Home / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 80. Gosip Miring

Share

Bab 80. Gosip Miring

last update Last Updated: 2025-02-02 16:40:30

Setelah acara pertunangan Zayyan dan Rana yang romantis, kabar itu dengan cepat menyebar di kampus. Banyak rekan dosen yang memberikan ucapan selamat, baik secara langsung maupun melalui grup WhatsApp fakultas.

“Selamat ya, Rana! Akhirnya resmi bertunangan.”

“Wah, pasangan awardee LPDP dan Erasmus, pasti keren banget nanti kalau menikah.”

“Semoga lancar sampai hari pernikahan!”

Rana tersenyum dan mengucapkan terima kasih setiap kali ada yang memberikan ucapan. Namun, di sela-sela kehangatan itu, ia juga menyadari beberapa rekan dosen yang terlihat sinis atau sekadar melirik tanpa bicara.

Rana tidak terlalu memikirkan itu—setidaknya sampai siang harinya, saat ia mendengar sesuatu yang mengejutkan.

Siang itu, Rana berjalan ke kantin dosen untuk mengambil kopi. Saat ia melewati salah satu meja, ia mendengar bisikan-bisikan dari beberapa dosen yang sedang berbincang.

"Aku dengar mereka bertunangan buru-buru karena Rana sudah hamil."

"Serius? Makanya mereka tiba-tiba tunangan, padahal s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 81. Melaporkan Bagus Dan Asha

    Kampus semakin ramai membicarakan Rana dan Zayyan. Tidak hanya gosip soal kehamilan yang tidak benar, tetapi juga masa lalu mereka yang ternyata pernah menikah dan bercerai pun tersebar."Pantas saja mereka buru-buru bertunangan lagi. Ternyata mereka ini mantan suami istri!" "Dan katanya dulu cerainya karena Zayyan selingkuh sama Asha? Wah, gimana bisa Rana mau balikan?" "Makanya, Rana pasti putus asa banget sampai mau nerima laki-laki kayak Zayyan lagi."“Aku nggak nyangka Zayyan ternyata sebejat itu.”Rana merasa tercekik setiap kali berjalan di lorong fakultas. Bisikan-bisikan itu tak pernah berhenti.Dan siang itu, puncaknya datang. Ia mendapat panggilan dari Kaprodi.Rana mengetuk pintu ruangan Bagus, lalu masuk ketika mendengar suaranya."Silakan duduk, Rana."Rana duduk dengan postur tegap. Ia menatap kaprodinya dengan waspada. Ia tahu siapa Bagus sebenarnya—seorang pria dengan niat buruk yang nyaris melecehkannya di Bali.Bagus menautkan jari-jarinya di atas meja, menatap Ra

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 82. Melawan Bagus

    Beberapa minggu setelah laporan dibuat, Rana duduk di ruangan Biro Etik dan Disiplin Akademik, menunggu hasil investigasi. Zayyan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat.Dr. Budi akhirnya masuk dengan ekspresi yang sulit dibaca."Kami telah melakukan investigasi atas laporan Anda," katanya dengan nada hati-hati. "Namun, setelah mempertimbangkan berbagai faktor, tidak cukup bukti untuk menjatuhkan sanksi kepada Bagus."Rana terbelalak. "Apa?!""Banyak saksi yang enggan berbicara atau memberikan kesaksian yang tidak cukup kuat. Selain itu, Bagus memiliki rekam jejak panjang sebagai kaprodi yang berprestasi, dan beberapa pejabat kampus memberikan rekomendasi positif tentang dirinya."Rana merasakan amarah dan kekecewaan membakar dadanya. "Jadi, karena dia punya koneksi dan kekuasaan, kalian membiarkan dia lolos begitu saja?"Dr. Budi tampak canggung. "Kami bukan membiarkan, Rana. Tapi dalam prosedur hukum dan administrasi, kami tidak bisa mengambil tindakan tanpa bukti yang cuku

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 83. Aku Milikmu, Ran

    Beberapa hari setelah berita dirilis dan menjadi viral, suasana di kampus UGN berbeda dari biasanya. Puluhan mahasiswa berkumpul di depan gedung rektorat, membawa spanduk dan poster bertuliskan:"TOLAK DOSEN PREDATOR!" "KEADILAN UNTUK KORBAN PELECEHAN!" "REKTOR HARUS BERTINDAK!"Rana berdiri di antara kerumunan, merasakan getaran semangat dari para mahasiswa yang meneriakkan tuntutan mereka. Ia tak menyangka bahwa keberaniannya berbicara akan memicu gelombang sebesar ini. Kini, Bagus tak bisa lagi bersembunyi di balik kekuasaannya.Di barisan depan, Laras berdiri tegap, memegang mikrofon. "Kami di sini bukan hanya untuk satu orang korban, tapi untuk semua perempuan yang pernah dibungkam oleh sistem yang korup! Hari ini, kami menuntut keadilan!"Kerumunan mahasiswa bersorak. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa bimbingan Bagus sendiri, yang kini merasa jijik mengetahui sisi lain dari dosen yang selama ini mereka hormati."Copot Bagus dari jabatannya!" "Pecat pelaku pelecehan dari k

    Last Updated : 2025-02-06
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 84. Persiapan Pernikahan

    Gara-gara Zayyan meminta pernikahan mereka dimajukan, mereka jadi punya kesibukan tambahan selain menjadi dosen. Yaitu menyiapkan pernikahan mereka sesempurna mungkin.Meski ini adalah pernikahan kedua mereka, Zayyan dan Rana ingin semuanya tetap sempurna.Maka siang itu, Rana dan Zayyan memasuki sebuah butik pengantin eksklusif di Jakarta. Interior butik berwarna putih gading dengan lampu kristal yang menggantung di langit-langit, menciptakan suasana elegan dan romantis. Rak-rak di sepanjang dinding dipenuhi dengan gaun-gaun indah dari berbagai koleksi, sementara pegawai butik menyambut mereka dengan senyum ramah.“Selamat datang! Mbak Rana, kami sudah menyiapkan beberapa gaun sesuai preferensi yang Mbak kirimkan kemarin,” kata seorang pegawai butik sambil membawa Rana ke area fitting.Zayyan duduk di sofa beludru biru tua, menatap Rana dengan penuh antusias. “Aku masih nggak percaya kita sudah sampai di tahap ini,” katanya sambil tersenyum.Rana tertawa kecil. “Kamu bakal lihat aku

    Last Updated : 2025-02-08
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 85. Persiapan Pernikahan (2)

    Setelah memilih gaun pengantin, Rana dan Zayyan semakin tenggelam dalam kesibukan persiapan pernikahan. Hari itu, mereka memiliki jadwal bertemu dengan wedding organizer (WO), memilih dekorasi, dan mencicipi katering.Mereka tiba di sebuah kafe tempat mereka akan bertemu dengan tim WO. Begitu masuk, seorang wanita dengan setelan rapi dan tablet di tangannya langsung menyambut mereka dengan senyum profesional."Selamat siang, Mbak Rana, Mas Zayyan. Saya Nadine dari Enchanted Wedding. Kami sudah menyiapkan beberapa konsep sesuai preferensi kalian."Rana dan Zayyan duduk berhadapan dengan Nadine, lalu memperhatikan presentasi yang ditampilkan di tablet."Konsep yang kalian inginkan lebih ke arah intimate wedding dengan sentuhan elegan, benar?" Nadine memastikan.Rana mengangguk. "Ya, kami ingin suasananya hangat, tidak terlalu kaku, tapi tetap terasa romantis dan berkesan."Zayyan menambahkan, "Kami juga ingin ada sentuhan warna netral seperti putih dan champagne, supaya terasa timeless.

    Last Updated : 2025-02-09
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 86. Kaprodi Baru

    Karena kesibukan mereka menyiapkan pernikahan, Rana dan Zayyan sampai tak sadar bahwa seminggu lagi mereka akan menikah.“Ah, aku deg-degan banget.” Rana memegangi dadanya sambil berjalan menuju aula utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis.Zayyan mengusap punggung Rana lembut. “Deg-degan kenapa sih?”“Bentar lagi kita nikah dan hari ini pengumuman Kaprodi tetap FEB.” Rana menatap Zayyan harap-harap cemas.Ia ingin Zayyan yang terpilih sebagai Kaprodi, karena ia tahu bagaimana kualitas Zayyan. Tapi di sisi lain, ia juga khawatir jabatan baru itu justru membuat banyak fitnah mendatangi mereka.Akhirnya mereka tiba di aula utama FEB. Keduanya saling pandang, menarik nafas dalam dan melangkah masuk bergantian.Aula utama Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGN dipenuhi oleh para dosen yang duduk melingkar, menunggu pengumuman resmi hasil pemilihan Kaprodi baru. Beberapa tampak berbincang pelan, sementara yang lain menatap ke depan dengan ekspresi penuh antisipasi.Rana duduk di kursinya, mencoba menye

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 87. Pernikahan Kedua

    Satu minggu kemudian, pernikahan Zayyan dan Rana akhirnya dilangsungkan.Malam itu, sebuah ballroom mewah di sebuah hotel bintang lima di Jakarta dipenuhi dengan cahaya lampu kristal yang berkilauan. Musik orkestra yang lembut mengalun, menciptakan suasana syahdu di antara para tamu yang hadir dalam pernikahan Zayyan dan Rana.Di tengah ruangan, Rana berdiri anggun dalam gaun pengantin putih dengan detail renda yang elegan. Rambutnya disanggul indah, dihiasi dengan tiara kecil yang membuatnya tampak seperti seorang putri.Di sampingnya, Zayyan mengenakan setelan jas hitam klasik yang sempurna, dengan dasi kupu-kupu yang menambah kesan elegan. Mereka tampak serasi—sepasang pengantin yang berbahagia, memancarkan aura cinta yang tak terbantahkan.Setelah prosesi akad yang khidmat dan haru, kini saatnya resepsi. Para tamu datang memberikan selamat, termasuk rekan-rekan dosen dari kampus mereka. Beberapa dosen tampak tulus memberi ucapan selamat, sementara yang lain hanya berusaha bersikap

    Last Updated : 2025-02-27
  • Ceraikan Aku, Mas!   88. Malam Pertama

    Zayyan mengangkat dagu Rana sedikit untuk memperdalam ciuman. Ciuman pertama mereka sebagai suami istri terasa manis, pelan, dan penuh perasaan. Tidak terburu-buru, tidak ada paksaan—hanya dua hati yang saling meresapi kebersamaan mereka.Perlahan, Zayyan menarik Rana lebih dekat, membiarkan kehangatan tubuh mereka menyatu. Ia bisa merasakan detak jantung Rana yang berpacu cepat, begitu juga dengan dirinya.Dan ciuman mereka yang tadinya lembut dan pelan, kini berubah lebih liar dan panas. Lenguhan-lenguhan lembut lolos dari bibir keduanya, bersahutan dengan suara ciuman basah yang semakin lama terdengar semakin penuh gairah."Kalau kamu belum siap, kita bisa menunggu," bisik Zayyan di sela ciuman. Ia melahap mulut Rana sekali lagi, gairahnya semakin meletup-letup.Rana melenguh tertahan, sedikit kesulitan membalas ciuman Zayyan yang semakin liar.“Mas ….” Ia mendesah, namun desahannya langsung ditelan oleh ciuman Zayyan yang seolah tiada henti.Tangan Zayyan mulai turun membelai lehe

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 97. Ancaman Serius

    Rana masih duduk di meja makan, mencoba menenangkan perutnya yang masih sedikit mual. Ia tak menyadari bahwa seseorang tadi menguping dari luar.Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Zayyan masuk dengan kantong belanja di tangannya."Kamu baik-baik aja?" tanyanya begitu melihat wajah pucat Rana.Rana tersenyum lemah. "Barusan mual lagi, tapi sekarang udah mendingan."Zayyan langsung mendekat, menaruh belanjaannya sembarangan di atas meja, lalu berjongkok di depan Rana. Tangannya terulur, mengusap perut istrinya dengan penuh kasih. "Harusnya aku nggak ninggalin kamu sendirian tadi."Rana terkekeh. "Hei, aku baik-baik aja, kok. Jangan terlalu khawatir."Tapi Zayyan tetap menatapnya dengan serius. "Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, langsung kasih tahu aku, ya?"Rana mengangguk dan menenangkan suaminya dengan kecupan di pipi. Mereka berdua tidak menyadari bahwa di unit apartemen seberang, seseorang sedang tersenyum miring sambil mengaduk kopi di hadapannya.***Beberapa Ha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 96. Perkelahian di Taman

    Hari Minggu. Rana menikmati udara pagi yang segar sambil berjalan santai di taman dekat apartemen mereka. Sesekali ia memperhatikan Zayyan yang sedang joging, bergerak semakin jauh meninggalkannya. Sesekali juga, Zayyan menoleh ke belakang, memastikan sang istri baik-baik saja. Ia melambaikan tangan, yang dibalas lambaian tangan pula oleh Rana. Plus senyum manis terbaik. Rana terus berjalan santai, hatinya terasa hangat dan penuh. Dan tepat ketika ia hendak berbelok menuju jalur yang lebih teduh, suara yang sangat tidak ingin ia dengar tiba-tiba menyapa. "Pagi yang indah, kan?" Rana menegang seketika. Ia menoleh dan mendapati Gavin berjalan santai di sampingnya, senyuman licik tersungging di wajahnya. "Apa maumu, Gavin?" Rana mempercepat langkah, berharap bisa segera menyusul Zayyan. "Tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol. Masa nggak boleh? Kita dulu pernah dekat, kan?" Gavin tetap mengikuti langkahnya, membuat Rana semakin gelisah. "Kita nggak pernah dekat," sahut Rana tajam. "T

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 95. Rana Pingsan

    Satu bulan kemudian. Rana sedang menjelaskan materi di depan kelas ketika kepalanya tiba-tiba terasa berat. Pandangannya sedikit berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Ia berusaha tetap fokus, tetapi rasa pusing yang semakin menjadi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. "Baik, untuk pertemuan hari ini cukup sampai di sini dulu. Saya ingin kalian membuat ringkasan dari materi kita hari ini dan dikumpulkan minggu depan," ucapnya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyamannya. Mahasiswa tampak bingung karena kelas berakhir lebih cepat dari biasanya, tetapi mereka tidak banyak bertanya dan mulai merapikan barang mereka. Rana menghela napas, berharap rasa pusingnya berkurang setelah ia duduk sebentar di kursinya. Namun, baru saja ia melangkah keluar dari ruang kelas, tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Dunia di sekelilingnya terasa berputar, dan dalam hitungan detik, semuanya menjadi gelap. "Bu Rana!" Beberapa mahasiswa yang masih berada di dekatnya langsung bergegas mena

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 94. Aku Mau Punya Anak

    Sesampainya di rumah sakit, Rana dan Zayyan langsung disambut dengan senyuman lelah tapi bahagia dari Anya yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit, menggendong bayi kecilnya yang tertidur pulas. Sementara itu, Arga berdiri di sampingnya, tampak siap siaga meskipun wajahnya terlihat kurang tidur."Selamat ya, Kak!" Rana langsung menghampiri kakak dan kakak iparnya, menatap keponakannya dengan tatapan penuh kagum. "Ya ampun, dia kecil banget... tapi gemesin!"Zayyan ikut mencondongkan tubuhnya untuk melihat bayi itu lebih dekat. "Wah, calon atlet nih, lihat tuh tangannya, kuat banget!"Arga tertawa sambil mengusap kepala putranya. "Iya, pas lahir langsung menggenggam jari aku erat banget. Mungkin dia bakal jadi petinju."Mereka semua tertawa. Rana kemudian duduk di tepi ranjang, mendekati Anya. "Gimana rasanya jadi ibu, Kak?"Anya mendesah lelah, tapi senyum di wajahnya tak pernah pudar. "Luar biasa, capek banget, tapi saat lihat bayi kecil ini, rasanya semua terbayar."Ambar juga

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 93. Kebetulan Tak Terduga

    Setelah memastikan bahwa Anya mendapatkan perawatan yang baik di rumah sakit, Rana dan Zayyan akhirnya berpamitan kepada keluarga. Mereka masih lelah setelah perjalanan panjang dari Lombok, dan tubuh mereka menuntut istirahat.Dalam perjalanan pulang, Rana menyandarkan kepalanya di bahu Zayyan. “Hari yang panjang, ya, Mas?” gumamnya lelah.Zayyan tersenyum kecil, mengusap punggungnya dengan lembut. “Banget. Tapi senang juga, sih. Nggak nyangka kita pulang-pulang langsung ada kejadian besar kayak gini.”Begitu sampai di apartemen, mereka langsung berganti pakaian dan bersiap tidur. Rana mengenakan piyama tipis, sementara Zayyan hanya mengenakan celana tidur tanpa kaus. Mereka merebahkan diri di ranjang dengan tubuh yang terasa remuk, tapi hati mereka terasa penuh.Rana menatap langit-langit sambil menghela napas lega. “Kira-kira kita kapan ya, kayak Kak Anya?”Zayyan yang tadinya hampir terlelap langsung membuka mata dan menoleh ke Rana. “Maksudnya?”Rana memutar tubuhnya, berbaring mi

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 92. Pulang

    Malam harinya, Zayyan sengaja mengajak Rana untuk makan malam di luar agar suasana hati Rana membaik setelah kejadian saat snorkeling tadi.Sepasang pengantin baru itu berjalan beriringan menuju restoran tepi pantai yang dipesan Zayyan. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut dan suara deburan ombak yang menenangkan. Rana menggenggam tangan Zayyan erat, merasa lebih tenang setelah kejadian tadi siang.Namun, ketenangan itu langsung buyar ketika mereka baru saja memasuki restoran.Di sudut ruangan, duduk seorang pria yang tak asing lagi—Gavin.Mata Rana dan Gavin bertemu sejenak. Senyum licik tersungging di wajah pria itu, seolah kejadian siang tadi tidak pernah terjadi.Zayyan langsung menggenggam tangan Rana lebih erat. “Kita pergi dari sini,” bisiknya, sudah bersiap untuk membatalkan reservasi.Rana menelan ludah, menatap wajah suaminya yang terlihat penuh kekhawatiran. Ia tahu Zayyan hanya ingin melindunginya, tapi kali ini… ia tidak ingin lari.“Tidak.” Rana menarik napas

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 91. Gavin Kembali

    Rana dan Zayyan berjalan berdampingan di sepanjang jalan kecil yang dipenuhi toko-toko suvenir khas Lombok. Mereka tertawa saat Zayyan mencoba memakai ikat kepala khas suku Sasak, sementara Rana sibuk memilih kain tenun dengan warna-warna cerah untuk ibunya.“Aku rasa Mama bakal suka yang ini,” kata Rana, mengangkat selembar kain berwarna biru laut dengan motif tradisional yang elegan.Zayyan mengangguk setuju. “Kalau buat Papa, kita belikan kopi Lombok juga gimana? Dia suka kopi, kan?”“Banget.” Rana tersenyum, lalu meraih sebungkus kopi dari rak. “Beliin istri Kak Arga juga boleh nggak? Perhiasan mutiara khas Lombok ini pasti bagus banget buat oleh-oleh.”Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda sambil memilih oleh-oleh, menikmati suasana santai di pulau itu. Setelah selesai, mereka berjalan menuju pantai dengan tangan penuh tas belanjaan.“Ini bulan madu terbaik.” Rana menoleh ke Zayyan dengan mata berbinar. “Aku nggak nyangka kita bisa sebahagia ini setelah semua yang terjadi.”Z

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 90. Mandi Bareng

    Matahari sudah tinggi ketika Rana terbangun dengan kepala masih bersandar di dada bidang Zayyan. Udara pagi yang sejuk dari laut menyapu kulitnya, tetapi yang lebih membuatnya tersadar adalah suara nyaring dari ponselnya yang bergetar di meja samping tempat tidur.Dengan malas, Rana mengulurkan tangan dan meraih ponsel tanpa membuka mata. Begitu melihat layar, matanya langsung membelalak. Mama Calling…“Oh, tidak!” Rana setengah berguling, setengah panik. Ia melirik tubuhnya yang masih sepenuhnya telanjang, hanya tertutup selimut yang melilit tubuhnya dan Zayyan. Dengan cepat, ia menarik selimut lebih erat lalu menekan tombol “Accept” untuk menjawab panggilan video.Wajah mamanya langsung muncul di layar, disusul suara ceria kakaknya, Arga. “Halo, pengantin baru! Gimana bulan madunya?”Rana tersentak, lalu buru-buru merapatkan selimut ke dadanya. “M-Mama, Kak Arga…!”Arga langsung tertawa terbahak. “Hahaha! Kenapa panik gitu, Dek? Aduh, mukamu merah banget. Jangan-jangan—”Sebelum Arg

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 89. Bulan Madu

    Rana masih terpaku menatap pemandangan laut biru kehijauan yang terhampar luas di hadapannya. Pasir putih halus menyentuh telapak kakinya, sementara angin sepoi-sepoi mengibarkan rambutnya yang masih sedikit basah karena perjalanan tadi.“Kamu suka?” suara Zayyan membuyarkan lamunannya.Rana menoleh, mendapati suaminya berdiri di sampingnya dengan ekspresi penuh harap. “Suka? Aku bahkan masih sulit percaya kalau kita bulan madu di tempat seindah ini.”Zayyan terkekeh lalu menggenggam tangannya. “Dan yang lebih mengejutkan lagi…” Ia menarik Rana menuju sebuah vila bergaya tropis dengan sentuhan kayu yang elegan. “Resor ini… punyaku.”Rana membelalakkan mata. “Maksudmu?”Zayyan tersenyum kecil. “Ini warisan dari orang tuaku. Mereka membeli tanah di Gili Meno bertahun-tahun lalu dan membangun tempat ini. Aku jarang ke sini karena sibuk, tapi sekarang… aku ingin membaginya denganmu. Kita akan sering ke sini dan menikmati keindahan alam bersama,” ucapnya sambil mencium pelipis Rana.Rana m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status