Share

BAB 48

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2025-01-14 13:16:17

"Apakah bisa kita mulai sekarang?" tanya salah satu staf Whiteller Corp dengan nada tegas. Mereka sudah berada di ruang rapat, namun suasana terasa sedikit canggung karena ada beberapa kursi yang kosong.

Mr. Whiteller, yang duduk di ujung meja dengan sikap tenang namun penuh wibawa, tiba-tiba bertanya, "Kemana Emily?"

Belum sempat ada yang menjawab, pintu ruangan terbuka dan Emily masuk dengan tergesa-gesa. "Saya di sini. Mohon maaf atas keterlambatan saya," ucapnya sambil membungkukkan badan sedikit.

Namun, ucapan Emily tidak menghapus ekspresi tak nyaman beberapa peserta rapat. Salah satu staf Whiteller Corp yang duduk di dekat Mr. Whiteller menghela napas panjang dan berkomentar sinis, "Tidak profesional sekali kerja tim kalian."

Ruangan mendadak sunyi. Dimas menoleh ke Emily, seolah ingin membela, tetapi sebelum ia sempat berbicara, Beni—pemimpin rapat—langsung mengambil kendali. "Baik, kita mulai saja," katanya cepat, mencoba mencairkan suasana.

Rapat pun dimulai. Mereka membahas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 49

    Pernyataan itu membuat wajah Sylvester mengeras seketika. Rahangnya mengatup kuat, dan matanya menatap Amore dengan kilatan emosi yang sulit diartikan—sebuah campuran antara rasa bersalah dan amarah.Melihat reaksi itu, Amore mendesah lagi. Ia tahu bahwa ia telah menyentuh luka lama. Namun, itu adalah sesuatu yang perlu dikatakan.Amore melangkah menuju pintu, tetapi sebelum keluar, ia berhenti sejenak dan menoleh. Tatapannya tajam, nyaris seperti peringatan. "Kau tahu, Sylvester," katanya dengan nada serius, "kadang tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang lebih buruk. Jangan ulangi kesalahan yang sama."Setelah itu, ia pergi, meninggalkan Sylvester sendirian di ruangannya.Sylvester tetap berdiri di tempatnya, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup. Pikirannya penuh dengan emosi yang saling bertabrakan. Nama Emily terus terngiang di kepalanya, bersanding dengan bayangan Bella yang tak pernah benar-benar hilang. Ia mendesah berat, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 50

    Dimas, Emily, dan Jesselyn saling bertukar pandang, bingung dengan reaksi Leni."Yasudah," ucap Dimas akhirnya, mencoba mengangkat suasana. "Kita makan bertiga saja. Nanti aku akan siapkan seporsi untuk Leni."Emily dan Jesselyn mengangguk pelan, meskipun suasana hati mereka masih terasa sedikit canggung. Mereka pun mulai menikmati soto buatan Dimas, mencoba mengembalikan suasana hangat di antara mereka.Setelah makan malam selesai, suasana mulai mencair. Mereka mulai saling melemparkan lelucon ringan, dan Emily ikut tersenyum kecil, meski sedikit lelah. Namun, meskipun Dimas tampak ikut tertawa, pikirannya terusik oleh sesuatu—lebih tepatnya, oleh Leni.“Kurasa aku akan coba bicara dengan Leni,” gumam Dimas tiba-tiba sambil berdiri dari kursinya.“Sekarang?” tanya Emily, ragu-ragu.“Ya, aku nggak mau—” Dimas terpotong saat ia melihat Leni keluar dari kamarnya tanpa sepatah kata. Leni melewati

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 51

    Saat perbincangan di kantin semakin ramai, Emily melirik ke arah sekelompok wanita yang tengah bergosip dengan antusias. Suara mereka cukup jelas terdengar, meski mereka mencoba merendahkan volume suara."Aku baru pertama kali melihat," ujar salah satu dari mereka."Aku rasa mereka berteman," sambung yang lain."Mimpi apa aku semalam bisa bertemu pangeran," tambah wanita ketiga, matanya berbinar-binar."Tapi masih kalah ganteng sama Mr. Whiteller," ujar seorang lagi dengan nada memuja."Aku lebih memilih Mr. Whiteller, dia lebih jantan," timpal yang lain lagi."Pria itu juga, dia tipeku," bisik seorang wanita.Emily, yang duduk makan siang bersama Amore dan Dimas, menoleh penasaran. "Ada apa sih sebenarnya?" tanyanya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh riuhnya gosip di meja sebelah.Amore mengangkat bahu sambil mengunyah. "Aku pun tak tahu," jawabnya santai.Dimas, yang sedari tadi mendengarkan sambil menyeruput minumannya, menimpali. "Sepertinya mereka sedang membicarakan seorang p

    Last Updated : 2025-01-17
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 52

    Mr. Whiteller kembali ke lantai atas, namun bukan ke ruangannya. Kali ini, ia menekan tombol lift menuju rooftop. Saat pintu lift terbuka, angin dingin langsung menyambutnya. Namun, yang menarik perhatian adalah sosok Emily yang berdiri di pinggir rooftop, menatap ke langit."Apa ini tempat favoritmu?" ucap Mr. Whiteller sambil melangkah mendekat.Emily menoleh, sedikit terkejut, namun segera tersenyum kecil. "Hanya mencari udara segar," balasnya singkat.Mr. Whiteller berhenti beberapa langkah darinya, pandangannya tetap terarah ke langit. "Jika dia mengganggumu lagi, laporkan saja padaku," katanya, nadanya serius."Terima kasih, Tuan Whiteller," jawab Emily sambil mengangguk sopan.Setelah beberapa detik keheningan, Mr. Whiteller meliriknya. "Kenapa sekarang kau tidak mau memanggilku dengan santai lagi? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanyanya, mencoba mencari penjelasan.Emily menunduk sejenak, mengatur kata-katanya. "Tidak ada yang salah, Tuan. Saya ini orang biasa, dan ras

    Last Updated : 2025-01-18
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 53

    “Jadi, kau mau makan malam apa?” tanya Dimas sambil menekan tombol lift.Emily menoleh padanya sambil berpikir sejenak. “Hmm… bagaimana kalau kita coba masakan Indonesia?” usulnya dengan antusias. “Kita lihat apakah rasa di sini bisa menandingi aslinya.”Dimas tersenyum kecil. “Boleh juga. Sebentar, aku cek dulu restoran terdekatnya,” ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku.Emily menggeleng sambil tersenyum tipis. “Tidak perlu, aku tahu tempat yang bagus.”“Oh, kau tahu?” Dimas menaikkan alisnya, sedikit terkejut.Emily mengangguk dengan percaya diri. “Aku pernah lewat restoran itu waktu jalan-jalan minggu lalu.”“Baiklah, kalau begitu, lead the way,” kata Dimas sambil tersenyum. “Let’s go.”Mereka keluar dari gedung apartemen dengan langkah santai. Malam yang cerah menemani perjalanan mereka, dengan lampu-lampu jalanan yang menerangi trotoar. Sesekali, mereka berbincang ringan tentang menu masakan Indonesia favorit masing-masing.“Apa makanan Indonesia favoritmu?” tanya Dimas sa

    Last Updated : 2025-01-21
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 54

    "hemm... boleh saya bergabung?" suara Mr. Whiteller terdengar, membuat Dimas dan Emily menoleh hampir bersamaan."Oh, silakan, Tuan," ucap Dimas dengan ramah sambil memberi isyarat pada kursi kosong di sebelahnya.Mr. Whiteller menarik kursi dengan anggun dan duduk. Matanya sempat melirik ke arah Emily, yang tampak sedikit canggung. "Kalian hanya berdua?" tanyanya, suaranya tenang tetapi penuh arti."Ya, kami hanya berdua, Tuan," jawab Dimas tanpa ragu.Mr. Whiteller mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu. "Kalian berdua terlihat cukup akrab," ucapnya sambil tetap menatap Emily, yang kini terlihat sedikit gugup."Iya, Tuan. Kami berteman cukup akrab," jawab Dimas dengan nada santai, mencoba menjaga suasana tetap nyaman.Mr. Whiteller tidak segera menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu melirik meja yang penuh dengan makanan."Apakah Anda mau saya pesankan sesuatu?" tawar Dimas dengan sopan." tidak perlu," balas Mr. Whiteller dengan singkat.Emily dan Dimas saling bertuka

    Last Updated : 2025-01-22
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 55

    …"Em, kau bisa kembali ke ruangan dan buat persiapan untuk evaluasi besok, ada Jesselyn di sana," ucap Leni."Baiklah, aku tinggal dulu," balas Emily sambil berjalan menuju lift untuk kembali ke lantai tempat ruangannya berada.Setibanya di lantai tujuan, Emily memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangannya. Saat melewati pintu tangga darurat, ia sempat mendengar suara seseorang di balik pintu tersebut. Suara itu terdengar samar, namun ia merasa sangat mengenali salah satu di antaranya. Meski begitu, Emily memilih mengabaikannya untuk sementara karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.Setelah selesai di toilet, rasa penasaran Emily muncul kembali. Ia kembali ke pintu tangga darurat, membukanya perlahan, dan melangkah masuk."…Sekarang aku tak bisa.""Sampai kapan begini terus?""Tolong mengertilah. I really love you.""I really, really love you."Emily terdiam, mendengar suara yang semakin jelas. Kemudian terdengar bunyi decapan bibir. Rasa penasa

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 56

    "Ke mana kita akan pergi?" tanya Emily lagi, nada frustrasi dalam suaranya saat mobil mulai melaju keluar dari gerbang rumah Amore."Kau akan tahu nanti," balas Mr. Whiteller singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Emily mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Apa saja isi koper yang Amore siapkan untukku?" tanyanya, berusaha mencari tahu lebih banyak."Hanya beberapa pakaian ganti," jawab Mr. Whiteller dengan nada tenang."Beberapa? Memangnya kita akan berapa lama?" tanya Emily, alisnya mengerut, merasa tidak nyaman dengan ketidakjelasan ini."Tidak tahu," jawab Mr. Whiteller datar, seolah tidak terlalu peduli.Emily menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku?""Huh?" Mr. Whiteller akhirnya melirik Emily sebentar, tidak benar-benar mengerti arah pertanyaannya."Kenapa kau selalu berlaku seenaknya kepadaku? Kenapa aku yang kau pilih untuk... untuk semua ini?" ucap Emily, nadanya semakin emosional.Mr. Whiteller hanya diam sejenak sebelum berkata denga

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 123

    Emily masih menatap Sylvester, menunggu dengan sabar jawaban yang tak kunjung keluar. Hening menyelimuti mereka, seolah waktu pun ikut menahan napas.Tepat saat Sylvester hendak membuka mulut untuk bicara, suara langkah kaki pelayan memecah ketegangan.“Permisi, pesanannya, Kak,” ucap pelayan dengan senyum ramah, namun matanya sempat melirik Sylvester sejenak sebelum meletakkan makanan di atas meja mereka.Emily yang melihat itu hanya mengerjap pelan, menahan rasa tak nyaman yang tiba-tiba muncul.“Terima kasih, Kak,” ucap Emily dengan senyum tipis namun suaranya terdengar dingin.“Sama-sama, Kak. Selamat menikmati,” balas si pelayan sebelum akhirnya berlalu, tak lupa melirik sekali lagi ke arah Sylvester.“She is my girlfriend,” ucap Sylvester tiba-tiba, lantang dan jelas, membuat Emily menoleh cepat, cukup terkejut dengan pernyataan itu.Pelayan yang masih berada tak jauh langsung menghentikan langkahnya.“Ah… maaf, Kak,” ucapnya terbata, lalu buru-buru menambahkan,“Ini pesanan yan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 122

    “Maafkan aku, Sylvester. Rencanamu jadi sia-sia,” ucap Emily pelan.Mereka sedang berjalan beriringan di taman kota, masing-masing memegang es krim yang mulai mencair perlahanSylvester menoleh dengan senyum tipis.“Tidak akan sia-sia kalau kamu bekerja di perusahaanku.”Ia menggigit es krimnya sebentar, lalu melanjutkan,“Aku tahu kamu keberatan… tapi kalau kamu kerja di tempatku, kamu akan lebih dekat kalau mau bertemu teman-temanmu yang masih di perusahaan Carol.”Emily terdiam. Ia melangkah pelan ke arah salah satu bangku taman dan duduk, menatap es krim di tangannya sebelum akhirnya menyuap sedikit.“Aku cuma takut,” ucapnya lirih, tatapannya lurus ke depan.“Kalau aku kerja di tempatmu, aku akan diperlakukan berbeda. Entah olehmu… atau oleh orang-orang di sekelilingmu. Aku nggak mau jadi pusat perhatian atau bahan gosip. Aku hanya ingin bekerja dengan tenang… tanpa masalah.”Sylvester ikut duduk di sampingnya, mencondongkan tubuh sedikit ke arahnya.“Kalau ada yang ganggu kamu,

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 121

    Emily pulang ke kosan dengan langkah pelan, memeluk sebuah kardus berisi barang-barang dari mejanya di kantor—sisa-sisa kecil dari hari-hari yang penuh ambisi dan rutinitas yang kini mendadak berhenti. Sesampainya di kamar, ia meletakkan kardus itu di sudut ruangan, lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur dengan lelah.Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri dari semua emosi yang masih bergemuruh di dadanya.“Hhh… sepertinya aku harus mulai melamar kerja lagi,” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan untuk dirinya sendiri.Beberapa menit kemudian, Emily bangkit. Ia membuka laptop yang ada di meja kecil dekat jendela, lalu duduk dengan punggung melengkung malas, namun tetap memaksa dirinya untuk fokus. File CV lamanya terbuka di layar, dan ia menatapnya sejenak, terdiam.“Mungkin ini saatnya aku upgrade… tambah pengalaman, ubah desain sedikit…” ucapnya pelan sambil mulai mengetik, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa kecewa.Namun di tengah-te

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 120

    Pagi menyusup pelan melalui celah tirai, membias lembut ke seluruh kamar. Hangat matahari menyentuh kulit Emily, membangunkannya secara perlahan dari tidur yang dalam. Matanya membuka perlahan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Sylvester—masih terlelap, napasnya teratur, lengan kuatnya melingkar di pinggangnya, seperti ingin melindunginya bahkan dalam tidur.Mereka masih terbungkus selimut yang sama, tubuh mereka saling menyatu dalam kehangatan dan ketenangan. Tanpa sehelai benang pun yang memisahkan, namun Emily tak merasa malu, ia merasakan sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Ia menatap wajah Sylvester dalam diam, memperhatikan alisnya, garis rahangnya, dan cara ia tidur terlihat begitu damai. Tak lama, Sylvester mengerjapkan mata perlahan, lalu tersenyum kecil begitu menyadari Emily tengah menatapnya.“Selamat pagi …” gumamnya, suaranya serak dan dalam.“Pagi…” bisik Emily, pipinya memerah, tapi senyumnya tak bisa ditahan..“Apa kau menyesal?” tanya Sylves

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 119

    Mereka melaju menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu. Tidak banyak kata yang diucapkan selama perjalanan—hanya musik lembut yang mengisi keheningan dengan hangat. Emily sesekali mencuri pandang ke arah Sylvester. Wajahnya tampak tenang seperti biasa, tapi Emily tahu... hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya.Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya kolonial yang telah disulap menjadi restoran mewah bernuansa hangat dan elegan. Di dalam, cahaya temaram dari lampu gantung menari lembut di langit-langit. Meja-meja kecil dihiasi lilin dan bunga segar, menciptakan suasana yang nyaris seperti mimpi. Seorang pelayan menyambut mereka dan langsung mengarahkan ke meja yang telah dipesan—satu meja di sudut balkon, menghadap ke taman kecil yang dihiasi lampu-lampu gantung seperti bintang.“Wow… Sylvester, ini cantik sekali.”Emily menatap sekeliling, lalu beralih menatap Sylvester dengan kagum yang tak disembunyikan.“Aku ingin malam ini terasa spesial,” katan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 118

    Dengan Amore yang kini tinggal bersamanya, Emily mulai merasakan perubahan suasana di kamar kecilnya yang biasanya tenang. Malam itu, setelah mereka selesai membereskan koper dan menata barang-barang Amore di sudut ruangan, mereka duduk berdampingan di atas tempat tidur yang kini terasa lebih sempit dari biasanya.“Kau tahu,” gumam Emily sambil memeluk bantal kecil di pangkuannya, “aku masih belum bisa percaya kau benar-benar ada di sini.”Ia menoleh pada Amore.“Sebenarnya… tujuanmu ke Indonesia itu apa?”“Kau tidak senang aku di sini?” Amore balik bertanya, menaikkan alisnya.“Bukan begitu,” Emily cepat menanggapi, “maksudku, ini dalam rangka apa? Pekerjaan? Liburan? Atau… ada hal lain?”Amore hanya mengedikkan bahu.“Aku hanya ingin ke sini, itu saja.”Emily menghela napas, mencoba memahami.“Tapi kau datang di waktu yang kurang tepat. Ini bukan musim liburan, dan aku harus bekerja setiap hari. Kau akan sendirian, apakah itu tidak masalah?”Sambil menyentuh dagunya dengan gaya dram

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 117

    Emily turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, menarik tirai lebih lebar. Sinar matahari pagi menyapu masuk, menyoroti interior kayu hangat kabin itu.“Tempat ini terlalu indah untuk ditinggalkan cepat-cepat,” gumamnya, lebih pada diri sendiri.“Kalau begitu… bagaimana kalau kau terlambat masuk kerja hari ini?”Sylvester muncul di sampingnya, menggoda.Emily mengerutkan dahi, setengah geli, setengah tergoda.“ Tetap akan terlambat meskipun kita berangkat Pagi pagi buta. Kau benar-benar suka bermain dengan waktu ya.”“Hanya ingin bermain lebih lama denganmu.”Emily menatapnya, lalu menghela napas sambil tersenyum.“Kau membuatku ingin mengatakan ya.”“Maka katakan saja.”“Aku akan pikirkan,” jawab Emily, lalu mencubit pipi Sylvester sebelum berjalan ke dapur kecil.Sylvester mengikuti dari belakang sambil tertawa.“Ayo, kita buat sarapan paling enak yang pernah kita masak bersama. Dan setelah itu…”“Jangan bilang kau mau bikin rencana spontan lainnya,” potong Emily sambil menga

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 116

    Kata-katanya menggantung di udara, perlahan masuk ke dalam dada Emily, seperti panas api yang meresap pelan ke kulit.Emily menunduk, memeluk lututnya sebentar.“Aku takut, Sylvester…”“Takut apa?” tanyanya lembut.“Takut jatuh terlalu dalam. Takut kecewa. Takut semua ini cuma sementara.”Sylvester diam sejenak, lalu menyentuh tangan Emily, menggenggamnya erat.“Kalau kau jatuh, aku akan jadi alas yang menampungmu. Kalau kau kecewa, aku akan jadi alasan untukmu percaya lagi. Dan kalau semua ini hanya sementara, maka biarlah aku menjadikannya kenangan yang abadi.”Emily terdiam. Matanya mulai berkaca, tapi bukan karena sedih—melainkan karena hatinya akhirnya sudah benar benar terbuka untuk sylvester.“Kau tahu, Sylvester?” ucap Emily, suaranya nyaris berbisik.“Hm?”“Untuk pertama kalinya, aku tidak ingin kembali ke kota malam ini.”Sylvester menoleh cepat.“Kau serius?”Emily mengangguk pelan.“Tapi hanya malam ini. Karena besok pagi aku tetap harus kembali jadi karyawan biasa.”Sylve

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 115

    Sylvester melirik sekilas ke arah Emily yang masih diam. Suasana di dalam mobil menjadi sunyi, hanya suara mesin dan desiran angin dari luar yang menemani.Setelah beberapa menit, ia memperlambat laju mobil dan menepi di rest area kecil di pinggir jalan tol. Ia mematikan mesin, lalu menoleh penuh ke arah Emily."Aku tahu aku keterlaluan," katanya pelan. "Aku hanya… aku ingin memberimu jeda dari kesibukanmu. Tapi seharusnya aku tetap menghargai keputusanmu."Emily masih menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras."Kau tahu aku sangat mencintaimu, Emily. Tapi kadang aku lupa, mencintai juga berarti mendengarkan, bukan memaksakan."Perlahan, Emily menoleh padanya, matanya kini lebih tenang."Aku tahu niatmu baik," katanya. "Tapi jangan pernah lagi membuatku merasa seolah keputusanku tidak penting, Sylvester. Aku butuh merasa dihargai juga."Sylvester mengangguk, ekspresinya tulus. "Kau benar. Maafkan aku."Suasana kembali hening sejenak."Kalau kau masih ingin kembali ke kantor, aku akan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status