Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 48 Keakraban yang Tidak Wajar

Share

48 Keakraban yang Tidak Wajar

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 12:03:23

Sindy buru-buru menggeleng.

“Janganlah, Pak!’

“Kalau begitu ikut mobil saya saja, tidak usah lama-lama!”

Sindy akhirnya menurut.

“Maaf merepotkan,” katanya saat dia duduk di kursi belakang.

“Saya kok berasa jadi sopir kamu ya, Sin?”

“Tidak enak sama pegawai lain kalau saya duduk di depan, Pak.” Sindy menjelaskan. “Takutnya ada yang berpikiran macam-macam terhadap Anda.”

Zayyan tidak menjawab dan memilih untuk segera melajukan mobilnya.

“Nanti saya turun di gang sana saja, Pak. Selanjutnya saya bisa jalan kaki ke resto,” ucap Sindy lagi.

Namun, Zayyan masih tidak menjawab. Sindy pun menyerah, tidak lagi berusaha untuk menyambung obrolan. Dari respons Zayyan saja, dia sudah bisa menebak jika sang bos tidak terlalu suka basa-basi.

“Sesuai permintaan kamu,” kata Zayyan ketika mobilnya tiba di gang yang dimaksud Sindy. “Jangan lupa isi paket datanya.”

“Terima kasih, Pak.” Dengan sedikit menahan malu, Sindy turun dari mobil Zayyan dan berlari menuju restoran.

“Apa harus dia lari
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dinafkahi    49 Mana Urat Malunya?

    Meta refleks melirik melirik ke arah Sindy yang wajahnya merah padam karena ditatap hampir semua orang yang ada di ruangan.“Ini makanan dan minumannya, sesuai pesanan ya!” ucap Sindy buru-buru, setelah itu dia berjalan mendahului Meta yang masih sibuk meletakkan gelas-gelas di atas meja.Kok aku nggak baca nama pelanggan di catatan kemarin ya, sama Pak Zayyan ditulis nggak sih? Sindy kembali ke dapur sambil uring-uringan dalam hati.“Mas Roni, catatan yang kemarin ditinggal nggak?” tanya Sindy.“Kalau nggak salah dipegang Nesi buat dibikin nota tagihan, Mbak.”Sindy mengangguk dan berbalik arah menuju kasir, tempat Nesi berjaga.“Sudah semua, Sin?”Sindy mengangguk. “Di catatan kemarin itu ada nama pelanggan yang pesan nggak sih?”“Memangnya kenapa? Aku nggak perhatikan ...”Sindy menghela napas panjang, lalu menceritakan tentang Ardi yang ikut hadir di acara event pesanan pelanggan.“Serius? Jadi ini acara kantornya Ardi?” Nesi terbelalak kaget.“Mungkin,” angguk Sindy. “

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Istri yang Tak Dinafkahi    50 Ardi Berulah, Sindy Marah

    Sehingga lagi-lagi tangan mereka berdua tanpa sengaja bersentuhan.“Maaf!” Baik Zayyan maupun Sindy sama-sama mengucapkannya.“Ini barangnya ada banyak, biar Beni yang bantu saja daripada kamu kerepotan.”“Tidak apa-apa, Pak. Tadi saya lihat Mas Beni lagi sarapan,” sahut Sindy buru-buru.Dari kejauhan, sepasang mata milik Clara menyipit tajam karena menyaksikan kebersamaan mereka. “Kok mereka bisa seakrab itu sih? Aku jadi nggak yakin kalau mereka sekadar berhubungan kerja biasa,” gumam Clara, dengan ragu dia melangkah lebih dekat menuju kedua orang itu.“Pagi, Mas!” sapa Clara dengan suara yang dibuat mesra.Zayyan menoleh dan wajahnya langsung kecut melihat keberadaan Clara di dekatnya, berbeda dengan Sindy yang justru tersenyum ramah kepada wanita itu.“Kamu pelayan di sini kan? Saya pesan kopi, bisa?”“Bisa, Bu ...”“Resto belum buka, jadi nanti silakan balik lagi ke sini kalau sudah jam buka.” Zayyan menyela tegas, sembari melirik Sindy agar menuruti ucapannya.“Kopi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Istri yang Tak Dinafkahi    51 Aku Bertindak Keterlaluan?

    “Lancang banget kamu ya, Mas?”“Jangan kasar-kasar sama aku, Sin. Nanti kamu jatuh cinta!”Sindy geleng-geleng kepala mendengar ucapan Ardi yang semakin tidak tahu malu itu.“Aku nggak mau rujuk sama kamu, Mas. Yang ada hidup aku kembali menderita ...”“Siapa bilang? Dulu mungkin iya karena memang keadaan ekonomi kita yang belum mapan, tapi kan sekarang kamu sudah kerja, punya penghasilan sendiri, jadi nggak masalah dong kalau kita rujuk?”Sindy tersenyum sinis. “Terus kenapa memangnya kalau aku sudah punya penghasilan sendiri?”“Kan bisa kita gunakan sama-sama, Sin.”“Enak saja, aku lho nggak pernah merasakan nafkah seutuhnya dari kamu gara-gara kamu sibuk menggunakannya buat keluarga kamu. Giliran uang aku saja kamu berharap untuk menggunakannya sama-sama, malu lah Mas jadi laki-laki.”Ardi menggelengkan kepala. “Kalau sudah suami istri, apa-apa jadi satu. Ngapain malu?”Sindy mengepalkan tangannya, ingin sekali menonjok wajah Ardi yang tanpa dosa itu.“Percuma ngomong sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Istri yang Tak Dinafkahi    52 Calon Istrinya Zayyan

    Zayyan sedang mengemudikan mobilnya ke arah rumah, seraya mengamati jalanan di depannya yang tidak terlalu padat.Lelaki tiga puluh tahunan itu sesekali melirik selembar potret yang tergeletak di dasbor, potret masa lalu yang memperlihatkan beberapa murid berseragam putih abu-abu. Salah satunya merupakan seorang murid perempuan yang Zayyan sayangkan tidak mengingat dirinya sedikitpun.Aku memang nggak sepenting itu bagimu, pikir Zayyan seraya melirik potret itu beberapa detik lebih lama.Hanya beberapa detik, tetapi sangat fatal dampaknya ....Brukk!Zayyan merasakan ada yang membentur bagian belakang mobil yang dikemudikannya. Potret di atas dasbor sampai bergoyang dan jatuh ke bawah, membuat konsentrasi Zayyan semakin buyar dan tidak dapat berpikir dengan jernih.Refleks dia membungkuk dan mencari-cari potret itu menggunakan jemarinya, sementara terdengar suara nyaring klakson yang saling bersahutan.Tin! Tin!Brukk!Benturan itu lagi, sontak membuat Zayyan menegakkan dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri yang Tak Dinafkahi    53 Clara Mulai Ikut Campur

    “Ini uang setoran dari resto, Bu. Maaf kalau kedatangan kami ke sini mengganggu, masalahnya kami cuma bisa tenang kalau uang ini berada di tangan yang semestinya.” Sindy menjelaskan begitu Keke mempersilakannya masuk. “Karena Pak Zayyan tidak ada, maka saya lebih tenang jika Ibu yang menerima setoran ini daripada calon istrinya Pak Zayyan.”Seketika kening Keke berkerut. “Calon istri! Maksud kamu apa, Sindy?”“Wanita yang di luar tadi itu calon istrinya Pak Zayyan kan, Bu? Tadi dia bilang begitu.”“Oh, itu Clara namanya. Dia bukan calon istri Zayyan, tapi memang dia yang urus kecelakaan Zayyan ...”“Pak Zayyan kecelakaan, Bu?” Sindy terbelalak. “Kemarin kami masih bertemu itu, Bu.”“Musibah tidak ada yang tahu, Sin. Saya saja masih shock, ini mau ke rumah sakit lagi.”“Semoga Pak Zayyan cepat pulih ya, Bu? Paling tidak uang setoran sudah diterima dengan baik ...”“Iya, terima kasih ya? Kamu dan Nesi amanah sekali meskipun Clara mengaku sebagai calon istri Zayyan.”“Saya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri yang Tak Dinafkahi    54 Menambah Ketidaksukaan Clara

    “Mulai sekarang kalian ganti supplier sayur di warung tradisional saja, biar keuntungan lebih besar.” Clara masuk ke dapur dan memberi wejangan kepada Sindy dan Roni.“Tapi selama ini Pak Zayyan sudah punya langganan tetap sendiri, Bu.” Roni mencoba menjelaskan.“Kamu tuh nggak ngerti apa-apa, ini namanya strategi marketing. Pak Zayyan juga akan senang kalau keuntungan resto makin banyak, besok saya akan suruh supplier baru untuk antar bahan-bahan dapur ke sini.”Tanpa menunggu komentar dari siapapun, Clara langsung pergi meninggalkan dapur.“Ya sudahlah, Mas. Asalkan bahan-bahan yang dibeli Bu Clara sama bagusnya,” cetus Sindy ketika mendengar Roni menarik napas panjang.“Masalahnya aku tahu betul kayak apa prinsip Pak Zayyan, Mbak. Bahan-bahan itu harus dia seleksi dulu ibaratnya, dan itu nggak bisa dilakukan sama orang lain. Aku saja terima beres, bahan-bahan yang masuk ke dapur ini sudah pasti lolos dari seleksi Pak Zayyan.”Sindy mengangguk-angguk.“Kita lihat dulu besok b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri yang Tak Dinafkahi    55 Kamu Saya Pecat!

    “Seharusnya sih nggak ya,” ujar Roni. “Aku justru menghawatirkan hal lain yang lebih gawat lagi.”“Apa itu, mas?”Usai meninggalkan rumah Zayyan, mereka berkumpul di sebuah warung angkringan untuk melepas penat. “Kemunduran restoran Pak Zayyan,” jawab Roni dengan raut wajah serius. “Dengan tata kelola yang diterapkan Bu Clara ini, aku rasa kita tinggal menghitung waktu saja kapan restoran ini akan mengalami kebangkrutan seperti dulu.”“Jangan dong, Mas!”“Aku masih butuh pekerjaan ini ...”“Sama, memangnya Cuma kamu saja?”Sindy menatap Roni. “Terus kita harus ngapain, mas? Apa ada di antara kita yang bisa melawan Bu Clara?”“Bisa, asalkan Pak Zayyan sembuh.”“Kita saja nggak tahu gimana keadaan Pak Zayyan yang sebenarnya,” keluh Tomi seraya meraih setusuk sate telur puyuh.“Maka dari itu, aku lebih khawatir.” Roni menarik napas panjang. “Resto sudah bagus-bagus dibenahi Pak Zayyan, malah Bu Clara buat kacau.”“Aku kayaknya juga nggak bakalan betah kalau bosnya ganti Bu Cl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Istri yang Tak Dinafkahi    56 Setelah Sindy Dipecat

    Clara berkacak pinggang di depan Sindy.“Jangan ngawur kamu ya, pelanggan nggak akan masuk rumah sakit cuma karena makan bahan-bahan tadi. Kamu memang nggak ngerti caranya berbisnis,” cemooh Clara. “Menekan biaya produksi serendah mungkin itu sah-sah saja, ngerti?”“Tidak, yang saya tahu Pak Zayyan lebih mementingkan kualitas dibandingkan keuntungan semata.”“Tahu apa kamu soal Pak Zayyan? Saya ini lebih mengenalnya luar dalam, betul kan, Ron?”Clara menoleh ke arah Roni yang enggan menjawab.“Saya nggak mau buang-buang waktu. Nesi, cepat kamu siapkan gaji terakhir buat Sindy. Sama pesangon sekalian, mumpung saya sedang baik hati.” Clara memberikan perintah, lalu dengan angkuh melenggang pergi menuju ruangan Zayyan.“Kenapa sih kamu nggak iya-in saja semua omongannya Bu Clara?” Nesi menyesalkan, matanya memanas saat dia menghitung berapa gaji yang harus dibayarkan kepada Sindy.“Iya Mbak, pura-pura tuli saja kalau Bu Clara ngomel-ngomel kayak tadi.” Meta memasang wajah murung,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dinafkahi    116

    "Saya ikut Anda saja, Pak. Kalau memang mau diteruskan ke pihak berwajib, saya akan berusaha keras untuk mencari bukti-bukti lainnya agar kalau dia mengelak, kita bisa langsung tutup celah itu." "Lakukan, bergerak lah dalam diam. Untuk sementara aku juga akan bersikap sudah melupakan kecelakaan itu, ada untungnya juga pihak berwajib bertele-tele dalam mengusutnya." Boby tiba-tiba menjentikkan jarinya. "Kalau saya berpikiran begini, Pak. Siapa tahu dia tidak bergerak sendirian, tapi ada orang dalam yang membuatnya aman-aman saja sampai detik ini?" Zayyan terdiam mendengar penuturan Boby. "Aku rasa kamu ada benarnya juga, dia bahkan masih berani menampakkan batang hidungnya seolah tidak terjadi apa-apa ..." "Wah, hebat sekali dia!" "Hebat atau memang tidak ada otak, di antara dua kemungkinan itu." Boby mengangguk karena sependapat, lalu meraih cangkir kopinya. "Saran saya, Anda tetap harus berhati-hati. Dia sudah terbukti nekat, takutnya dia akan mengulanginya lagi karena yang

  • Istri yang Tak Dinafkahi    115

    Pasti karena sudah punya pacar, jadi cuma ada kamu sama si dia. Yang lainnya numpang lewat saja."Tanpa sadar Sindy malah melamun, mengingat kembali hal-hal apa saja yang membuatnya tidak terlalu terkenang dengan masa putih abu-abu.Sadar dengan perubahan ekspresi di wajah istrinya, Zayyan meletakkan foto itu di atas meja dan mendatanginya."Kok jadi sedih begitu?"Sindy terperanjat, lalu menggeleng perlahan."Cuma lagi mengingat-ingat sesuatu ...""Ada yang kamu ingat tentang aku?" tanya Zayyan dengan mata berbinar."Tidak ada," sahut Sindy sambil nyengir minta maaf. "Masa-masa SMA itu benar-benar menguras tenaga dan pikiran, jadi aku tidak terlalu ingat siapa saja teman aku."Zayyan menatap Sindy, seolah tidak percaya dengan kata-katanya.Namun, sebelum dia sempat berkomentar, tiba-tiba ponsel yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur berdering nyaring."Halo?" "Pak, saya sudah mulai dapatkan titik terang mengenai kecelakaan mobil yang Anda alami!" Sahut boby dengan nada be

  • Istri yang Tak Dinafkahi    114

    "Betul, Kak. Uangnya buat masa depan sendiri saja," imbuh Mita supaya Ardi tak lagi ragu. "Sini uang yang jatah aku, mau aku pakai buat perawatan ...""Kamu kerja dong, Mit! Kayak Sani kek, biarpun seringnya rebahan, tapi dia sambil jualan online. Jadi dia nggak melulu mengharapkan uang dari aku," ujar Ardi.Nasehatnya sebagai kakak sebetulnya baik, hanya saja baik Ratna ataupun Mita tidak sebaik itu mampu menerima."Kamu apaan sih, Kak? Biasanya juga ngasih aku tanpa syarat, kenapa ini tiba-tiba nyuruh aku kerja?" sewot Mita dengan bibir maju."Iya nih, Di. Mita ini kan anak anak perempuan pertama, jadi dia duluan yang akan dipinang jodohnya. Lebih baik dia fokus merawat diri biar calon suaminya nanti nggak kecewa," imbuh Ratna membela."Ya iya deh, aku doakan semoga kamu dapat jodoh sultan yang cuma peduli sama kecantikan semata." Ardi mencibir. Padahal di matanya, istri itu setidaknya harus pandai merawat diri, membersihkan rumah, memasak, mengurus anak, dan mencari uang tambahan.

  • Istri yang Tak Dinafkahi    113

    Mita mengangguk-angguk mengerti dengan ucapan kakaknya itu."Kalau begitu bagi duit dong, Kak!""Buat apa lagi sih?""Aku kan harus sering-sering ke restoran buat mantau!"Ardi garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal."Nanti dulu lah, sibuk ini ...""Jangan pelit-pelit begitu, Kak.""Diam dulu, Mit!" Kali ini Ratna yang menegur. "Itu kakakmu lagi fokus hitung gajinya, jangan dulu kamu ganggu.""Kayak biasa ini buat ibu, Sani sama Mita ..." Ardi yang sudah membagi-bagi uang itu menjadi tiga kelompok menyerahkannya kepada Ratna. "Sisanya aku yang pegang buat kebutuhan pribadi."Ratna manggut-manggut dan meraih uang bagiannya dan juga Sani. Dalam hati dia berpikir jika nantinya harus berbagi lagi dengan istri baru Ardi, itupun kalau anak lelakinya ingin kembali meniti rumah tangga dengan orang baru."Kamu nggak usah buru-buru nikah deh, Di.""Lho, memangnya kenapa, Bu? Masa iya aku jadi duda selamanya sementara Sindy sudah menikah lagi?"Mita ikut memandang ibunya dengan kening berkerut.

  • Istri yang Tak Dinafkahi    112

    Ekor apa dulu, Ma?" Zayyan yang menyahut."Ekor ikan, tentu saja calon bayi lah!""Doakan saja menantu Mama ini bersedia tanpa kebanyakan alasan buat bikin ...""Aku tidak banyak alasan, tapi memang ada alasan logis." Sindy membantah dengan segera."Ya itu kan tetap saja namanya alasan, Sin."Keke geleng-geleng kepala menyaksikan perdebatan anak dan menantunya."Terserah kalian berdua prosesnya mau gimana, pokoknya mama terima beres saja." Dia menengahi.Saat hari keberangkatan, Keke melepas kepergian Zayyan dan istrinya di pagi buta."Nanti mama bilang Sisil kalau kalian ada urusan, sana berangkat.""Terima kasih ya Ma, sudah mau jaga Sisil ..." "Sama-sama, ada om kembarnya juga, sudah sana."Sindy tersenyum saat Keke mendorongnya masuk mobil. Perjalanan menuju lokasi berlangsung mulus karena hari masih pagi, sehingga belum banyak kendaraan yang beradu di jalanan.Zayyan ternyata sudah menyewa penginapan khusus untuknya dan Sindy dalam rangka suasana pengantin baru.Di sana, mereka

  • Istri yang Tak Dinafkahi    111

    Zayyan menarik napas panjang, kedua matanya tetap fokus memperhatikan arah jalan yang ada di depannya. "Pokoknya kita jadi pergi bulan madu, mumpung ada waktu." "Tidak enak sama pegawai kamu, Mas." "Ya ampun, apa hubungannya sama pegawai aku coba?" "Takutnya ... nanti ada yang berpikiran kalau aku nikah sama kamu karena kamu pengusaha kaya ..." "Amin!" sambar Zayyan. "Insha Allah aku akan tetap rendah hati meskipun aku sudah kaya tujuh turunan. Masalahnya adalah, untuk apa juga kamu harus cerita sama mereka kalau kita mau bulan madu?" Sindy meringis. “Terserah kamu saja,” katanya. “Mau ke hotel bintang lima juga tidak apa-apa, asal kamu mau pasang badan kalau orang-orang berpikir bahwa aku cuma menghabiskan uang kamu atau apa.” “Pasang nyawa juga akan aku lakukan demi kamu,” sahut Zayyan tenang. "Bicara apa sih, Mas?" "Kan betul, kamu sudah jadi tanggung jawab aku sekarang. Termasuk Sisil," tegas Zayyan. "Sebentar lagi sampai rumah, biar aku yang bilang sama Mama." Sindy

  • Istri yang Tak Dinafkahi    110

    Ardi memutar bola matanya malas."Gimana mau nabung, kan sebagian besar uang aku dipegang sama Ibu." Dia mengingatkan."Masa sih? Terus yang dipegang sama Sindy apa, masa dia nggak bisa menyisihkan sedikit buat ditabung?" Ratna masih saja menyangkal."Sindy saja selalu bilang kalau uangnya kurang, kan dia memang dapatnya sisa gaji karena Ibu yang pertama kali ambil gajiku.""Oh, ya wajar kan? Keluarga kamu yang utama, istri sudah seharusnya menerima berapa pun yang dikasih suaminya."Ardi hanya bertopang dagu, selalu itu-itu saja yang Ratna tekankan kepadanya sejak awal meniti rumah tangga dengan Sindy. Dan polosnya, prinsip itu dia telan mentah-mentah tanpa disaring terlebih dahulu.Tidak heran jika rumah tangga Ardi jauh dari kata harmonis.**“Akhir pekan ini kamu mau kita bulan madu ke vila puncak atau pantai?” tanya Zayyan ketika mobil yang dikemudikannya mulai melaju dengan kecepatan sedang. Mereka dalam perjalanan pulang dari restoran menuju rumah usai jam kerja berakhir.“K

  • Istri yang Tak Dinafkahi    109

    "kamu masih menyimpan foto ini, itu artinya kenangan itu sangat penting buat kamu kan?" Tanya Sindy lagi."Memang penting, tadi kan sudah aku jelaskan sama kamu."Sindy menarik napas, tentu saja itu bukan jawaban yang dia harapkan. Tadinya dia pikir Zayyan akan minta maaf dan berjanji untuk membuang benda masa lalu itu sesegera mungkin, tapi ternyata tidak demikian."Ada lagi yang mau kamu tanyakan?" cetus Zayyan ketika melihat Sindy hanya terdiam bisu."Tidak ada ...""Ngambek?""Tidaklah, buat apa ngambek. Kamu mandi saja, ini bajunya." Sindy buru-buru mengulurkan satu setel baju ke tangan Zayyan.Selama Zayyan mandi, sindy lebih memilih untuk berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Dia punya firasat jika suaminya masih terikat kuat dengan foto yang ditemukannya itu, terus apa gunanya mereka menikah jika masih kepikiran dengan masa lalu?Tujuan sindy menikah adalah untuk bisa memulai segalanya dari awal, dan foto itu merupakan bukti jika Zayyan memiliki prinsip yang berseberan

  • Istri yang Tak Dinafkahi    108

    Zayyan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik kembarnya. Mereka meneruskan obrolan, hingga keduanya memutuskan untuk pergi dari restoran Zayyan karena ingin kembali ke rumah.Mita ternyata masih berada di resto bersama teman-temannya dan ketika si kembar muncul, tatapan matanya tidak bergeser satu senti pun dari mereka berdua.Saat itu Mita terlalu bingung untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Dua-duanya punya kharisma dan wajah yang begitu mirip.Andai di negara ini poliandri dilegalkan, pikir Mita mulai ngelantur. "Mit, kamu nggak apa-apa?" tanya salah satu teman ketika melihat kebisuan Mita. "Kesambet mungkin dia ...""Ngaco! Siang-siang begini mana ada kesambet.""Setan mana ada pilih-pilih waktu, sih?"Mita tidak menghiraukan ucapan teman-temannya, dia justru fokus kepada dua laki-laki muda itu sampai mereka masuk mobil dan melaju pergi."Aku jadi bingung pilih mana," ucap Mita saat tiba di rumah, dia menjatuhkan diri di tempat dan berbaring telungkup. "Kakak Bos

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status