Home / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 70. Restu Jagat

Share

Bab 70. Restu Jagat

last update Last Updated: 2025-01-12 15:12:45

Rana dan Zayyan akhirnya tiba di rumah orang tua Rana satu jam kemudian. Ambar langsung menyambut dengan sumringah.

“Selamat datang, Nak! Akhirnya sampai juga. Ayo masuk,” kata Ambar, memeluk Rana erat sebelum mengalihkan pandangan pada Zayyan. “Oh, Zayyan juga. Ayo masuk.”

Zayyan membungkuk hormat dan tersenyum. “Terima kasih, Tante.”

“Rana!” Anya, istri Arga keluar dari ruang tengah dengan perut membuncit hamil.

“Kak, kamu hamil?” Kedua mata Rana membulat dan segera menyambut pelukan kakak iparnya itu.

Anya tertawa dan mengangguk. “Iya, udah tujuh bulan.”

“Aduh, aku mau punya ponakan.” Rana mengelus perut kakak iparnya penuh haru. “Kak Arga mana?” tanyanya setelah tak mendapati kakaknya di mana pun.

“Lagi di belakang. Ayo ke belakang,” ajak Ambar kemudian. “Kopermu taruh di ruang tengah aja dulu.”

Rana mengangguk dan meletakkan kopernya di ruang tengah. Lalu mereka segera menuju halaman belakang rumah.

Begitu tiba di sana, rupanya Arga dan Jagat sedang menyiapkan pesta barbeque untu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nada Azzah
semoga Zayyan dn Rana kmbli Bersatu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 71. Melamar Jadi Dosen?

    “Tiya!” Rana berseru riang saat melihat sahabat yang sudah dua tahun tidak ia temui itu masuk ke dalam kafe.Hari ketiga Rana kembali ke Indonesia, ia segera menghubungi Tiya untuk bertemu. Hari pertama dan kedua Rana habiskan untuk keluarga.“Rana!” Tiya balas berseru, berlari kecil ke arah meja Rana dan mereka berpelukan. “Duh, kangen banget!”“Kangen juga.” Rana membalas pelukan itu tak kalah erat. “Kamu apa kabar?” tanyanya setelah pelukan mereka terlepas.Tiya duduk di hadapan Rana, tersenyum lebar. Setelah dua tahun, gadis itu masih terlihat sama seperti sebelumnya. Hanya saja ia tampak sedikit lebih kurus.“Baik dong. Coba tebak sekarang aku kerja di mana?” Kedua mata Tiya berbinar jahil.Rana tertawa, ia rindu dengan ekspresi Tiya itu. Melihat langsung seperti ini rasanya jelas berbeda dengan melihat lewat layar ponsel.“Di mana?” Rana balas bertanya.“Di kampus kita dulu.” Tiya menjawab dengan wajah berbinar senang. “Aku jadi staf aja sih, belum jadi dosen. Lagi ambil S2 di f

    Last Updated : 2025-01-13
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 72. Menjadi Pemeran Antagonis

    Rana benar-benar mengajukan lamaran sebagai dosen di Universitas Global Nusantara, universitas tempat kuliahnya dulu. Dan hari ini, adalah hari pertamanya bekerja.“Sudah siap ngajar hari pertama?” goda Zayyan saat mereka berjalan beriringan menuju ruang dosen.“Siap dong.” Rana menyengir. Ia senang karena hubungannya dengan Zayyan sejauh ini baik-baik saja.Tapi dengan melamar sebagai dosen di UGN, Rana pasti akan bertemu dengan Asha lagi. Dan ia lebih berdebar akan pertemuan pertama mereka itu daripada hari pertamanya mengajar.“Soal kita gimana, Ran?” tanya Zayyan tiba-tiba. Mereka sudah semakin dekat dengan ruang dosen.“Maksudnya?” Rana mengernyit bingung.“Kita mau terang-terangan soal hubungan kita di depan dosen lain atau backstreet?”“Ah, itu ….” Rana terdiam. Sesungguhnya ia tidak memikirkan soal itu. “Menurut kamu gimana, Mas?”“Nggak ada aturan tertentu soal itu sih di kampus kita, jadi menurutku nggak masalah. Tapi aku bakal berusaha nggak terlalu PDA kalau di kampus.” Za

    Last Updated : 2025-01-16
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 73. Hari Pertama Jadi Dosen

    Rana berjalan ke ruang kelas besar dengan deretan kursi yang sudah dipenuhi mahasiswa. Beberapa mahasiswa menoleh penasaran, mungkin terkejut melihat dosen yang masih muda.Rana berdiri di depan podium, mengatur napas, lalu memulai dengan senyuman.“Selamat pagi, semuanya. Saya Rana Rafika, dosen baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini kita akan membahas Global Economic Trends. Sebelum itu, saya ingin kita saling mengenal lebih dulu. Bagaimana kalau kalian perkenalkan diri satu per satu?”Mahasiswa mulai memperkenalkan diri, dan suasana perlahan mencair. Rana mulai merasa lebih percaya diri. Ia kemudian memaparkan materi menggunakan slide presentasi yang sudah ia siapkan semalaman.“Kalian pasti pernah mendengar istilah digital economy, bukan? Bisa seseorang beri contoh nyata yang kalian lihat di kehidupan sehari-hari?” tanyanya memancing diskusi.Seorang mahasiswa mengangkat tangan. “Fintech, Bu, seperti Gopay atau OVO.”“Bagus! Itu contoh yang tepat,” Rana menjawab dengan antu

    Last Updated : 2025-01-17
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 74. Hanya Kamu dan Aku

    “Kenapa nggak jadi makan di kantin?” tanya Zayyan sambil menjajari langkah Rana yang keluar dari kantin. Ia sudah meminta pada salah satu pekerja di kantin untuk membawakan makanan mereka ke kantor.“Kamu nggak lihat, Asha duduk sama kita tuh.” Rana menyahut ketus.Zayyan melirik meja tempat mereka duduk tadi dan merengut kesal mendapati Asha masih di sana. “Dia kenapa nggak kapok, ya? Masa nggak malu sama statusnya sebagai dosen?”Rana menghela nafas kasar. “Aku nggak pengen jahat sama dia, tapi dia bikin aku pengen berbuat jahat.”Zayyan bisa merasakan kekesalan di hati Rana, maka ia menggenggam tangan Rana setelah memastikan tak ada yang melihat mereka. “Kalau dia udah kelewat batas, aku nggak akan menghalangi kamu kalau kamu mau balas dendam sama dia. Aku aja heran kamu nggak memproses rekaman audio yang aku kirim ke kamu.”“Soal itu ….” Rana membalas genggaman tangan Zayyan. “Sebenarnya setelah urusan sama Gavin beres, aku udah mau memprosesnya. Tapi setelah aku tahu dari kamu ka

    Last Updated : 2025-01-20
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 75. Fitnah

    “Asha?” Rana mengernyit. “Jadi ini gara-gara laporan Bu Asha?”“Jangan bicara seolah-olah Asha memfitnah kamu, Rana.” Lia menegur dengan nada tajam.Rana menarik nafas dalam. Ia tak boleh gegabah menjawab karena sebagai orang baru di lingkungan kerja ini, pasti orang-orang akan lebih mendukung Asha daripada dirinya.“Baik. Karena Bu Lia sudah mendengar cerita itu dari sudut pandang Bu Asha, sekarang biar saya menceritakan dari sudut pandang saya.”Lia menatap Rana skeptis, tapi ia mengangguk dan mempersilakan. “Coba ceritakan versi kamu.”Rana menarik nafas dalam dan mulai menceritakan kejadian siang itu. “Waktu itu memang Bu Asha meminta bergabung ke meja saya. Saya memang meninggalkan beliau sendiri dan memilih untuk makan di kantor saja. Tapi apa Bu Lia tahu apa alasan saya melakukan itu?”Lia mengernyit dan menggeleng. “Memangnya kenapa?”“Pertama, pasti Bu Lia pernah dengan soal perceraian Pak Zayyan dengan seorang mahasiswi di sini. Mahasiswi itu adalah saya.”Lia terkesiap mend

    Last Updated : 2025-01-22
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 76. Ciuman Pertama Zayyan-Rana

    Aula kecil di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGN dipenuhi oleh mahasiswa yang antusias. Seminar hari itu bertajuk "Mewujudkan Mimpi dengan Beasiswa: Tips Menjadi Awardee LPDP dan Erasmus Mundus". Di panel pembicara ada Rana sebagai awardee Erasmus Mundus, duduk berdampingan dengan Zayyan yang pernah menjadi awardee LPDP.Ya, Rana akhirnya menerima undangan itu. Ia senang berbagi pengalamannya menjadi penerima beasiswa Erasmus Mundus, salah satu beasiswa paling bergengsi bagi calon mahasiswa magister khususnya di perguruan tinggi yang ada di Eropa.Rana terlihat anggun dengan blazer biru, menatap audiens dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Zayyan menyambut mahasiswa dengan gaya santai namun berwibawa.“Semua orang punya mimpi besar.” Zayyan membuka seminar dengan suara lantang. “Dan beasiswa seperti LPDP dan Erasmus adalah salah satu jembatan untuk mewujudkan mimpi itu. Hari ini, saya dan Bu Rana akan berbagi pengalaman kami agar kalian juga bisa meraihnya.”Giliran pertama adalah

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 77. Pelecehan

    “Akhirnya kamu ikut, Ran?” Bagus menyapa Rana saat sesi pertama workshop yang dilaksanakan Fakultas Bisnis dan Ekonomi UGN baru saja selesai.“Iya, Pak.” Rana tersenyum pada Bagus. “Nggak enak masa anak baru kayak saya udah nggak ikut workshop aja.”Bagus mengangguk-angguk dan mendekati Rana ketika para dosen beranjak keluar ruangan untuk menikmati kopi dan camilan yang sudah disediakan. Rana masih berdiri di dekat mejanya di dalam hall tempat sesi pertama workshop berlangsung tadi.Bagus berdiri sangat dekat, membuat Rana merasa agak tidak nyaman. “Betul sekali, sebaiknya jangan mengabaikan acara fakultas. Dan saya juga ingin mengapresiasi, presentasi Anda tadi itu luar biasa. Anda benar-benar membuat fakultas kita bangga.”Rana tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak. Itu hasil kerja tim, kok.”Bagus tertawa kecil. “Jangan terlalu rendah hati. Saya yakin, kalau Anda terus seperti ini, Anda akan melangkah jauh di dunia akademik.”“Terima kasih, Pak,” jawab Rana singkat, mencoba mengakhir

    Last Updated : 2025-01-28
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 78. Lamaran

    Setelah kejadian pelecehan itu, Rana merasa terguncang. Meski Zayyan sudah datang tepat waktu untuk menghentikan Bagus, bayangan kejadian itu masih menghantuinya. Sejak mereka kembali ke Jakarta, Rana menjadi lebih pendiam. Ia tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang berubah.Zayyan menyadari itu. Ia tahu Rana adalah perempuan yang kuat, tapi kali ini, ia ingin memastikan Rana tidak perlu menghadapi segalanya sendirian.Malam itu, mereka duduk di balkon apartemen Zayyan seperti biasa. Angin malam berembus lembut, tapi keheningan di antara mereka terasa berat.“Rana...” Zayyan membuka percakapan, suaranya lembut tapi serius.Rana menoleh, menatapnya dengan mata lelah. “Ya?”Zayyan menggenggam tangannya, mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya. “Aku tahu kamu bilang kamu baik-baik saja, tapi aku bisa lihat kalau kamu masih kepikiran soal Pak Bagus.”Rana menghela napas panjang. “Aku berusaha untuk nggak memikirkannya, Mas. Tapi jujur... aku

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 100. Persekongkolan

    Gavin berjalan menyusuri pusat perbelanjaan dengan pikiran masih dipenuhi kemarahan. Insiden di taman beberapa hari lalu membuatnya semakin terobsesi dengan Rana. Ia tidak bisa terima kenyataan bahwa perempuan yang dulu hampir ia miliki sekarang hidup bahagia bersama pria lain—dan bahkan sedang mengandung anaknya.Tanpa sadar, langkah kaki Gavin membawanya ke sebuah kafe. Saat ia hendak memesan kopi, seseorang yang tak asing baginya berdiri di antrean yang sama."Asha?" panggilnya dengan ragu.Wanita berambut panjang dengan gaun elegan itu menoleh. Mata cokelatnya membesar saat melihat siapa yang baru saja menyebut namanya."Gavin?" Asha mengerutkan kening. "Kamu ngapain di sini?"Gavin menyeringai. "Aku tinggal di Jakarta sekarang. Jadi... ya, menikmati hidup. Sambil cari pekerjaan yang cocok."Asha menatap pria itu dengan penuh selidik. "Aku dengar kamu baru keluar dari penjara."Gavin tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di baliknya. "Berita menyebar cepat, ya?"Asha menyilangkan t

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 99. Pindah Rumah

    Keesokan harinya, Zayyan tidak menunda lebih lama lagi. Setelah insiden semalam, ia tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di apartemen itu lebih lama. Keamanan apartemen pun tidak cukup untuk melindungi Rana dan bayi mereka dari Gavin yang jelas semakin nekat.“Kita pindah ke rumah orang tuaku,” kata Zayyan tegas saat mereka bersiap untuk berkemas.Rana menatap suaminya dengan ragu. “Tapi rumah itu kan sudah lama kosong, Mas. Apa nggak terlalu berisiko?”“Aku sudah menghubungi orang untuk membersihkannya sejak tadi pagi. Kita bisa langsung pindah besok.” Zayyan meraih tangan Rana dan menggenggamnya erat. “Di sana lebih aman, Sayang. Lingkungannya lebih tenang, lebih privat, dan nggak ada orang asing yang bisa masuk begitu saja.”Rana menggigit bibirnya. Jujur, ia memang masih merasa trauma. Gavin semakin gila, dan ia tak ingin terus hidup dalam ketakutan. “Baiklah… Kita pindah.”Maka pagi itu, setelah sarapan bersama, Rana dan Zayyan mulai membereskan barang-barang mereka untuk pindaha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 98. Teror Mengerikan

    Keesokan paginya, Rana dan Zayyan duduk di ruang tamu dengan secangkir kopi yang sudah mendingin. Mata mereka sembab karena kurang tidur. Petugas keamanan apartemen datang setelah Zayyan melapor, tapi seperti dugaan, Gavin sudah kabur sebelum bisa tertangkap. Tidak ada CCTV yang mengarah langsung ke balkon mereka, jadi tidak ada bukti konkret yang bisa diberikan ke polisi.“Aku nggak akan biarkan dia terus-terusan mengancammu.” Zayyan mengusap wajahnya dengan frustasi. “Aku akan urus ini. Kita harus keluar dari apartemen ini.”Rana menatap suaminya, hatinya berdebar. “Kita pindah?”Zayyan mengangguk. “Aku nggak bisa tidur dengan tenang kalau tahu bajingan itu ada di dekat kita.”Rana menghela napas panjang, lalu mengangguk setuju. “Baiklah. Aku juga nggak mau terus-terusan merasa takut.”Namun, sebelum mereka sempat membahas lebih lanjut, suara ketukan keras di pintu mengejutkan mereka. Zayyan segera bangkit dan berjalan ke arah pintu. Ia mengintip melalui lubang pintu dan wajahnya la

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 97. Ancaman Serius

    Rana masih duduk di meja makan, mencoba menenangkan perutnya yang masih sedikit mual. Ia tak menyadari bahwa seseorang tadi menguping dari luar.Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Zayyan masuk dengan kantong belanja di tangannya."Kamu baik-baik aja?" tanyanya begitu melihat wajah pucat Rana.Rana tersenyum lemah. "Barusan mual lagi, tapi sekarang udah mendingan."Zayyan langsung mendekat, menaruh belanjaannya sembarangan di atas meja, lalu berjongkok di depan Rana. Tangannya terulur, mengusap perut istrinya dengan penuh kasih. "Harusnya aku nggak ninggalin kamu sendirian tadi."Rana terkekeh. "Hei, aku baik-baik aja, kok. Jangan terlalu khawatir."Tapi Zayyan tetap menatapnya dengan serius. "Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, langsung kasih tahu aku, ya?"Rana mengangguk dan menenangkan suaminya dengan kecupan di pipi. Mereka berdua tidak menyadari bahwa di unit apartemen seberang, seseorang sedang tersenyum miring sambil mengaduk kopi di hadapannya.***Beberapa Ha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 96. Perkelahian di Taman

    Hari Minggu. Rana menikmati udara pagi yang segar sambil berjalan santai di taman dekat apartemen mereka. Sesekali ia memperhatikan Zayyan yang sedang joging, bergerak semakin jauh meninggalkannya. Sesekali juga, Zayyan menoleh ke belakang, memastikan sang istri baik-baik saja. Ia melambaikan tangan, yang dibalas lambaian tangan pula oleh Rana. Plus senyum manis terbaik. Rana terus berjalan santai, hatinya terasa hangat dan penuh. Dan tepat ketika ia hendak berbelok menuju jalur yang lebih teduh, suara yang sangat tidak ingin ia dengar tiba-tiba menyapa. "Pagi yang indah, kan?" Rana menegang seketika. Ia menoleh dan mendapati Gavin berjalan santai di sampingnya, senyuman licik tersungging di wajahnya. "Apa maumu, Gavin?" Rana mempercepat langkah, berharap bisa segera menyusul Zayyan. "Tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol. Masa nggak boleh? Kita dulu pernah dekat, kan?" Gavin tetap mengikuti langkahnya, membuat Rana semakin gelisah. "Kita nggak pernah dekat," sahut Rana tajam. "T

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 95. Rana Pingsan

    Satu bulan kemudian. Rana sedang menjelaskan materi di depan kelas ketika kepalanya tiba-tiba terasa berat. Pandangannya sedikit berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Ia berusaha tetap fokus, tetapi rasa pusing yang semakin menjadi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. "Baik, untuk pertemuan hari ini cukup sampai di sini dulu. Saya ingin kalian membuat ringkasan dari materi kita hari ini dan dikumpulkan minggu depan," ucapnya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyamannya. Mahasiswa tampak bingung karena kelas berakhir lebih cepat dari biasanya, tetapi mereka tidak banyak bertanya dan mulai merapikan barang mereka. Rana menghela napas, berharap rasa pusingnya berkurang setelah ia duduk sebentar di kursinya. Namun, baru saja ia melangkah keluar dari ruang kelas, tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Dunia di sekelilingnya terasa berputar, dan dalam hitungan detik, semuanya menjadi gelap. "Bu Rana!" Beberapa mahasiswa yang masih berada di dekatnya langsung bergegas mena

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 94. Aku Mau Punya Anak

    Sesampainya di rumah sakit, Rana dan Zayyan langsung disambut dengan senyuman lelah tapi bahagia dari Anya yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit, menggendong bayi kecilnya yang tertidur pulas. Sementara itu, Arga berdiri di sampingnya, tampak siap siaga meskipun wajahnya terlihat kurang tidur."Selamat ya, Kak!" Rana langsung menghampiri kakak dan kakak iparnya, menatap keponakannya dengan tatapan penuh kagum. "Ya ampun, dia kecil banget... tapi gemesin!"Zayyan ikut mencondongkan tubuhnya untuk melihat bayi itu lebih dekat. "Wah, calon atlet nih, lihat tuh tangannya, kuat banget!"Arga tertawa sambil mengusap kepala putranya. "Iya, pas lahir langsung menggenggam jari aku erat banget. Mungkin dia bakal jadi petinju."Mereka semua tertawa. Rana kemudian duduk di tepi ranjang, mendekati Anya. "Gimana rasanya jadi ibu, Kak?"Anya mendesah lelah, tapi senyum di wajahnya tak pernah pudar. "Luar biasa, capek banget, tapi saat lihat bayi kecil ini, rasanya semua terbayar."Ambar juga

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 93. Kebetulan Tak Terduga

    Setelah memastikan bahwa Anya mendapatkan perawatan yang baik di rumah sakit, Rana dan Zayyan akhirnya berpamitan kepada keluarga. Mereka masih lelah setelah perjalanan panjang dari Lombok, dan tubuh mereka menuntut istirahat.Dalam perjalanan pulang, Rana menyandarkan kepalanya di bahu Zayyan. “Hari yang panjang, ya, Mas?” gumamnya lelah.Zayyan tersenyum kecil, mengusap punggungnya dengan lembut. “Banget. Tapi senang juga, sih. Nggak nyangka kita pulang-pulang langsung ada kejadian besar kayak gini.”Begitu sampai di apartemen, mereka langsung berganti pakaian dan bersiap tidur. Rana mengenakan piyama tipis, sementara Zayyan hanya mengenakan celana tidur tanpa kaus. Mereka merebahkan diri di ranjang dengan tubuh yang terasa remuk, tapi hati mereka terasa penuh.Rana menatap langit-langit sambil menghela napas lega. “Kira-kira kita kapan ya, kayak Kak Anya?”Zayyan yang tadinya hampir terlelap langsung membuka mata dan menoleh ke Rana. “Maksudnya?”Rana memutar tubuhnya, berbaring mi

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 92. Pulang

    Malam harinya, Zayyan sengaja mengajak Rana untuk makan malam di luar agar suasana hati Rana membaik setelah kejadian saat snorkeling tadi.Sepasang pengantin baru itu berjalan beriringan menuju restoran tepi pantai yang dipesan Zayyan. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut dan suara deburan ombak yang menenangkan. Rana menggenggam tangan Zayyan erat, merasa lebih tenang setelah kejadian tadi siang.Namun, ketenangan itu langsung buyar ketika mereka baru saja memasuki restoran.Di sudut ruangan, duduk seorang pria yang tak asing lagi—Gavin.Mata Rana dan Gavin bertemu sejenak. Senyum licik tersungging di wajah pria itu, seolah kejadian siang tadi tidak pernah terjadi.Zayyan langsung menggenggam tangan Rana lebih erat. “Kita pergi dari sini,” bisiknya, sudah bersiap untuk membatalkan reservasi.Rana menelan ludah, menatap wajah suaminya yang terlihat penuh kekhawatiran. Ia tahu Zayyan hanya ingin melindunginya, tapi kali ini… ia tidak ingin lari.“Tidak.” Rana menarik napas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status