Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 31 Sindy sama Laki-Laki Lain

Share

31 Sindy sama Laki-Laki Lain

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-15 19:54:54

Zayyan ikut berbalik.

“Mau apa? Tentu saja aku mau bawa Sisil lagi, kemarin itu aku belum puas main sama dia di rumah. Jangan kamu halangi aku, ya!” kilah Ardi seenaknya. “Sekarang mana Sisil? Apa ada di dalam mobil itu?”

Dengan tidak sopan, Ardi menunjuk ke arah mobil milik Zayyan.

“Sisil nggak ada di situ,” kata Sindy tegas.

“Jangan kamu sembunyikan anakku, Sin. Aku tadi ke rumah orang tua kamu, tapi nggak ada orang yang bukain pintu.”

“Ya mungkin orang tuaku sedang tidur, apa pergi ... Entahlah, aku nggak tahu.”

“Jangan coba-coba bohong sama aku, Sin!”

“Capek ngomong sama kamu, Mas.”

Zayyan meneruskan langkahnya menuju mobil yang terparkir, mengisyaratkan kepada Sindy untuk mengikutinya.

“Tunggu, mau ke mana kamu Sin?” tanya Ardi sambil menarik tangan mantan istrinya.

“Bukan urusan kamu ...”

“Hebat, ya? Belum lama cerai dari aku, tapi kamu sudah kegatelan sama laki-laki lain!”

“Jaga mulut kamu, Mas!”

Tin! Tin!

Zayyan sengaja menekan klakson kuat-kuat untuk menghenti
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    32 Belum Menemukan Solusi

    “Kalau Ardi datang ke sini lagi gimana, Yah?” tanya ibu dengan ekspresi was-was. “Langsung telepon ayah, atau bilang sama Ardi suruh izin ayah dulu kalau mau bawa Sisil.”“Masalahnya Ardi itu orangnya ngotot, Yah. Apalagi karena dia merasa sebagai ayah kandung Sisil.”“Buktinya dia lalai menjaga Sisil, sampai keluar rumah sampai ke jalan. Untung ketemunya orang baik macam Pak Zayyan, kalau nggak?”Sindy yang sedang menyuapi Sisil, hanya bisa menyimak obrolan ayah dan ibunya. Sampai detik ini, dia belum menemukan solusi yang ampuh untuk membuat Ardi berhenti menggerecoki Sisil lagi.“Apa sebaiknya aku ajak Sisil untuk kerja lagi ya, Bu?” tanya Sindy bingung setelah ayahnya berangkat kerja.“Bukannya resto sudah mulai ramai? Apa nggak malah merepotkan nanti, Sin?”“Iya sih, Bu. Kalau dulu kan Nesi bisa gantian jaga, kalau sekarang sangat berisiko soalnya dia tunggu kasir.” Sindy menjelaskan dengan hati gamang.“Sudahlah, biar ibu sama Sisil di rumah.”“Nanti kalau Mas Ardi ...

    Last Updated : 2024-12-16
  • Istri yang Tak Dinafkahi    33 Sindy Sengaja Menghalangi

    “Halo, Pak!”Zayyan terlonjak kaget ketika suara seorang perempuan bernada centil menyambar telinganya. Dia berbalik dan mendapati sosok yang sedang cengar-cengir di dekat mobilnya.“Kamu siapa?”“Ish, Bapak ini ... Masa nggak ingat aku sih?”Zayyan menggeleng dan tidak memedulikannya karena dia harus pulang untuk mengantar masakan buatan Sindy ke tangan mamanya.“Pak! Pak! Kok buru-buru amat, mau ke mana?” sambar perempuan itu lagi.“Saya itu nggak kenal kamu!”“Ini aku, Pak!”“Aku siapa?”“Akuuuuu! Yang dulu kena hukuman cuci piring gara-gara kakak iparku yang nggak mau bayar tagihan, kenalin—namaku Mita!”Zayyan mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat perempuan yang jauh lebih muda darinya ini.“Ya sudah lah ya, masalahnya sudah selesai.”“Iya sih, Pak. Itu artinya sudah ingat aku, kan?” tanya Mita dengan penuh percaya diri.“Tidak,” jawab Zayyan tegas dengan tangan terulur ke pintu mobilnya.“Ihhh, kok nggak ingat sih, Pak?” Mita mengentakkan kakinya ke tanah

    Last Updated : 2024-12-16
  • Istri yang Tak Dinafkahi    34 Aku Mau Kita Rujuk, Sin

    “Itu Sindy baru pulang!” tunjuk Ratna yang ternyata sedang bertandang ke rumah mantan besannya.Sindy yang saat itu baru saja turun dari ojeknya, berusaha terlihat biasa begitu tatapan matanya bertemu dengan mantan mertuanya.“Biarkan Sindy mandi dan istirahat sebentar ya, Jeng? Kasihan baru pulang kerja ...”“Iya, nggak apa-apa. Tetap ditunggu kok, ya kan, Di?”“Iya, Bu ...”Sindy tetap mengangguk sopan ke arah Ratna sebagai bentuk sopan santun terhadap orang yang lebih tua.Sementara ayah menemani para tamu, ibu Sindy beranjak masuk ke dalam menyusul sang putri.“Sisil mana, Bu?”“Habis mandi, tidur lagi dia.”Sindy mengangguk lalu duduk di kursi sambil memijat-mijat bahunya.“Ada perlu apa mereka datang ke sini, Bu?”“Tadi sih bilangnya mau memperbaiki masa depan kalian bertiga, Sin.”“Maksud mereka gimana?”Ibu mengisi kursi kosong di depan Sindy lalu menatapnya dengan sangat serius.“Ardi berniat untuk rujuk sama kamu, gimana?”Sindy terbelalak, kemudian geleng-gel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    35 Cara yang Lebih Halus

    “Yang tadi itu serius, Sin?”“Apanya, Bu?”Ardi dan ibunya sudah beberapa saat yang lalu meninggalkan rumah mereka, sekaligus meninggalkan tanda tanya besar di benak semua orang. “Itu, mantan mertua kamu bilang kalau Nita sama bos kamu lagi pendekatan?” tanya ibu memperjelas.“Katanya sih begitu, aku sempat ketemu sama Mita di restoran dan katanya dia memang lagi pendekatan sama Pak Zayyan.” Ibu mengerutkan keningnya. “Kok kayaknya itu hal yang sulit dipercaya, ya?”Sindy mengangkat bahu. “Aku juga nggak percaya, Bu. Jarak usia mereka saja kelihatan beda jauh, belum tentu juga bos aku seleranya sama yang seumuran Mita.”Ayah memilih menyingkir untuk menemani Sisil, daripada ikut mendengarkan dugaan-dugaan yang sedang diributkan istri dan anaknya.“Tapi kalau mereka berdua ternyata benar-benar berjodoh, siap-siap saja kamu bakal punya bos yang kayak Mita.” Ibu menakut-nakuti Sindy. “Bukannya ibu berprasangka buruk, tapi kan sejauh ini karakter Mita terhadap kamu kayak nggak

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    36 Takut Ada Peletnya

    “Aku serius, Nes. Ini tuh dari siapa?”“Ardi lah, memangnya ada lagi mantan kamu yang lain?” Nesi masih cengengesan.“Tapi bukan berarti dia mantan terindah, kalau indah ngapain jadi mantan?” tukas Sindy, membuat tawa Nesi semakin meledak.Kira-kira apa ya isinya, batin Sindy sambil membawa plastik hitam itu ke dapur untuk memeriksanya. Ternyata Ardi memberikan bekal untuknya, saat dibuka bekal itu berisi nasi goreng dengan telur berbentuk hati di atasnya. Ya ampun, Sindy menahan diri untuk tersenyum. Segitunya dia mau menarik perhatianku, nggak semudah itu, Mas!Karena bumbu ikan bakarnya mulai menipis, Sindy melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan bekal kiriman Ardi teronggok di atas kursi.Saat makan siang tiba dan para pegawai makan bergiliran, Sindy ragu-ragu membuka kotak bekal yang diberikan Ardi melalui Nesi.Aman dimakan nggak, ya? Sindy menatap ragu pada nasi goreng yang sebetulnya cukup menggugah selera.“Kenapa kok dilihatin terus?” tanya Nesi yang gantian makan

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    37 Kita Harus Kerja Sama

    “Kue bolu dari mama, katanya sebagai ucapan terima kasih atas masakan kamu kemarin-kemarin.” Zayyan menjelaskan.“Tapi kan Anda sudah bayar saya, Pak.”“Saya juga sudah bilang begitu, tapi mama tetap mau kasih kamu.” Zayyan mengangkat bahu. “Terima kasih, Pak.” Sindy menerima paperbag itu meski agak sungkan. Dari kejauhan, ternyata ada sepasang mata yang mengawasi mereka dengan tangan mengepal.“Bekal pemberianku saja ditolak, giliran laki-laki itu yang ngasih langsung diterima ... Sialan memang Sindy ...”Ardi menggerutu tanpa henti, lalu meninggalkan tempat persembunyiannya dengan hati carut-marut tidak keruan.Setibanya di rumah Ratna, Ardi langsung menemui Mita yang sedang sibuk mengoles masker di wajahnya.“Kamu serius naksir sama bosnya Mbak Sindy?” tanya Ardi tanpa basa-basi. “Serius lah, Kak!”“Kalau begitu prospek kalian sudah sampai mana?”“Belum sampai mana-mana, mulai saja belum.” Mita mengeluh.“Kok bisa sih?”“Gara-gara Mbak Sindy tuh, dia kayak nggak rel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri yang Tak Dinafkahi    38 Calon Nyonya Bos

    “Mas Roni, bisa nggak ngatasin ulet keriting satu itu?” bisik Nesi saat Roni muncul di belakangnya. “Ulet keriting?” Roni tidak paham, lalu tatapannya tertumbuk pada Mita yang sedang duduk di salah satu kursi dengan satu kaki dinaikkan. “Siapa sih itu?” “Calon bos, katanya ...” “Masa?” Nesi mengangkat bahu dan mulai bersih-bersih. “Mit, kami di sini harus kerja. Tolong kamu pulang dulu,” suruh Sindy, masih dengan mode sabar. “Apa sih, Mbak? Berisik terus kamu dari tadi.” “Kedatangan kamu mengganggu kami, Mit. Nanti kalau ada pelanggan datang dan resto belum bersih, bisa-bisa nilai kami turun ...” Mita tampak berpikir sejenak. “Terus aku harus nunggu di mana?” “Ya terserah kamu.” “Masa calon nyonya bos harus nunggu di luar, panas-panasan begini ...” Sindy memutar bola matanya malas, heran dengan tingkah songong mantan adik iparnya ini. Bisa-bisanya dia berkhayal akan menjadi nyonya bos di restoran milik Zayyan. “Sin, gimana tuh?” Nesi menjawil bahu

    Last Updated : 2024-12-18
  • Istri yang Tak Dinafkahi    39 Berkhayal Menikah sama Zayyan

    Sindy mematung sebentar gara-gara pertanyaan yang Zayyan lontarkan, otaknya buru-buru berpikir untuk mencari jawaban logis supaya Zayyan tidak mengira jika dirinya iri.“Saya ... punya pengalaman buruk saat masih menjadi kakak ipar Mita,” jawab Sindy lambat-lambat. “Saya tidak ingin lagi berhubungan sama dia, karena itu saya memilih mengundurkan diri seandainya dia jadi bos di sini ...”Zayyan terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ada rasa ingin tertawa, tapi dia berusaha keras menahannya.“Pemikiran kamu sudah terlalu jauh ternyata,” komentar Zayyan. “Memang seharusnya begitu kan, Pak? Karena perjalanan hidup ini tidaklah singkat, sebab itu saya tidak ingin terjebak dalam situasi yang sulit lagi. Cukup kemarin-kemarin saja dijadikan pelajaran saja, jadi kalau Anda memang akan menikah sama Mita, itu hak Anda. Maaf, tapi saya memilih mundur karena tidak ingin punya bos seperti Mita.” Sindy terpaksa mengutarakan rencananya meski terdengar sedikit berlebihan.Lagipula memangnya Zayy

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    116

    "Saya ikut Anda saja, Pak. Kalau memang mau diteruskan ke pihak berwajib, saya akan berusaha keras untuk mencari bukti-bukti lainnya agar kalau dia mengelak, kita bisa langsung tutup celah itu." "Lakukan, bergerak lah dalam diam. Untuk sementara aku juga akan bersikap sudah melupakan kecelakaan itu, ada untungnya juga pihak berwajib bertele-tele dalam mengusutnya." Boby tiba-tiba menjentikkan jarinya. "Kalau saya berpikiran begini, Pak. Siapa tahu dia tidak bergerak sendirian, tapi ada orang dalam yang membuatnya aman-aman saja sampai detik ini?" Zayyan terdiam mendengar penuturan Boby. "Aku rasa kamu ada benarnya juga, dia bahkan masih berani menampakkan batang hidungnya seolah tidak terjadi apa-apa ..." "Wah, hebat sekali dia!" "Hebat atau memang tidak ada otak, di antara dua kemungkinan itu." Boby mengangguk karena sependapat, lalu meraih cangkir kopinya. "Saran saya, Anda tetap harus berhati-hati. Dia sudah terbukti nekat, takutnya dia akan mengulanginya lagi karena yang

  • Istri yang Tak Dinafkahi    115

    Pasti karena sudah punya pacar, jadi cuma ada kamu sama si dia. Yang lainnya numpang lewat saja."Tanpa sadar Sindy malah melamun, mengingat kembali hal-hal apa saja yang membuatnya tidak terlalu terkenang dengan masa putih abu-abu.Sadar dengan perubahan ekspresi di wajah istrinya, Zayyan meletakkan foto itu di atas meja dan mendatanginya."Kok jadi sedih begitu?"Sindy terperanjat, lalu menggeleng perlahan."Cuma lagi mengingat-ingat sesuatu ...""Ada yang kamu ingat tentang aku?" tanya Zayyan dengan mata berbinar."Tidak ada," sahut Sindy sambil nyengir minta maaf. "Masa-masa SMA itu benar-benar menguras tenaga dan pikiran, jadi aku tidak terlalu ingat siapa saja teman aku."Zayyan menatap Sindy, seolah tidak percaya dengan kata-katanya.Namun, sebelum dia sempat berkomentar, tiba-tiba ponsel yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur berdering nyaring."Halo?" "Pak, saya sudah mulai dapatkan titik terang mengenai kecelakaan mobil yang Anda alami!" Sahut boby dengan nada be

  • Istri yang Tak Dinafkahi    114

    "Betul, Kak. Uangnya buat masa depan sendiri saja," imbuh Mita supaya Ardi tak lagi ragu. "Sini uang yang jatah aku, mau aku pakai buat perawatan ...""Kamu kerja dong, Mit! Kayak Sani kek, biarpun seringnya rebahan, tapi dia sambil jualan online. Jadi dia nggak melulu mengharapkan uang dari aku," ujar Ardi.Nasehatnya sebagai kakak sebetulnya baik, hanya saja baik Ratna ataupun Mita tidak sebaik itu mampu menerima."Kamu apaan sih, Kak? Biasanya juga ngasih aku tanpa syarat, kenapa ini tiba-tiba nyuruh aku kerja?" sewot Mita dengan bibir maju."Iya nih, Di. Mita ini kan anak anak perempuan pertama, jadi dia duluan yang akan dipinang jodohnya. Lebih baik dia fokus merawat diri biar calon suaminya nanti nggak kecewa," imbuh Ratna membela."Ya iya deh, aku doakan semoga kamu dapat jodoh sultan yang cuma peduli sama kecantikan semata." Ardi mencibir. Padahal di matanya, istri itu setidaknya harus pandai merawat diri, membersihkan rumah, memasak, mengurus anak, dan mencari uang tambahan.

  • Istri yang Tak Dinafkahi    113

    Mita mengangguk-angguk mengerti dengan ucapan kakaknya itu."Kalau begitu bagi duit dong, Kak!""Buat apa lagi sih?""Aku kan harus sering-sering ke restoran buat mantau!"Ardi garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal."Nanti dulu lah, sibuk ini ...""Jangan pelit-pelit begitu, Kak.""Diam dulu, Mit!" Kali ini Ratna yang menegur. "Itu kakakmu lagi fokus hitung gajinya, jangan dulu kamu ganggu.""Kayak biasa ini buat ibu, Sani sama Mita ..." Ardi yang sudah membagi-bagi uang itu menjadi tiga kelompok menyerahkannya kepada Ratna. "Sisanya aku yang pegang buat kebutuhan pribadi."Ratna manggut-manggut dan meraih uang bagiannya dan juga Sani. Dalam hati dia berpikir jika nantinya harus berbagi lagi dengan istri baru Ardi, itupun kalau anak lelakinya ingin kembali meniti rumah tangga dengan orang baru."Kamu nggak usah buru-buru nikah deh, Di.""Lho, memangnya kenapa, Bu? Masa iya aku jadi duda selamanya sementara Sindy sudah menikah lagi?"Mita ikut memandang ibunya dengan kening berkerut.

  • Istri yang Tak Dinafkahi    112

    Ekor apa dulu, Ma?" Zayyan yang menyahut."Ekor ikan, tentu saja calon bayi lah!""Doakan saja menantu Mama ini bersedia tanpa kebanyakan alasan buat bikin ...""Aku tidak banyak alasan, tapi memang ada alasan logis." Sindy membantah dengan segera."Ya itu kan tetap saja namanya alasan, Sin."Keke geleng-geleng kepala menyaksikan perdebatan anak dan menantunya."Terserah kalian berdua prosesnya mau gimana, pokoknya mama terima beres saja." Dia menengahi.Saat hari keberangkatan, Keke melepas kepergian Zayyan dan istrinya di pagi buta."Nanti mama bilang Sisil kalau kalian ada urusan, sana berangkat.""Terima kasih ya Ma, sudah mau jaga Sisil ..." "Sama-sama, ada om kembarnya juga, sudah sana."Sindy tersenyum saat Keke mendorongnya masuk mobil. Perjalanan menuju lokasi berlangsung mulus karena hari masih pagi, sehingga belum banyak kendaraan yang beradu di jalanan.Zayyan ternyata sudah menyewa penginapan khusus untuknya dan Sindy dalam rangka suasana pengantin baru.Di sana, mereka

  • Istri yang Tak Dinafkahi    111

    Zayyan menarik napas panjang, kedua matanya tetap fokus memperhatikan arah jalan yang ada di depannya. "Pokoknya kita jadi pergi bulan madu, mumpung ada waktu." "Tidak enak sama pegawai kamu, Mas." "Ya ampun, apa hubungannya sama pegawai aku coba?" "Takutnya ... nanti ada yang berpikiran kalau aku nikah sama kamu karena kamu pengusaha kaya ..." "Amin!" sambar Zayyan. "Insha Allah aku akan tetap rendah hati meskipun aku sudah kaya tujuh turunan. Masalahnya adalah, untuk apa juga kamu harus cerita sama mereka kalau kita mau bulan madu?" Sindy meringis. “Terserah kamu saja,” katanya. “Mau ke hotel bintang lima juga tidak apa-apa, asal kamu mau pasang badan kalau orang-orang berpikir bahwa aku cuma menghabiskan uang kamu atau apa.” “Pasang nyawa juga akan aku lakukan demi kamu,” sahut Zayyan tenang. "Bicara apa sih, Mas?" "Kan betul, kamu sudah jadi tanggung jawab aku sekarang. Termasuk Sisil," tegas Zayyan. "Sebentar lagi sampai rumah, biar aku yang bilang sama Mama." Sindy

  • Istri yang Tak Dinafkahi    110

    Ardi memutar bola matanya malas."Gimana mau nabung, kan sebagian besar uang aku dipegang sama Ibu." Dia mengingatkan."Masa sih? Terus yang dipegang sama Sindy apa, masa dia nggak bisa menyisihkan sedikit buat ditabung?" Ratna masih saja menyangkal."Sindy saja selalu bilang kalau uangnya kurang, kan dia memang dapatnya sisa gaji karena Ibu yang pertama kali ambil gajiku.""Oh, ya wajar kan? Keluarga kamu yang utama, istri sudah seharusnya menerima berapa pun yang dikasih suaminya."Ardi hanya bertopang dagu, selalu itu-itu saja yang Ratna tekankan kepadanya sejak awal meniti rumah tangga dengan Sindy. Dan polosnya, prinsip itu dia telan mentah-mentah tanpa disaring terlebih dahulu.Tidak heran jika rumah tangga Ardi jauh dari kata harmonis.**“Akhir pekan ini kamu mau kita bulan madu ke vila puncak atau pantai?” tanya Zayyan ketika mobil yang dikemudikannya mulai melaju dengan kecepatan sedang. Mereka dalam perjalanan pulang dari restoran menuju rumah usai jam kerja berakhir.“K

  • Istri yang Tak Dinafkahi    109

    "kamu masih menyimpan foto ini, itu artinya kenangan itu sangat penting buat kamu kan?" Tanya Sindy lagi."Memang penting, tadi kan sudah aku jelaskan sama kamu."Sindy menarik napas, tentu saja itu bukan jawaban yang dia harapkan. Tadinya dia pikir Zayyan akan minta maaf dan berjanji untuk membuang benda masa lalu itu sesegera mungkin, tapi ternyata tidak demikian."Ada lagi yang mau kamu tanyakan?" cetus Zayyan ketika melihat Sindy hanya terdiam bisu."Tidak ada ...""Ngambek?""Tidaklah, buat apa ngambek. Kamu mandi saja, ini bajunya." Sindy buru-buru mengulurkan satu setel baju ke tangan Zayyan.Selama Zayyan mandi, sindy lebih memilih untuk berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Dia punya firasat jika suaminya masih terikat kuat dengan foto yang ditemukannya itu, terus apa gunanya mereka menikah jika masih kepikiran dengan masa lalu?Tujuan sindy menikah adalah untuk bisa memulai segalanya dari awal, dan foto itu merupakan bukti jika Zayyan memiliki prinsip yang berseberan

  • Istri yang Tak Dinafkahi    108

    Zayyan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik kembarnya. Mereka meneruskan obrolan, hingga keduanya memutuskan untuk pergi dari restoran Zayyan karena ingin kembali ke rumah.Mita ternyata masih berada di resto bersama teman-temannya dan ketika si kembar muncul, tatapan matanya tidak bergeser satu senti pun dari mereka berdua.Saat itu Mita terlalu bingung untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Dua-duanya punya kharisma dan wajah yang begitu mirip.Andai di negara ini poliandri dilegalkan, pikir Mita mulai ngelantur. "Mit, kamu nggak apa-apa?" tanya salah satu teman ketika melihat kebisuan Mita. "Kesambet mungkin dia ...""Ngaco! Siang-siang begini mana ada kesambet.""Setan mana ada pilih-pilih waktu, sih?"Mita tidak menghiraukan ucapan teman-temannya, dia justru fokus kepada dua laki-laki muda itu sampai mereka masuk mobil dan melaju pergi."Aku jadi bingung pilih mana," ucap Mita saat tiba di rumah, dia menjatuhkan diri di tempat dan berbaring telungkup. "Kakak Bos

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status