Share

BAB 45

Penulis: Sang Penulis
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 06:05:45

Emily tertegun. "Huh?" Wajahnya langsung memerah, dan ia menatap Sylvester dengan kaget.

Tanpa menunggu jawaban, Sylvester mendekat, meraih tengkuk Emily dengan lembut, dan mencium bibirnya. Emily membeku sejenak sebelum mendorongnya dengan cepat, matanya melebar dan napasnya memburu.

"Kenapa kau begitu syok?" tanya Sylvester dengan nada santai, tetapi matanya masih menatap Emily. "Apa kau belum pernah berciuman sebelumnya?"

Emily mengangguk pelan, wajahnya merah padam. "Jangan bilang kau juga belum pernah berkencan atau berpacaran," lanjut Sylvester, setengah bercanda.

"Y-yaa..." jawab Emily terbata-bata, masih memproses apa yang baru saja terjadi.

Mendengar itu, Sylvester tertawa kecil, tetapi segera terdiam ketika Emily bersuara dengan nada kesal, "Dan kau mengambil first kiss-ku... Dasar laki-laki brengsek."

Sylvester menatapnya sejenak, kemudian menundukkan kepala sedikit, merasa bersalah. "Maafkan aku," katanya tulus.

Emily mend

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 46

    "Ah, hai... ada apa, Alice?" tanya Emily, sedikit terkejut melihat wanita itu."Tak apa, aku hanya ingin melihat tempat kerjamu," balas Alice sambil melangkah masuk, matanya mengamati sekeliling ruangan."Bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Emily, masih bingung dengan kehadiran Alice."Aku ikut Sylvester tadi," jawab Alice dengan santai.Emily hanya mengangguk sambil menggumamkan, "Ohh," tanpa banyak komentar."Hai, Alice. Kamu masih ingat aku, kan?" tanya Dimas tiba-tiba, membuat Alice menoleh.Alice tersenyum, "Oh, hai. Tentu saja aku masih ingat.""Senang bertemu kembali," ucap Dimas sambil mengulurkan tangannya dengan senyum ramah."Senang juga bertemu denganmu," balas Alice, menyambut uluran tangan itu dengan anggukan dan senyum hangat.Alice melangkah lebih dekat, matanya terus mengamati ruangan tempat Emily bekerja. "Jadi, ini ruangan kalian? Tidak buruk. Sangat nyaman," komentarnya sambil melirik meja kerja Emily."Memang nyaman," balas Jesselyn, mencoba bersikap ramah. "K

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 47

    Emily menunduk, air matanya terus mengalir. "Aku tahu aku tidak nyaman untuk kalian. Aku tahu aku bukan orang yang menyenangkan. Tapi aku... aku tidak tahu harus bagaimana."Ia mengusap wajahnya, mencoba menghapus air mata, tapi sia-sia. "Dan kau tahu, Len? Aku tidak pernah berharap ada lelaki yang benar-benar menyukaiku. Aku tahu aku tidak pantas. Aku tahu aku seperti ini. Aku sadar diri."Kata-kata itu membuat semua orang di ruangan terdiam. Dimas hanya bisa menatap Emily dengan ekspresi penuh simpati, sementara Jesselyn tampak menunduk, tidak berani melihat ke arah Emily.Emily mengangkat kepalanya, menatap Leni lagi. "Aku minta maaf, Len. Kalau kehadiranku membuatmu tidak nyaman, aku benar-benar minta maaf."Dengan suara yang hampir tak terdengar, Emily menambahkan, "Aku juga benci diriku sendiri... lebih dari siapa pun."Ia berbalik, berjalan menuju pintu. Langkahnya pelan, tapi penuh beban. Tangannya gemetar ketika meraih gagang pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 48

    "Apakah bisa kita mulai sekarang?" tanya salah satu staf Whiteller Corp dengan nada tegas. Mereka sudah berada di ruang rapat, namun suasana terasa sedikit canggung karena ada beberapa kursi yang kosong.Mr. Whiteller, yang duduk di ujung meja dengan sikap tenang namun penuh wibawa, tiba-tiba bertanya, "Kemana Emily?"Belum sempat ada yang menjawab, pintu ruangan terbuka dan Emily masuk dengan tergesa-gesa. "Saya di sini. Mohon maaf atas keterlambatan saya," ucapnya sambil membungkukkan badan sedikit.Namun, ucapan Emily tidak menghapus ekspresi tak nyaman beberapa peserta rapat. Salah satu staf Whiteller Corp yang duduk di dekat Mr. Whiteller menghela napas panjang dan berkomentar sinis, "Tidak profesional sekali kerja tim kalian."Ruangan mendadak sunyi. Dimas menoleh ke Emily, seolah ingin membela, tetapi sebelum ia sempat berbicara, Beni—pemimpin rapat—langsung mengambil kendali. "Baik, kita mulai saja," katanya cepat, mencoba mencairkan suasana.Rapat pun dimulai. Mereka membahas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 49

    Pernyataan itu membuat wajah Sylvester mengeras seketika. Rahangnya mengatup kuat, dan matanya menatap Amore dengan kilatan emosi yang sulit diartikan—sebuah campuran antara rasa bersalah dan amarah.Melihat reaksi itu, Amore mendesah lagi. Ia tahu bahwa ia telah menyentuh luka lama. Namun, itu adalah sesuatu yang perlu dikatakan.Amore melangkah menuju pintu, tetapi sebelum keluar, ia berhenti sejenak dan menoleh. Tatapannya tajam, nyaris seperti peringatan. "Kau tahu, Sylvester," katanya dengan nada serius, "kadang tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang lebih buruk. Jangan ulangi kesalahan yang sama."Setelah itu, ia pergi, meninggalkan Sylvester sendirian di ruangannya.Sylvester tetap berdiri di tempatnya, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup. Pikirannya penuh dengan emosi yang saling bertabrakan. Nama Emily terus terngiang di kepalanya, bersanding dengan bayangan Bella yang tak pernah benar-benar hilang. Ia mendesah berat, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 50

    Dimas, Emily, dan Jesselyn saling bertukar pandang, bingung dengan reaksi Leni."Yasudah," ucap Dimas akhirnya, mencoba mengangkat suasana. "Kita makan bertiga saja. Nanti aku akan siapkan seporsi untuk Leni."Emily dan Jesselyn mengangguk pelan, meskipun suasana hati mereka masih terasa sedikit canggung. Mereka pun mulai menikmati soto buatan Dimas, mencoba mengembalikan suasana hangat di antara mereka.Setelah makan malam selesai, suasana mulai mencair. Mereka mulai saling melemparkan lelucon ringan, dan Emily ikut tersenyum kecil, meski sedikit lelah. Namun, meskipun Dimas tampak ikut tertawa, pikirannya terusik oleh sesuatu—lebih tepatnya, oleh Leni.“Kurasa aku akan coba bicara dengan Leni,” gumam Dimas tiba-tiba sambil berdiri dari kursinya.“Sekarang?” tanya Emily, ragu-ragu.“Ya, aku nggak mau—” Dimas terpotong saat ia melihat Leni keluar dari kamarnya tanpa sepatah kata. Leni melewati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 51

    Saat perbincangan di kantin semakin ramai, Emily melirik ke arah sekelompok wanita yang tengah bergosip dengan antusias. Suara mereka cukup jelas terdengar, meski mereka mencoba merendahkan volume suara."Aku baru pertama kali melihat," ujar salah satu dari mereka."Aku rasa mereka berteman," sambung yang lain."Mimpi apa aku semalam bisa bertemu pangeran," tambah wanita ketiga, matanya berbinar-binar."Tapi masih kalah ganteng sama Mr. Whiteller," ujar seorang lagi dengan nada memuja."Aku lebih memilih Mr. Whiteller, dia lebih jantan," timpal yang lain lagi."Pria itu juga, dia tipeku," bisik seorang wanita.Emily, yang duduk makan siang bersama Amore dan Dimas, menoleh penasaran. "Ada apa sih sebenarnya?" tanyanya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh riuhnya gosip di meja sebelah.Amore mengangkat bahu sambil mengunyah. "Aku pun tak tahu," jawabnya santai.Dimas, yang sedari tadi mendengarkan sambil menyeruput minumannya, menimpali. "Sepertinya mereka sedang membicarakan seorang p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 52

    Mr. Whiteller kembali ke lantai atas, namun bukan ke ruangannya. Kali ini, ia menekan tombol lift menuju rooftop. Saat pintu lift terbuka, angin dingin langsung menyambutnya. Namun, yang menarik perhatian adalah sosok Emily yang berdiri di pinggir rooftop, menatap ke langit."Apa ini tempat favoritmu?" ucap Mr. Whiteller sambil melangkah mendekat.Emily menoleh, sedikit terkejut, namun segera tersenyum kecil. "Hanya mencari udara segar," balasnya singkat.Mr. Whiteller berhenti beberapa langkah darinya, pandangannya tetap terarah ke langit. "Jika dia mengganggumu lagi, laporkan saja padaku," katanya, nadanya serius."Terima kasih, Tuan Whiteller," jawab Emily sambil mengangguk sopan.Setelah beberapa detik keheningan, Mr. Whiteller meliriknya. "Kenapa sekarang kau tidak mau memanggilku dengan santai lagi? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanyanya, mencoba mencari penjelasan.Emily menunduk sejenak, mengatur kata-katanya. "Tidak ada yang salah, Tuan. Saya ini orang biasa, dan ras

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 53

    “Jadi, kau mau makan malam apa?” tanya Dimas sambil menekan tombol lift.Emily menoleh padanya sambil berpikir sejenak. “Hmm… bagaimana kalau kita coba masakan Indonesia?” usulnya dengan antusias. “Kita lihat apakah rasa di sini bisa menandingi aslinya.”Dimas tersenyum kecil. “Boleh juga. Sebentar, aku cek dulu restoran terdekatnya,” ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku.Emily menggeleng sambil tersenyum tipis. “Tidak perlu, aku tahu tempat yang bagus.”“Oh, kau tahu?” Dimas menaikkan alisnya, sedikit terkejut.Emily mengangguk dengan percaya diri. “Aku pernah lewat restoran itu waktu jalan-jalan minggu lalu.”“Baiklah, kalau begitu, lead the way,” kata Dimas sambil tersenyum. “Let’s go.”Mereka keluar dari gedung apartemen dengan langkah santai. Malam yang cerah menemani perjalanan mereka, dengan lampu-lampu jalanan yang menerangi trotoar. Sesekali, mereka berbincang ringan tentang menu masakan Indonesia favorit masing-masing.“Apa makanan Indonesia favoritmu?” tanya Dimas sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 64

    Mereka kembali terdiam, menikmati suasana magis di puncak bukit. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma dedaunan dan tanah"Apa kau sering melihat pemandangan seperti ini?" tanya Emily tiba-tiba, matanya tak lepas dari langit yang mulai bergradasi ungu dan jingga."Hanya beberapa kali di tempat yang berbeda," jawab Sylvester. "Di tempat ini... ini yang kedua kali."Keheningan kembali menyelimuti mereka, hanya terdengar suara angin dan desiran dedaunan. Emily menghirup napas dalam-dalam, menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan.Namun, tiba-tiba Sylvester memecah keheningan. "Emily.""Ya?" Emily menoleh, menatapnya.Sylvester menatapnya lekat, suaranya lebih serius dari sebelumnya. "Di matamu, aku ini bagaimana?"Emily mengerjapkan mata, sedikit terkejut dengan pertanyaannya. "Hmm... kau ternyata orang yang baik."Sylvester tersenyum sekilas, lalu kembali menatapnya dengan lebih dalam. "Emily.""Ya?"Sylvester menggenggam tangan Emily dengan lembut. "Maukah kau jadi pacarku, Em?"

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 63

    "Bagaimana udara di sini?" tanya Sylvester, menoleh sekilas ke arah Emily yang berjalan di sampingnya."Luar biasa. Aku suka aroma kayunya," jawab Emily sambil menarik napas dalam, menikmati kesejukan udara hutan yang menyelimuti mereka."Saat musim panas dan musim gugur, tempat ini jauh lebih indah. Banyak kupu-kupu beterbangan di sekitar sini," jelas Sylvester sambil menunjuk beberapa pohon.Emily meliriknya dengan rasa penasaran. "Kau terdengar sangat mengenal tempat ini."Sylvester mengangguk. "Ya. Dulu aku sempat tinggal di kota ini bersama nenekku."Emily mengerutkan kening, lalu mengangguk paham. "Pantas saja. Dari kemarin aku perhatikan kau tampak akrab dengan kota ini."Sylvester tersenyum kecil, lalu menoleh ke jalur di depan mereka. "Kita hampir sampai di bagian yang mulai menanjak. Apa kau siap?"Emily mendesah panjang. "Tidak, aku tidak siap sama sekali."Sylvester tertawa. "Ayolah, jangan manja. Aku janji, kau tidak akan menyesal saat tiba di atas."Emily merengut. "Mimp

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 62

    Wajah Sylvester tetap serius saat ia berkata, "Jangan dekat-dekat dengan Ben."Emily menghela napas. "Aku memang tak ingin dekat-dekat dengannya. Aku hanya ingin berterima kasih saja.""Tidak perlu. Dia akan besar kepala dan terus mengganggumu."Emily tersenyum tipis, malas berdebat. "Baiklah."Sylvester menoleh sebentar dan menyentuh pipi Emily dengan punggung tangannya. "Apa kau sudah benar-benar sembuh?"Emily tersenyum dan mengangguk. "Ya, aku sudah sembuh."Sylvester menghela napas panjang. "Cepat sekali kau pulihnya."Emily memutar bola matanya. "Lain kali, jangan membawaku ke tempat-tempat aneh."Sylvester terkekeh. "Aku tak pernah membawamu ke tempat aneh."Emily langsung menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Kemarin, kau membawaku ke laut saat cuaca dingin!"Sylvester tertawa. "Laut bukan tempat yang aneh, Emily."Emily mendesah. "Ya, tapi saat musim dingin? Itu hanya orang gila yang melakukannya!"Sylvester menaikkan sebelah alis. "Berarti kau juga gila, Emily. Kau jelas-j

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 61

    Tak lama setelah mereka tiba di rumah sakit, beberapa suster yang berjaga segera menghampiri dan membantu membawa Emily ke dalam. Dokter dengan sigap mengambil tindakan, lalu memindahkannya ke ruang inap untuk observasi lebih lanjut.Sylvester berdiri di depan ruangan, menatap Emily yang terbaring lemah di balik kaca. Napasnya berat, pikirannya berkecamuk. Ia berbalik menatap Ben yang masih berdiri di dekatnya."Aku tak percaya padamu, tapi boleh aku minta tolong?" ucap Sylvester akhirnya.Ben menatapnya datar. "Apa?" tanyanya."Bisa tolong jaga Emily sebentar? Ada hal yang perlu aku urus."Ben menyandarkan tubuhnya ke kursi tunggu, membuka ponselnya dengan santai. "Baiklah," jawabnya singkat. "Aku akan berjaga dari luar."Sylvester mengangguk. "Sesekali masuklah untuk mengeceknya."Ben hanya melirik sekilas. "Pergilah."Tanpa berbicara lebih banyak, Sylvester berbalik pergi. Ben tetap di kursinya, sesekali melirik ke arah pintu kamar Emily, tetapi matanya semakin berat. Ia tak sadar

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 60

    Begitu tiba di penginapan, Sylvester langsung disambut dengan pemandangan yang tidak ia harapkan. Berdiri di depan pintu, dengan senyum santainya, Ben menatap ke arahnya."Mau apa kau ke sini?" ucap Sylvester dengan nada dingin dan tidak bersahabat.Ben tersenyum tipis, seolah tidak terganggu dengan sikap Sylvester. "Aku ingin menemui Emily," jawabnya santai.Saat itu juga, Emily baru saja turun dari mobil, dan Ben langsung menyapanya dengan nada menggoda. "Hai, cantik."Emily terkejut melihat kehadiran Ben di sini, sementara Sylvester semakin tidak sabar. "Untuk apa kau ke sini?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tajam.Ben mengangkat bahu tanpa rasa bersalah. "Apa kota ini milikmu? Siapa pun bisa datang ke sini," balasnya ringan.Sylvester menghela napas dengan kasar. "Kau pulanglah. Aku tidak ingin melihatmu di sini."Ben tertawa kecil. "Tenang saja, aku tidak tertarik bertemu denganmu. Aku hanya ingin menemui dia," ucapnya, menunjuk ke arah Emily.Sylvester sem

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 59

    Begitu mereka tiba di spot snorkeling, Sylvester langsung bersiap memasangkan peralatan untuk Emily. "Biar aku pasangkan," ucapnya sambil membantu memasangkan snorkel dan pelampung di tubuh Emily. Sementara itu, ia sendiri hanya mengenakan snorkel tanpa pelampung."Kau siap?" tanyanya, menatap Emily yang masih menyesuaikan diri dengan perlengkapannya.Emily mengangguk. "Ya, siap."Tanpa ragu, Sylvester menggenggam tangan Emily. "Oke, kita lompat bersama. Satu... dua... tiga!"Byuuur!Begitu tubuh mereka menyentuh permukaan air, suara teriakan Emily langsung pecah. "Aaaaaaa! Dingin! Kau gila, Sylvester! Aku bisa mati kedinginan!"Tawa Sylvester meledak begitu melihat ekspresi panik Emily. "Bukankah aku sudah bertanya ingin ke mana, tapi kau bilang akan mengikutiku ke mana saja? Aku suka saat dingin seperti ini."Emily mendelik padanya. "Ini sedang musim dingin! Kenapa kau mengajakku ke laut?""Jika kau tahu, mengapa kau tidak protes sejak tadi?" balas Sylvester santai.Emily mengerang

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 58

    Emily memutar tubuhnya sedikit, menatap Sylvester dengan alis terangkat. "Bantuan apa yang mau kau berikan, Tuan Whiteller yang terhormat?" tanyanya, suaranya sedikit menyindir.Sylvester tersenyum tipis, tapi ada keseriusan di matanya. "Kau bisa menganggapku sebagai kekasihmu."Emily terdiam beberapa detik, mencerna ucapannya. Lalu, ia tertawa kecil, meski tawanya terdengar setengah tak percaya. "Bantuan yang bagus, tapi terima kasih. Aku tidak akan mengambil bantuan itu."Sylvester tersenyum kecil, tampak tidak tersinggung. "Baiklah, itu terserahmu."Emily mengeringkan tangannya dengan handuk, lalu menatap Sylvester sebentar. "Aku sudah selesai mencuci, dan sekarang aku harus mandi. Sampai jumpa besok pagi."Tanpa menunggu jawaban, Emily berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sylvester sendirian di ruang makan. Sylvester menatap punggungnya hingga hilang di balik pintu, lalu menghela napas pelan sambil memutar gelas di tangannya. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Emily," gumam

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 57

    …Setelah beberapa saat, Sylvester memecah keheningan. "Menurutmu, kenapa angsa selalu diidentikkan dengan cinta?" tanyanya sambil menunjuk beberapa angsa yang berenang di kejauhan.Emily mengangkat bahu ringan. "Mungkin karena saat mereka menyatukan kepala, leher mereka membentuk simbol cinta," balasnya.Sylvester mengangguk kecil. "Ya, tapi ada alasan lain. Angsa dikenal karena kesetiaan mereka. Mereka hanya kawin sekali seumur hidup dan memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan pasangannya."Emily menoleh padanya, menyipitkan mata. "Lucu sekali, padahal buaya juga dikenal setia pada pasangannya. Tapi kenapa mereka malah jadi julukan untuk laki-laki brengsek?"Sylvester mengerutkan kening. "Aku tidak tahu itu."Emily tersenyum kecil. "Di negaraku, laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan disebut buaya. Buaya darat."Sylvester tertawa ringan. "Kenapa harus buaya? Itu tidak masuk akal.""Aku pun tidak mengerti," jawab Emily sambil memandangi sungai.Sylvester menatapnya sej

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 56

    "Ke mana kita akan pergi?" tanya Emily lagi, nada frustrasi dalam suaranya saat mobil mulai melaju keluar dari gerbang rumah Amore."Kau akan tahu nanti," balas Mr. Whiteller singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Emily mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Apa saja isi koper yang Amore siapkan untukku?" tanyanya, berusaha mencari tahu lebih banyak."Hanya beberapa pakaian ganti," jawab Mr. Whiteller dengan nada tenang."Beberapa? Memangnya kita akan berapa lama?" tanya Emily, alisnya mengerut, merasa tidak nyaman dengan ketidakjelasan ini."Tidak tahu," jawab Mr. Whiteller datar, seolah tidak terlalu peduli.Emily menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku?""Huh?" Mr. Whiteller akhirnya melirik Emily sebentar, tidak benar-benar mengerti arah pertanyaannya."Kenapa kau selalu berlaku seenaknya kepadaku? Kenapa aku yang kau pilih untuk... untuk semua ini?" ucap Emily, nadanya semakin emosional.Mr. Whiteller hanya diam sejenak sebelum berkata denga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status