Semua Bab Ceraikan Aku, Mas!: Bab 71 - Bab 80

97 Bab

Bab 71. Melamar Jadi Dosen?

“Tiya!” Rana berseru riang saat melihat sahabat yang sudah dua tahun tidak ia temui itu masuk ke dalam kafe.Hari ketiga Rana kembali ke Indonesia, ia segera menghubungi Tiya untuk bertemu. Hari pertama dan kedua Rana habiskan untuk keluarga.“Rana!” Tiya balas berseru, berlari kecil ke arah meja Rana dan mereka berpelukan. “Duh, kangen banget!”“Kangen juga.” Rana membalas pelukan itu tak kalah erat. “Kamu apa kabar?” tanyanya setelah pelukan mereka terlepas.Tiya duduk di hadapan Rana, tersenyum lebar. Setelah dua tahun, gadis itu masih terlihat sama seperti sebelumnya. Hanya saja ia tampak sedikit lebih kurus.“Baik dong. Coba tebak sekarang aku kerja di mana?” Kedua mata Tiya berbinar jahil.Rana tertawa, ia rindu dengan ekspresi Tiya itu. Melihat langsung seperti ini rasanya jelas berbeda dengan melihat lewat layar ponsel.“Di mana?” Rana balas bertanya.“Di kampus kita dulu.” Tiya menjawab dengan wajah berbinar senang. “Aku jadi staf aja sih, belum jadi dosen. Lagi ambil S2 di f
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 72. Menjadi Pemeran Antagonis

Rana benar-benar mengajukan lamaran sebagai dosen di Universitas Global Nusantara, universitas tempat kuliahnya dulu. Dan hari ini, adalah hari pertamanya bekerja.“Sudah siap ngajar hari pertama?” goda Zayyan saat mereka berjalan beriringan menuju ruang dosen.“Siap dong.” Rana menyengir. Ia senang karena hubungannya dengan Zayyan sejauh ini baik-baik saja.Tapi dengan melamar sebagai dosen di UGN, Rana pasti akan bertemu dengan Asha lagi. Dan ia lebih berdebar akan pertemuan pertama mereka itu daripada hari pertamanya mengajar.“Soal kita gimana, Ran?” tanya Zayyan tiba-tiba. Mereka sudah semakin dekat dengan ruang dosen.“Maksudnya?” Rana mengernyit bingung.“Kita mau terang-terangan soal hubungan kita di depan dosen lain atau backstreet?”“Ah, itu ….” Rana terdiam. Sesungguhnya ia tidak memikirkan soal itu. “Menurut kamu gimana, Mas?”“Nggak ada aturan tertentu soal itu sih di kampus kita, jadi menurutku nggak masalah. Tapi aku bakal berusaha nggak terlalu PDA kalau di kampus.” Za
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 73. Hari Pertama Jadi Dosen

Rana berjalan ke ruang kelas besar dengan deretan kursi yang sudah dipenuhi mahasiswa. Beberapa mahasiswa menoleh penasaran, mungkin terkejut melihat dosen yang masih muda.Rana berdiri di depan podium, mengatur napas, lalu memulai dengan senyuman.“Selamat pagi, semuanya. Saya Rana Rafika, dosen baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini kita akan membahas Global Economic Trends. Sebelum itu, saya ingin kita saling mengenal lebih dulu. Bagaimana kalau kalian perkenalkan diri satu per satu?”Mahasiswa mulai memperkenalkan diri, dan suasana perlahan mencair. Rana mulai merasa lebih percaya diri. Ia kemudian memaparkan materi menggunakan slide presentasi yang sudah ia siapkan semalaman.“Kalian pasti pernah mendengar istilah digital economy, bukan? Bisa seseorang beri contoh nyata yang kalian lihat di kehidupan sehari-hari?” tanyanya memancing diskusi.Seorang mahasiswa mengangkat tangan. “Fintech, Bu, seperti Gopay atau OVO.”“Bagus! Itu contoh yang tepat,” Rana menjawab dengan antu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 74. Hanya Kamu dan Aku

“Kenapa nggak jadi makan di kantin?” tanya Zayyan sambil menjajari langkah Rana yang keluar dari kantin. Ia sudah meminta pada salah satu pekerja di kantin untuk membawakan makanan mereka ke kantor.“Kamu nggak lihat, Asha duduk sama kita tuh.” Rana menyahut ketus.Zayyan melirik meja tempat mereka duduk tadi dan merengut kesal mendapati Asha masih di sana. “Dia kenapa nggak kapok, ya? Masa nggak malu sama statusnya sebagai dosen?”Rana menghela nafas kasar. “Aku nggak pengen jahat sama dia, tapi dia bikin aku pengen berbuat jahat.”Zayyan bisa merasakan kekesalan di hati Rana, maka ia menggenggam tangan Rana setelah memastikan tak ada yang melihat mereka. “Kalau dia udah kelewat batas, aku nggak akan menghalangi kamu kalau kamu mau balas dendam sama dia. Aku aja heran kamu nggak memproses rekaman audio yang aku kirim ke kamu.”“Soal itu ….” Rana membalas genggaman tangan Zayyan. “Sebenarnya setelah urusan sama Gavin beres, aku udah mau memprosesnya. Tapi setelah aku tahu dari kamu ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 75. Fitnah

“Asha?” Rana mengernyit. “Jadi ini gara-gara laporan Bu Asha?”“Jangan bicara seolah-olah Asha memfitnah kamu, Rana.” Lia menegur dengan nada tajam.Rana menarik nafas dalam. Ia tak boleh gegabah menjawab karena sebagai orang baru di lingkungan kerja ini, pasti orang-orang akan lebih mendukung Asha daripada dirinya.“Baik. Karena Bu Lia sudah mendengar cerita itu dari sudut pandang Bu Asha, sekarang biar saya menceritakan dari sudut pandang saya.”Lia menatap Rana skeptis, tapi ia mengangguk dan mempersilakan. “Coba ceritakan versi kamu.”Rana menarik nafas dalam dan mulai menceritakan kejadian siang itu. “Waktu itu memang Bu Asha meminta bergabung ke meja saya. Saya memang meninggalkan beliau sendiri dan memilih untuk makan di kantor saja. Tapi apa Bu Lia tahu apa alasan saya melakukan itu?”Lia mengernyit dan menggeleng. “Memangnya kenapa?”“Pertama, pasti Bu Lia pernah dengan soal perceraian Pak Zayyan dengan seorang mahasiswi di sini. Mahasiswi itu adalah saya.”Lia terkesiap mend
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 76. Ciuman Pertama Zayyan-Rana

Aula kecil di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGN dipenuhi oleh mahasiswa yang antusias. Seminar hari itu bertajuk "Mewujudkan Mimpi dengan Beasiswa: Tips Menjadi Awardee LPDP dan Erasmus Mundus". Di panel pembicara ada Rana sebagai awardee Erasmus Mundus, duduk berdampingan dengan Zayyan yang pernah menjadi awardee LPDP.Ya, Rana akhirnya menerima undangan itu. Ia senang berbagi pengalamannya menjadi penerima beasiswa Erasmus Mundus, salah satu beasiswa paling bergengsi bagi calon mahasiswa magister khususnya di perguruan tinggi yang ada di Eropa.Rana terlihat anggun dengan blazer biru, menatap audiens dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Zayyan menyambut mahasiswa dengan gaya santai namun berwibawa.“Semua orang punya mimpi besar.” Zayyan membuka seminar dengan suara lantang. “Dan beasiswa seperti LPDP dan Erasmus adalah salah satu jembatan untuk mewujudkan mimpi itu. Hari ini, saya dan Bu Rana akan berbagi pengalaman kami agar kalian juga bisa meraihnya.”Giliran pertama adalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 77. Pelecehan

“Akhirnya kamu ikut, Ran?” Bagus menyapa Rana saat sesi pertama workshop yang dilaksanakan Fakultas Bisnis dan Ekonomi UGN baru saja selesai.“Iya, Pak.” Rana tersenyum pada Bagus. “Nggak enak masa anak baru kayak saya udah nggak ikut workshop aja.”Bagus mengangguk-angguk dan mendekati Rana ketika para dosen beranjak keluar ruangan untuk menikmati kopi dan camilan yang sudah disediakan. Rana masih berdiri di dekat mejanya di dalam hall tempat sesi pertama workshop berlangsung tadi.Bagus berdiri sangat dekat, membuat Rana merasa agak tidak nyaman. “Betul sekali, sebaiknya jangan mengabaikan acara fakultas. Dan saya juga ingin mengapresiasi, presentasi Anda tadi itu luar biasa. Anda benar-benar membuat fakultas kita bangga.”Rana tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak. Itu hasil kerja tim, kok.”Bagus tertawa kecil. “Jangan terlalu rendah hati. Saya yakin, kalau Anda terus seperti ini, Anda akan melangkah jauh di dunia akademik.”“Terima kasih, Pak,” jawab Rana singkat, mencoba mengakhir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 78. Lamaran

Setelah kejadian pelecehan itu, Rana merasa terguncang. Meski Zayyan sudah datang tepat waktu untuk menghentikan Bagus, bayangan kejadian itu masih menghantuinya. Sejak mereka kembali ke Jakarta, Rana menjadi lebih pendiam. Ia tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang berubah.Zayyan menyadari itu. Ia tahu Rana adalah perempuan yang kuat, tapi kali ini, ia ingin memastikan Rana tidak perlu menghadapi segalanya sendirian.Malam itu, mereka duduk di balkon apartemen Zayyan seperti biasa. Angin malam berembus lembut, tapi keheningan di antara mereka terasa berat.“Rana...” Zayyan membuka percakapan, suaranya lembut tapi serius.Rana menoleh, menatapnya dengan mata lelah. “Ya?”Zayyan menggenggam tangannya, mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya. “Aku tahu kamu bilang kamu baik-baik saja, tapi aku bisa lihat kalau kamu masih kepikiran soal Pak Bagus.”Rana menghela napas panjang. “Aku berusaha untuk nggak memikirkannya, Mas. Tapi jujur... aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 79. Pertunangan

“Mas Zayyan ngelamar aku,” ucap Rana di tengah makan malam.Setelah lamaran romantis itu, Rana dan Zayyan sepakat bahwa langkah selanjutnya adalah berbicara dengan orang tua Rana. Mereka ingin restu, terutama dari Jagat, yang dikenal paling sulit memberi restu sejak Zayyan berniat kembali bersama Rana.Semua orang di meja makan itu terdiam seketika. Ambar tampak tersenyum senang, Arga dan Anya saling pandang lalu menatap Rana dan Zayyan bergantian. Sementara Jagat terlihat mengetatkan rahang.Rana menangkap ekspresi papanya dan ia mengerti bahwa yang paling sulit adalah meyakinkan Jagat.“Selamat ya, Nak,” ucap Ambar dengan senyum tulus.“Makasih, Ma.” Rana juga tersenyum, tapi terlihat kikuk karena Jagat belum juga mengubah ekspresinya.“Kamu sudah nerima?” tanya Arga hati-hati. Ia melirik Zayyan sekilas, sebelum kembali menatap adiknya.Rana mengacungkan tangannya, menunjukkan sebuah cincin berlian yang melingkari jari manisnya. “Sudah. Karena itu aku ngajak Mas Zayyan makan malam s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Bab 80. Gosip Miring

Setelah acara pertunangan Zayyan dan Rana yang romantis, kabar itu dengan cepat menyebar di kampus. Banyak rekan dosen yang memberikan ucapan selamat, baik secara langsung maupun melalui grup WhatsApp fakultas.“Selamat ya, Rana! Akhirnya resmi bertunangan.” “Wah, pasangan awardee LPDP dan Erasmus, pasti keren banget nanti kalau menikah.” “Semoga lancar sampai hari pernikahan!”Rana tersenyum dan mengucapkan terima kasih setiap kali ada yang memberikan ucapan. Namun, di sela-sela kehangatan itu, ia juga menyadari beberapa rekan dosen yang terlihat sinis atau sekadar melirik tanpa bicara.Rana tidak terlalu memikirkan itu—setidaknya sampai siang harinya, saat ia mendengar sesuatu yang mengejutkan.Siang itu, Rana berjalan ke kantin dosen untuk mengambil kopi. Saat ia melewati salah satu meja, ia mendengar bisikan-bisikan dari beberapa dosen yang sedang berbincang."Aku dengar mereka bertunangan buru-buru karena Rana sudah hamil." "Serius? Makanya mereka tiba-tiba tunangan, padahal s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status