Semua Bab Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar: Bab 41 - Bab 50

85 Bab

BAB 41

Amore yang sedang memperhatikan Emily tiba-tiba berhenti tersenyum. Ia menyadari sesuatu. "Emily," ucapnya pelan, matanya mengarah ke sudut ruangan, "aku rasa ada seseorang yang….""Amore, kau ke mana saja? Ayah mencarimu dari tadi," suara berat Robert tiba-tiba terdengar, menghampiri mereka di tengah percakapan. Pria itu mengenakan setelan jas rapi dengan sikap penuh wibawa, memandang putrinya dengan sorot mata yang tegas namun penuh perhatian.Amore menoleh dengan senyum kecil di wajahnya, memperlihatkan giginya seolah mencoba mencairkan suasana. "Aku tadi di kamar, Ayah. Baru saja turun."Robert mendengus pelan sambil menggeleng. "Ya, kau dan kebiasaanmu menghindar dari acara seperti ini. Emily," ucapnya sambil menoleh ke arah Emily dengan senyum ramah, "aku pinjam temanmu ini sebentar, ya. Ada beberapa kolega yang ingin bertemu dengannya."Emily menegakkan tubuhnya sedikit, merasa sedikit gugup di bawah tatapan pria yang karismatik itu. "Tentu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

BAB 42

Akhirnya, suasana pesta mulai berubah ketika musik klasik pelan yang mengiringi suasana dansa digantikan oleh irama musik dance yang lebih energik. Alunan ritme yang hidup memenuhi ruangan, membawa atmosfer yang lebih santai dan penuh semangat. Beberapa orang mulai bergerak ke tengah lantai dansa, melepaskan kepenatan setelah sesi-sesi percakapan bisnis yang panjang.Emily, yang masih berdiri di dekat meja makanan bersama Amore, mengangkat alisnya, tersenyum kecil. "Akhirnya, suasana berubah juga," ucapnya, meskipun pikirannya masih terusik oleh kejadian dengan Ben tadi.Amore tertawa kecil sambil menyesap minumannya. "Aku sudah menunggu momen ini. Bagaimana? Mau ke lantai dansa?"Emily memiringkan kepalanya sedikit, menatap Amore dengan ragu. "Aku? Menari? Aku rasa aku lebih baik jadi penonton saja."Amore meletakkan gelasnya di meja dan menatap Emily dengan tatapan penuh tantangan. "Ayolah, Emily. Ini hanya untuk bersenang-senang. Kau tidak perlu jadi penari profesional."Emily meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

BAB 43

Sementara itu, Sylvester menghilang ke arah kamarnya, lalu kembali ke dapur beberapa menit kemudian. Di tangannya, ada sebuah kaus sederhana berwarna putih yang ia ulurkan pada Emily."Ini," katanya sambil menyodorkan kaus itu. "Ganti dulu pakaianmu dengan ini. Kau pasti kesulitan bergerak kalau tetap memakai gaun itu."Emily memandangi kaus itu dengan bingung. "Tapi aku…""Kau bebas menggunakan ruangan mana saja untuk berganti pakaian," potong Sylvester lagi, seperti biasa tak ingin mendengar bantahan. "Aku juga akan ke kamar untuk berganti pakaian. Cepatlah."Emily akhirnya menerima kaus itu dengan sedikit ragu. "Baiklah," gumamnya.Saat Sylvester berjalan pergi ke arah kamarnya, Emily menghela napas panjang, lalu melihat ke sekeliling untuk mencari ruangan yang bisa ia gunakan untuk berganti. Ia memilih salah satu kamar mandi yang terdekat, lalu masuk ke dalam. Dengan hati-hati, ia melepaskan gaunnya dan mengenakan kaus yang diberikan Syl
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

BAB 44

"Ceritakan bagaimana kehidupanmu di Indonesia," ucap Sylvester tiba-tiba, memecah keheningan yang menyelimuti mereka."Huh?" Emily menatapnya dengan bingung, tidak menyangka pertanyaan itu muncul."Bagaimana kehidupanmu di Indonesia?" Sylvester mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih sabar, sambil menatap Emily seolah-olah ia tidak akan membiarkan pertanyaan itu berlalu tanpa jawaban.Emily menggigit bibir bawahnya, mencoba merangkai jawaban yang tepat. "Mmm... tidak ada yang istimewa, semua biasa saja," balasnya akhirnya, bahunya sedikit terangkat.Sylvester mengerutkan alisnya. "Selain desain dan memasak, apa yang kau sukai?" tanyanya lagi, mencoba menggali lebih dalam.Emily menghela napas pendek, merasa sedikit canggung dengan tatapan yang begitu intens dari pria di depannya. "Tidak ada... hanya itu," jawabnya singkat.Sylvester mendengus pelan, lalu menyandarkan punggungnya di kursi dengan ekspresi sedikit kesal. "Ceritakan apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

BAB 45

Emily tertegun. "Huh?" Wajahnya langsung memerah, dan ia menatap Sylvester dengan kaget.Tanpa menunggu jawaban, Sylvester mendekat, meraih tengkuk Emily dengan lembut, dan mencium bibirnya. Emily membeku sejenak sebelum mendorongnya dengan cepat, matanya melebar dan napasnya memburu."Kenapa kau begitu syok?" tanya Sylvester dengan nada santai, tetapi matanya masih menatap Emily. "Apa kau belum pernah berciuman sebelumnya?"Emily mengangguk pelan, wajahnya merah padam. "Jangan bilang kau juga belum pernah berkencan atau berpacaran," lanjut Sylvester, setengah bercanda."Y-yaa..." jawab Emily terbata-bata, masih memproses apa yang baru saja terjadi.Mendengar itu, Sylvester tertawa kecil, tetapi segera terdiam ketika Emily bersuara dengan nada kesal, "Dan kau mengambil first kiss-ku... Dasar laki-laki brengsek."Sylvester menatapnya sejenak, kemudian menundukkan kepala sedikit, merasa bersalah. "Maafkan aku," katanya tulus.Emily mend
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

BAB 46

"Ah, hai... ada apa, Alice?" tanya Emily, sedikit terkejut melihat wanita itu."Tak apa, aku hanya ingin melihat tempat kerjamu," balas Alice sambil melangkah masuk, matanya mengamati sekeliling ruangan."Bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Emily, masih bingung dengan kehadiran Alice."Aku ikut Sylvester tadi," jawab Alice dengan santai.Emily hanya mengangguk sambil menggumamkan, "Ohh," tanpa banyak komentar."Hai, Alice. Kamu masih ingat aku, kan?" tanya Dimas tiba-tiba, membuat Alice menoleh.Alice tersenyum, "Oh, hai. Tentu saja aku masih ingat.""Senang bertemu kembali," ucap Dimas sambil mengulurkan tangannya dengan senyum ramah."Senang juga bertemu denganmu," balas Alice, menyambut uluran tangan itu dengan anggukan dan senyum hangat.Alice melangkah lebih dekat, matanya terus mengamati ruangan tempat Emily bekerja. "Jadi, ini ruangan kalian? Tidak buruk. Sangat nyaman," komentarnya sambil melirik meja kerja Emily."Memang nyaman," balas Jesselyn, mencoba bersikap ramah. "K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

BAB 47

Emily menunduk, air matanya terus mengalir. "Aku tahu aku tidak nyaman untuk kalian. Aku tahu aku bukan orang yang menyenangkan. Tapi aku... aku tidak tahu harus bagaimana."Ia mengusap wajahnya, mencoba menghapus air mata, tapi sia-sia. "Dan kau tahu, Len? Aku tidak pernah berharap ada lelaki yang benar-benar menyukaiku. Aku tahu aku tidak pantas. Aku tahu aku seperti ini. Aku sadar diri."Kata-kata itu membuat semua orang di ruangan terdiam. Dimas hanya bisa menatap Emily dengan ekspresi penuh simpati, sementara Jesselyn tampak menunduk, tidak berani melihat ke arah Emily.Emily mengangkat kepalanya, menatap Leni lagi. "Aku minta maaf, Len. Kalau kehadiranku membuatmu tidak nyaman, aku benar-benar minta maaf."Dengan suara yang hampir tak terdengar, Emily menambahkan, "Aku juga benci diriku sendiri... lebih dari siapa pun."Ia berbalik, berjalan menuju pintu. Langkahnya pelan, tapi penuh beban. Tangannya gemetar ketika meraih gagang pintu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

BAB 48

"Apakah bisa kita mulai sekarang?" tanya salah satu staf Whiteller Corp dengan nada tegas. Mereka sudah berada di ruang rapat, namun suasana terasa sedikit canggung karena ada beberapa kursi yang kosong.Mr. Whiteller, yang duduk di ujung meja dengan sikap tenang namun penuh wibawa, tiba-tiba bertanya, "Kemana Emily?"Belum sempat ada yang menjawab, pintu ruangan terbuka dan Emily masuk dengan tergesa-gesa. "Saya di sini. Mohon maaf atas keterlambatan saya," ucapnya sambil membungkukkan badan sedikit.Namun, ucapan Emily tidak menghapus ekspresi tak nyaman beberapa peserta rapat. Salah satu staf Whiteller Corp yang duduk di dekat Mr. Whiteller menghela napas panjang dan berkomentar sinis, "Tidak profesional sekali kerja tim kalian."Ruangan mendadak sunyi. Dimas menoleh ke Emily, seolah ingin membela, tetapi sebelum ia sempat berbicara, Beni—pemimpin rapat—langsung mengambil kendali. "Baik, kita mulai saja," katanya cepat, mencoba mencairkan suasana.Rapat pun dimulai. Mereka membahas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

BAB 49

Pernyataan itu membuat wajah Sylvester mengeras seketika. Rahangnya mengatup kuat, dan matanya menatap Amore dengan kilatan emosi yang sulit diartikan—sebuah campuran antara rasa bersalah dan amarah.Melihat reaksi itu, Amore mendesah lagi. Ia tahu bahwa ia telah menyentuh luka lama. Namun, itu adalah sesuatu yang perlu dikatakan.Amore melangkah menuju pintu, tetapi sebelum keluar, ia berhenti sejenak dan menoleh. Tatapannya tajam, nyaris seperti peringatan. "Kau tahu, Sylvester," katanya dengan nada serius, "kadang tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang lebih buruk. Jangan ulangi kesalahan yang sama."Setelah itu, ia pergi, meninggalkan Sylvester sendirian di ruangannya.Sylvester tetap berdiri di tempatnya, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup. Pikirannya penuh dengan emosi yang saling bertabrakan. Nama Emily terus terngiang di kepalanya, bersanding dengan bayangan Bella yang tak pernah benar-benar hilang. Ia mendesah berat, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

BAB 50

Dimas, Emily, dan Jesselyn saling bertukar pandang, bingung dengan reaksi Leni."Yasudah," ucap Dimas akhirnya, mencoba mengangkat suasana. "Kita makan bertiga saja. Nanti aku akan siapkan seporsi untuk Leni."Emily dan Jesselyn mengangguk pelan, meskipun suasana hati mereka masih terasa sedikit canggung. Mereka pun mulai menikmati soto buatan Dimas, mencoba mengembalikan suasana hangat di antara mereka.Setelah makan malam selesai, suasana mulai mencair. Mereka mulai saling melemparkan lelucon ringan, dan Emily ikut tersenyum kecil, meski sedikit lelah. Namun, meskipun Dimas tampak ikut tertawa, pikirannya terusik oleh sesuatu—lebih tepatnya, oleh Leni.“Kurasa aku akan coba bicara dengan Leni,” gumam Dimas tiba-tiba sambil berdiri dari kursinya.“Sekarang?” tanya Emily, ragu-ragu.“Ya, aku nggak mau—” Dimas terpotong saat ia melihat Leni keluar dari kamarnya tanpa sepatah kata. Leni melewati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status