Home / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ceraikan Aku, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

77 Chapters

Bab 61. Pemerkosaan (?)

Gavin tak menjawab dan langsung menerkam Rana. Kali ini ia jadi semakin brutal.“Nggak usah sok suci kamu, Ran. Si Zayyan itu pasti sudah pernah mencicipi tubuhmu kan? Nah, apa bedanya kalau aku juga merasakannya? Sekarang aku pacarmu kan?”Rana mulai menitikkan air mata ketika tubuh Gavin kembali menindihnya hingga ia kesulitan bergerak. Cengkraman tangan Gavin di pergelangan tangan Rana mencengkram sangat kuat hingga membuatnya meringis menahan sakit.Rana sudah melakukan segala cara untuk bebas dari laki-laki ini, tapi tubuhnya yang semakin kehilangan kendali karena obat perangsang yang dimasukkan Gavin ke dalam cokelat itu membuat usaha Rana untuk lepas semakin berkurang.Saat Rana mulai merasa putus asa, sebuah ketukan di pintu terdengar. Namun Gavin tak memedulikannya.Ia terus menyerang Rana, menciumi gadis itu meski Rana terus meronta.Namun ketukan di pintu juga semakin kencang dan datang berkali-kali.“Gavin, buka pintunya! Aku tahu kamu ada di dalam!” Suara seorang wanita t
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 62. Berkat Zayyan

“Ran, kamu nggak apa-apa?” Vivi, tetangga apartemen Rana datang keesokan harinya. “Aku udah denger dari Kak Ara, temen-temen PPI juga sudah pada tahu jadi sekarang mereka pasti bakal bantu jauhin kamu dari Gavin.”“Temen-temen PPI tahu?” Rana membulatkan matanya. Ia menghela nafas pelan, merasa malu.Vivi menangkap gestur itu dan menggengam tangan Rana lembut. “Ran, kamu korban. Harusnya yang merasa malu itu si Gavin brengsek itu, bukan kamu.”“Tapi tetep aja, Vi. Itu memalukan.” Rana tersenyum sendu.Vivi memeluk Rana erat. “Tenang aja, jangan malu, ya? Temen-temen PPI nggak akan meledek kamu. Mereka justru prihatin dan mau bantuin kamu menjauhi Gavin. Dia sudah keterlaluan, Ran. Masa mencekoki kamu dengan obat perangsang?”Rana membalaskan pelukan Vivi erat, ia selalu bergetar ketakutan saat teringat kejadian itu. Ia tak pernah menyangka Gavin akan melakukan hal seperti itu padanya.“Aku jijik sama diriku sendiri, Vi. Aku … dipegang-pegang begitu….” Rana tak berhasil menyelesaikan k
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 63. Kamu Dalangnya?

“Maaf karena nggak dengerin peringatan kamu.” Rana berkata pelan. “Dan makasih karena sudah berusaha menyelamatkan aku kamu jauh banget di sana.”Zayyan menatap layar ponselnya dengan senyum tipis. Dadanya terasa ngilu saat melihat wajah Rana yang pucat dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Gadis itu pasti tidak bisa tidur.“Padahal kamu nggak perlu repot-repot mikirin aku, Mas. Kita udah nggak punya hubungan apa-apa.” Rana tertunduk, tak berani menatap Zayyan.“Aku nggak peduli meski kita nggak punya hubungan apa-apa. Aku nggak akan membiarkan kamu mengalami kesulitan, Ran.” Zayyan berkata lembut.Di tempat Rana masih siang, semenara di Jakarta sudah mulai gelap.“Aku bener-bener makasih, Mas.” Rana akhirnya mendongak, menatap Zayyan dengan mata berkaca-kaca. “Kalau bukan karena kamu, pasti sekarang aku sudah … aku pasti sud–”“Sshh … Ran, sudah. Jangan diingat.” Zayyan menegur dengan nada lembut, menatap Rana prihatin. “Sekarang kamu aman, oke? Kamu aman. Kamu di rumah Ara, kan
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 64. Bukti

“Mas, kamu bicara apa sih?” Asha tersenyum canggung, masih berusaha mengelak.Zayyan mengangkat ponselnya yang sejak tadi ia genggam dan menyalakan rekaman audio yang ia ambil saat Asha bertelepon dengan Gavin tadi. “Sebaiknya kamu mengaku sekarang sebelum aku berikan rekaman audio ini ke bagian akademik,” ancam Zayyan.“Mas, aku mohon jangan.” Asha berusaha mengambil ponsel Zayyan, tapi gerakan Zayyan jelas jauh lebih cepat.“Kalau kamu mau karirmu sebagai dosen masih aman, sekarang mengakulah, Sha. Aku sudah punya dua alasan kuat untuk menghancurkan karirmu. Sebelum aku benar-benar melakukannya, sebaiknya kamu menurut padaku,” ucap Zayyan tegas, tanpa kompromi.“A-apa maksud kamu, Mas? Kamu nggak mungkin benar-benar akan melapor–”“Aku serius, Asha!” Zayyan mendesis. “Pertama, soal kebohonganmu yang berpura-pura mengandung anakku. Dan sekarang, kamu menjadi dalang dari kasus upaya pemerkosaan. Kamu nggak layak jadi seorang dosen, Asha.”Tatapan Asha berubah horor. “Mas, aku mohon j
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 65. Lapor Polisi

“Ka, jangan kasih tahu Papa dulu.” Rana memohon di telepon.Arga terdengar menghembuskan nafas kasar. “Nggak bisa, Ran. Kakak harus bilang sama Papa supaya Papa bantu kasus ini ke polisi. Kamu tahu Papa punya banyak koneksi di kepolisian dan kejaksaan. Papa bisa minta bantuan mereka buat berkomunikasi dengan kepolisian Rotterdam.”Rana menggigit bibir, ia bisa membayangkan bagaimana reaksi papanya saat mengetahui putri bungsunya hampir diperkosa oleh Gavin. Bisa dipastikan, Gavin masih bernyawa saja sudah untung.“Kamu nggak bisa menghalangi kakak buat bilang ke Papa, Ran. Papa berhak tahu.” Arga berkata tegas. “Dan kamu jangan ketemu dia sampai polisi menindaklanjuti kasusmu, oke?”“Iya, Kak. Aku udah tinggal bareng Kak Ara sejak kasus itu. Aku juga selalu bareng Vivi ke kampus dan menghindari kelas yang sama dengan Gavin.” Rana mencoba menjelaskan agar kakaknya tak terlalu khawatir.Arga terdengar menghembuskan nafas berat sekali lagi. “Untungnya kamu masih selamat, Ran.”“Iya, aku
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 66. Kita Mulai Dari Nol

“Gavin ditangkap kemarin di apartemennya,” ujar Faisal saat kumpul bersama anggota PPI di rumah Ara.“Oh ya? Syukur deh kalau gitu,” seru Vivi lega. Ia memang menjadi salah satu yang paling menunggu-nunggu saat Gavin ditangkap. “Biar tahu rasa. Enak aja main ngasih anak orang obat perangsang.”Rana meringis saat Vivi mengatakan ‘obat perangsang’ tanpa beban. Ia masih selalu ngeri setiap kali mengingat saat Gavin hampir memerkosanya. “Udah ah nggak usah bahas itu lagi. Kita sekarang lagi seneng-seneng, jadi nggak boleh bahas yang sedih-sedih.” Ara menimpaliSetiap bulan, para anggota PPI memang akan berkumpul di rumah Ara. Entah sekedar makan bersama, membahas proyek, atau ada acara tertentu. Dan hari ini, acaranya adalah makan-makan biasa.Masing-masing anggota PPI membawa makanan, lalu mereka akan mengumpulkan semua makanan di tengah-tengah ruangan dan mereka bebas mencicipi makanan punya siapa saja. Semacam potluck.Dan karena Rana masih belum kembali ke apartemennya, jadi ia hanya
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 67. Hari Persidangan

Hari persidangan Gavin.Tak pernah sekalipun Gavin mengira dalam hidupnya bahwa ia akan datang ke Rotterdam bukan hanya untuk kuliah, melainkan juga merasakan dinginnya kursi pengadilan.Ruang sidang itu terlihat tenang. Di satu sisi ruang, terdapat meja hakim yang berada di posisi lebih tinggi.Rana duduk di kursi yang sudah disediakan bersama pengacaranya. Arga, Zayyan, dan anggota PPI lain duduk di kursi hadirin.Tak lama kemudian, Gavin terlihat memasuki ruangan dengan tangan terborgol dan digiring oleh dua orang polisi. Wanita paruh baya yang sepertinya adalah ibu Gavin terlihat menangis tersedu melihat putranya digiring seperti pesakitan.Salah satu sudut hati Rana terenyuh melihat pemandangan itu. Ia merasa kasihan melihat ibu Gavin menangis. Tapi ia tak ingin perasaan itu mendominasinya dan membuat Gavin lolos dari hukuman.Rana sudah bertekad untuk membawa ini ke jalur hukum.Seorang hakim terlihat duduk tegak dan bicara dengan lantang. “Saudara terdakwa, Anda dituduh melakuk
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 68. Izinkan Aku Selalu Di Sisimu

Senja mulai merayap di Rotterdam ketika Zayyan dan Rana memutuskan untuk mencari angin segar. Jalan-jalan basah karena hujan yang baru saja reda. Wangi tanah bercampur dengan aroma khas sungai Maas yang mengalir tenang.“Mau makan sesuatu yang manis?” tanya Zayyan saat mereka berjalan bersisian di trotoar.Rana mengangguk kecil. “Boleh.”“Ayo ke sana.” Zayyan menunjuk sebuah kafe kecil di tepi sungai.Rana mengikuti arah telunjuk Zayyan dan mengangguk. Mereka berjalan bersisian dalam hening, Zayyan memberi waktu pada Rana untuk menikmati angin sore yang sejuk agar kegundahan pasca sidang tadi sedikit luruh.Begitu tiba di dalam kafe, mereka duduk berhadapan. Zayyan bisa melihat dengan jelas wajah cantik Rana dari posisinya saat ini. Wajah itu masih menyisakan kelelahan, tetapi ada keteguhan yang terpancar di balik sorot matanya.Sepertinya sidang kasus percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Gavin yang berlangsung selama dua hari ini benar-benar menguras tenaga dan emosi Rana. Namun
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 69. Bunga Mawar Ke-547

Satu setengah tahun kemudian.Gedung besar di Rotterdam itu dipenuhi oleh suasana meriah. Para wisudawan dan keluarga mereka tampak bersemangat, dengan senyum dan tawa yang menghiasi wajah-wajah mereka.Rana berdiri di tengah kerumunan, mengenakan toga hitam dengan selempang biru tua, warna kebanggaan universitasnya. Rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai rapi, sedikit terjepit oleh topi wisudanya.Ya, Rana memotong rambutnya sependek bahu sekarang. Membuatnya terlihat segar dan cantik.Di barisan kursi tamu, orang tua Rana duduk berdampingan dengan Arga. Mereka memandang ke depan dengan bangga, sesekali berbicara pelan satu sama lain.Saat nama Rana dipanggil, seluruh keluarga berdiri, bertepuk tangan dengan penuh semangat. Rana melangkah ke panggung, menerima gulungan sertifikat dari rektor universitas. Senyum di wajahnya adalah perpaduan antara rasa bangga dan haru.Saat ia menoleh ke arah penonton, matanya bertemu dengan ke
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 70. Restu Jagat

Rana dan Zayyan akhirnya tiba di rumah orang tua Rana satu jam kemudian. Ambar langsung menyambut dengan sumringah.“Selamat datang, Nak! Akhirnya sampai juga. Ayo masuk,” kata Ambar, memeluk Rana erat sebelum mengalihkan pandangan pada Zayyan. “Oh, Zayyan juga. Ayo masuk.”Zayyan membungkuk hormat dan tersenyum. “Terima kasih, Tante.”“Rana!” Anya, istri Arga keluar dari ruang tengah dengan perut membuncit hamil.“Kak, kamu hamil?” Kedua mata Rana membulat dan segera menyambut pelukan kakak iparnya itu.Anya tertawa dan mengangguk. “Iya, udah tujuh bulan.”“Aduh, aku mau punya ponakan.” Rana mengelus perut kakak iparnya penuh haru. “Kak Arga mana?” tanyanya setelah tak mendapati kakaknya di mana pun.“Lagi di belakang. Ayo ke belakang,” ajak Ambar kemudian. “Kopermu taruh di ruang tengah aja dulu.”Rana mengangguk dan meletakkan kopernya di ruang tengah. Lalu mereka segera menuju halaman belakang rumah.Begitu tiba di sana, rupanya Arga dan Jagat sedang menyiapkan pesta barbeque untu
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status