya.”

Clara terpaku, lama tidak bertemu ternyata sudah mengubah Zayyan menjadi sekeras itu.

“Y—ya sudah, kapan-kapan aku akan datang lagi ...”

“Tidak perlu, karena aku selalu sibuk memperbaiki ekonomi.”

Tanpa menunggu jawaban dari Clara sedikitpun, Zayyan berlalu masuk ke mobilnya sendiri. Sambil melaju perlahan, dia menghubungi Beni melalui ponselnya.

“Halo, Pak Bos?”

“Kamu sudah selesai cuci motornya?”

“Ini masih lap-lap biar makin kinclong, ada apa, Pak?”

“Kalau sudah selesai, co
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    42 Tangan Mereka Bersentuhan

    “... kita bisa kok, Mas. Asalkan kamu mau menerima ...”“Tidak ada yang perlu menerima atau diterima, Cla. Jadi tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan.”“Mas, jangan begitu ...”Sindy berusaha menulikan kedua telinganya dari obrolan Zayyan dengan wanita itu, tangannya sibuk menaruh beberapa kantong plastik berisi sampah dapur.“Sudah ya, Cla. Aku sibuk ...”“Aku belum selesai bicara, Mas!”Zayyan menoleh ke sekeliling dan tatapannya tertumbuk pada Sindy.“Sin, kamu ikut saya beli bahan baku!”Mendengar namanya disebut, Sindy segera menoleh ke arah Zayyan. “Saya, Pak?”“Kamulah, siapa lagi yang saya panggil selain kamu?”Sindy hanya mengangguk dengan tampang cengo, terlebih saat wanita yang menjadi lawan bicara Zayyan menatapnya dengan mata menyipit.“Nggak bisa begitu dong, Mas. Kamu mau ajak dia ... nggak salah?” “Clara, tolong ya? Apa yang aku lakukan di sini bukanlah urusan kamu, jadi kamu tidak perlu mengomentari hal-hal seperti ini.” Zayyan mengingatkan. “Ayo, Sin.

    Last Updated : 2024-12-20
  • Istri yang Tak Dinafkahi    43 Zayyan Sedang Sensitif

    Meta mendeskripsikan ciri-ciri orang yang memaksa untuk meminta Sindy melayaninya.“... yang satu cewek, masih muda, dulu pernah disuruh cuci piring di belakang.”Sindy mengangguk paham, dia kenal betul siapa orang yang dimaksud Meta.“Mau pesan apa, Bapak? Adek?” Ardi menoleh saat Sindy muncul sambil membawa daftar menu.“Sin ...” Mata Ardi semakin terpana melihat penampilan Sindy yang sekarang, khususnya bagian wajah yang terlihat makin bersinar.“Lama banget,” celetuk Mita yang tidak sabaran. “Aku mau pesan nih, lapar!”“Tapi bisa bayar, kan?” tanya Sindy dengan senyum ramah.“Kamu jangan menghina ya, Mbak?” Suara Mita sedikit meninggi, sampai-sampai membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka.“Tidak perlu berteriak, Bu.”“Kamu ...”“Mit, jangan bikin keributan atau kamu bayar sendiri makanan kamu!” desis Ardi mengancam.“Ihhh, menyebalkan ...” Mita memajukan bibirnya.“Jadi mau pesan apa, Pak?” tanya Sindy sambil menunjukkan profesionalitasnya. “Biar bisa seg

    Last Updated : 2024-12-20
  • Istri yang Tak Dinafkahi    44 Ardi Mengirimkan Mata-mata?

    Zayyan berputar menghadap mamanya.“Kadang Mama agak sok tahu ...”“Mama memang tahu kamu sejak orok, Zay! Nggak usah diragukan lagi,” sahut Keke seraya duduk di salah satu kursi. “Sekarang cerita sama mama, apa yang sebetulnya terjadi di restoran kamu tadi?”“Aku kan sudah cerita, Ma.” Zayyan kembali melanjutkan pekerjaannya menyeduh kopi.“Masa cuma karena Sindy melayani pelanggan, kamu jadi semarah ini?”“Itu karena menurut aku, koki nggak boleh meninggalkan dapur kecuali keadaan darurat. Kalau misalnya pesanan ikan bakar antre, terus Sindy malah sibuk melayani pelanggan di depan, bisa-bisa restoranku terancam gulung tikar lagi ...”“Hust, omongan itu bisa jadi doa. Jangan sembarangan,” tegur Keke. “Memangnya pesanan ikan bakar di resto keteteran ditinggal Sindy?”“Kebetulan enggak sih ...”“Nah, itu artinya Sindy cukup tahu situasi! Sudahlah, jangan ditanggapi berlebihan. Kadang pelanggan memang macam-macam permintaannya, Zay.”“Tapi seumur-umur aku buka restoran, baru ka

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri yang Tak Dinafkahi    45 Pesan dari Keluarga Mantan

    Ini kenapa semua keluarga mantan suami pada error sih, batin Sindy. Dia merasa tidak perlu membalas pesan mantan adik iparnya itu.Malam harinya saat Sindy merebahkan diri di tempat tidur, lagi-lagi ponselnya berbunyi singkat.Ternyata ada pesan baru lagi.[Sin, kapan main ke rumah? Jangan memutuskan ikatan kekeluargaan di antara kita, mainlah ke sini sama Sisil]Sindy membaca pesan yang dikirim dari kontak mantan ibu mertuanya yang masih tersimpan.[Maaf Bu, saya belum bisa ambil cuti. Restoran ramai]Sejujurnya Sindy juga enggan membalas, tapi di terpaksa demi mempertahankan sopan santun terhadap orang tua.[Ibu senang karena kamu pintar cari uang, Ardi pasti bangga sama kamu, Sin]“Astaga, apa urusannya sama Mas Ardi sih?” Sindy geleng-geleng kepala membaca pesan balasan dari Ratna.[Terima kasih, Bu. Aku pamit tidur duluan, besok kerja]Sindy bergegas melempar ponselnya ke arah berlawanan, lalu cepat-cepat memejamkan mata.Situasi restoran terasa lebih tegang daripada b

    Last Updated : 2024-12-21
  • Istri yang Tak Dinafkahi    46 Cukup Sampai di Sini

    “Jadi Tante mau memaafkan aku?” Mata Clara berbinar-binar.“Tante bisa apa? Menyimpan dendam itu sejatinya tidak baik,” sahut Keke, gaya bicaranya lugas dan elegan. Berbeda sekali ketika dia mengobrol dengan Zayyan dan adiknya.“Terima kasih, Tante. Kalau begitu aku tinggal membujuk Mas Zayyan ...”“Membujuk buat apa?”“Untuk memperbaiki semuanya, Tante.” Clara begitu percaya diri karena merasa sudah mendapatkan dukungan dari Keke.“Tidak perlu sampai seperti itu, Cla. Bagi Zayyan, hubungan terbaik kalian ya dengan tetap seperti ini.”“Maksud Tante?”Keke menatap Clara lurus-lurus.“Kamu seharusnya paham kalau ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan apa adanya, jadi jangan dipaksakan untuk menjadi baik-baik saja. Apa kamu paham?”Clara tertegun mendengar penuturan Keke.“Apa itu artinya aku tidak boleh memperbaiki hubunganku dengan Mas Zayyan? Aku cuma tidak ingin terkesan bermusuhan seperti ini, Tante ...”Keke menarik napas. “Tidak ada satu orang pun yang menganggap kamu

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri yang Tak Dinafkahi    47 Mencoba untuk Perhatian

    Ardi terenyak mendapatkan pertanyaan tajam itu dari bibir Sindy.“Setidaknya aku masih bertanggung jawab dengan kasih kamu nafkah, walau nggak banyak.”Sindy hanya memasang wajah datar, dia sudah tahu jika Ardi akan berkilah sedemikian rupa. Karena itu dia tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini.“Ayolah, Sin.”“Tidak, Mas. Aku nyaman dengan hidup aku yang sekarang,” tegas Sindy dengan nada suara yang hanya Ardi sendiri yang mendengarnya.“Mentang-mentang kamu sudah banyak uang sekarang?”Sindy tidak menjawab.“Ternyata benar ya, istri itu akan merasa tinggi kalau bisa cari uang sendiri.” Ardi melanjutkan.“Aku rasa kamu belum hilang ingatan, Mas. Aku sudah bukan istri kamu lagi, jadi kamu nggak punya hak untuk berkomentar apa pun tentang hidup aku.”Ardi menyerahkan kantong plastik yang tadi dibawanya ke tangan Sindy.“Ini apa?”“Itu barang-barang kebutuhan wanita, buat kamu.” “Aku nggak ...”“Itu sebagai wujud kepedulian aku buat kamu, Sin.” Ardi tetap memaksa.Sind

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri yang Tak Dinafkahi    48 Keakraban yang Tidak Wajar

    Sindy buru-buru menggeleng.“Janganlah, Pak!’“Kalau begitu ikut mobil saya saja, tidak usah lama-lama!”Sindy akhirnya menurut.“Maaf merepotkan,” katanya saat dia duduk di kursi belakang.“Saya kok berasa jadi sopir kamu ya, Sin?”“Tidak enak sama pegawai lain kalau saya duduk di depan, Pak.” Sindy menjelaskan. “Takutnya ada yang berpikiran macam-macam terhadap Anda.”Zayyan tidak menjawab dan memilih untuk segera melajukan mobilnya.“Nanti saya turun di gang sana saja, Pak. Selanjutnya saya bisa jalan kaki ke resto,” ucap Sindy lagi.Namun, Zayyan masih tidak menjawab. Sindy pun menyerah, tidak lagi berusaha untuk menyambung obrolan. Dari respons Zayyan saja, dia sudah bisa menebak jika sang bos tidak terlalu suka basa-basi.“Sesuai permintaan kamu,” kata Zayyan ketika mobilnya tiba di gang yang dimaksud Sindy. “Jangan lupa isi paket datanya.”“Terima kasih, Pak.” Dengan sedikit menahan malu, Sindy turun dari mobil Zayyan dan berlari menuju restoran.“Apa harus dia lari

    Last Updated : 2024-12-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    49 Mana Urat Malunya?

    Meta refleks melirik melirik ke arah Sindy yang wajahnya merah padam karena ditatap hampir semua orang yang ada di ruangan.“Ini makanan dan minumannya, sesuai pesanan ya!” ucap Sindy buru-buru, setelah itu dia berjalan mendahului Meta yang masih sibuk meletakkan gelas-gelas di atas meja.Kok aku nggak baca nama pelanggan di catatan kemarin ya, sama Pak Zayyan ditulis nggak sih? Sindy kembali ke dapur sambil uring-uringan dalam hati.“Mas Roni, catatan yang kemarin ditinggal nggak?” tanya Sindy.“Kalau nggak salah dipegang Nesi buat dibikin nota tagihan, Mbak.”Sindy mengangguk dan berbalik arah menuju kasir, tempat Nesi berjaga.“Sudah semua, Sin?”Sindy mengangguk. “Di catatan kemarin itu ada nama pelanggan yang pesan nggak sih?”“Memangnya kenapa? Aku nggak perhatikan ...”Sindy menghela napas panjang, lalu menceritakan tentang Ardi yang ikut hadir di acara event pesanan pelanggan.“Serius? Jadi ini acara kantornya Ardi?” Nesi terbelalak kaget.“Mungkin,” angguk Sindy. “

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

  • Istri yang Tak Dinafkahi    100

    “Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”“Aku bukan dagangan, Ma.”“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”“Nggak gimana-gimana, Ma.”“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.” Zayyan merenung

  • Istri yang Tak Dinafkahi    99

    Ratna balas menatap kedua anaknya bergantian. "Ibu usahakan, tapi kamu juga harus bertindak." Wanita berumur itu melirik anak lelakinya. "Dekati Sisil, siapa tahu dia bisa kasih info meski masih kecil." "Apa yang mau diharapkan dari Sisil sih, Bu? Dia ngomong saja belum bener!" tukas Mita meremehkan. "Kamu nggak ngerti kalau ingatan anak kecil itu kuat, Mit! Dari Sisil, Ardi bisa tanya-tanya kapan pemilik resto itu ke rumah, terus mereka ngapain saja ... Minimal Sisil pasti ingat Sindy sudah dikasih apa saja sama laki-laki itu, siapa tahu malah anak itu juga dijanjikan beli baju baru untuk acara ..." Ardi terdiam merenungi ucapan Ratna. Meskipun tidak ingin membayangkannya, tapi dia merasa jika ucapan Ratna lumayan masuk akal. Kalau Ardi ada di posisi Zayyan, tentu dia akan berusaha mendekati Sindy dengan mencari perhatian anaknya. Karena itulah Ardi berencana untuk menemui Sisil dan ngobrol dengannya, tidak peduli Sindy akan memberi izin atau tidak. ** Tidak membutuhkan waktu

  • Istri yang Tak Dinafkahi    98 Sikap Manja Sindy

    “Kamu nggak lemah, kamu tetap kuat seperti yang biasanya aku kenal.” Zayyan menghibur Sindy yang masih terisak-isak di bahunya. “sisil dulu nggak kenal sama aku, kamu sendirian ... makanya dia nggak rewel.”Sindy masih sesenggukan, meskipun tidak sekencang tadi.“Tapi sekarang, adiknya Sisil tahu kalau ibunya nggak sendirian lagi,” sambung Zayyan sembari membelai punggung Sindy. “Ada ayahnya di sini yang setiap saat menemani, kapanpun dibutuhkan.”Zayyan melepas Sindy dan mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya.“Kamu sedang hamil,” kata Zayyan mengingatkan. “jadi jangan stres atau berpikir yang macam-macam, kasihan yang ada di dalam.”Dia mengusap perut Sindy yang masih rata.“Maaf ... aku jadi manja begini sama kamu ...” ucap Sindy lirih.“Jangan minta maaf,” tepis Zayyan. “aku justru senang karena ini pertama kalinya aku bisa menemani kamu di masa kehamilan kamu yang berat.”Sindy menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi.Setelah itu sikap manja sindy justru sering menjad

  • Istri yang Tak Dinafkahi    97 Alasan untuk Menyentuhnya

    “Pa, kita belikan ibu sop ayam, ayo!” seru Sisil setelah selesai dua putaran mengelilingi taman.“Di rumah sudah ada Bibi Imel yang masak,” sahut Zayyan sambil mengusap keringat di dahinya. “Kita pulang saja yuk, ibu kamu sedang nggak enak badan soalnya.”“Sebentar, aku mau beli kue dadar.” Sisil menoleh memandang berkeliling taman yang mulai ramai dengan para penjual makanan ringan.Zayyan mengabulkan permintaan putranya sekalian membelikan Sindy cemilan yang serupa.Setibanya di rumah, Sisil langsung sibuk dengan kotak mainannya sementara Zayyan memilih pergi ke kamarnya untuk melihat keadaan Sindy.“Kamu belum bangun?” sapanya sambil membawa sekotak kue dadar yang tadi dibelinya. “Lihat aku bawa apa.”Sindy menoleh dengan mata terpejam.“Aku lemas ... maunya tidur terus,” keluhnya sambil berbaring miring. “Semua pekerjaan rumah dipegang Imel, tapi aku yang capek ...”Zayyan mendengarkan keluhan istrinya dengan sabar.“Kamu mau saya pijat?” katanya menawarkan diri.“enggak,” sahut S

  • Istri yang Tak Dinafkahi    96 Gemuruh di Dada

    Ardi melirik putrinya yang makan dengan supercepat, sementara Sindy berusaha mengejar keterlambatannya meskipun dengan susah payah karena kerongkongannya mulai penuh sesak oleh burger.“Yeeayy, aku menang!” Sisil menelan potongan terakhir burgernya dan bersorak sedangkan sindy masih mengunyah dengan seperempat burger yang masih tersisa. “Ibu kalah!”Sindy mengangkat tangannya tanda menyerah dan menghabiskan sisa burgernya dengan perlahan. “Ibu sampai belepotan saus!” komentar Sisil sambil tertawa. “Ayah, lihat Ibu lucu banget!”Ardi menoleh dan melihat noda saus di sudut-sudut bibir Sindy. Refleks dia meraih tisu dan membersihkan sisa saus yang belepotan.Dari kejauhan, Zayyan yang memang sedang mengawasi mereka, merasakan gemuruh di dada.“Sudah, terima kasih.” Sindy buru-buru membersihkan bibirnya sendiri.Selesai makan burger, mereka bertiga bersiap pulang ke rumah dan Sisil mengingatkan Sindy tentang hukuman yang harus dia jalani.“Ibu halus menggendong ...” Sisil kelihatan berpi

  • Istri yang Tak Dinafkahi    95 Cuma Orang Asing

    Sindy meletakkan gelasnya dan menarik napas panjang, dia tidak mengira Clara sudah terlampau jauh mengetahui latar belakangnya sedemikian rupa."Jadi Bu Sindy sempat tidak punya pekerjaan?" Tiba-tiba Tristan datang dan mengejutkan Clara."Bukan apa-apa kok, Pak." Sindy menggeleng sambil tersenyum. "Itu cuma masa lalu yang tidak harus diketahui oleh orang banyak ....""Kenapa, kamu malu mengakui masa lalu kamu?" sela Clara yang seakan makin terlecut untuk membuat nama Sindy kian jatuh di hadapan Tristan. "Kamu cuma beruntung karena Mas Zayyan mau menikah sama kamu.""Ya, ya, terserah." Sindy mengangkat bahu dan tidak ingin menanggapi ucapan Clara lebih jauh. "Silakan jelekkan aku sepuas kamu, aku nggak peduli."Clara lantas menoleh ke arah Tristan."Lihat kan, Sindy ini cuma beruntung karena Mas Zayyan mau menikahi dia dan mengangkat derajatnya menjadi lebih terpandang." Clara berkata puas."Menurut saya tidak begitu," geleng Tristan kalem. "Apa?" Clara mengernyit."Yang justru berunt

DMCA.com Protection Status