Share

BAB 53

Penulis: Sang Penulis
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 00:00:11
“Jadi, kau mau makan malam apa?” tanya Dimas sambil menekan tombol lift.

Emily menoleh padanya sambil berpikir sejenak. “Hmm… bagaimana kalau kita coba masakan Indonesia?” usulnya dengan antusias. “Kita lihat apakah rasa di sini bisa menandingi aslinya.”

Dimas tersenyum kecil. “Boleh juga. Sebentar, aku cek dulu restoran terdekatnya,” ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku.

Emily menggeleng sambil tersenyum tipis. “Tidak perlu, aku tahu tempat yang bagus.”

“Oh, kau tahu?” Dimas menaikkan alisnya, sedikit terkejut.

Emily mengangguk dengan percaya diri. “Aku pernah lewat restoran itu waktu jalan-jalan minggu lalu.”

“Baiklah, kalau begitu, lead the way,” kata Dimas sambil tersenyum. “Let’s go.”

Mereka keluar dari gedung apartemen dengan langkah santai. Malam yang cerah menemani perjalanan mereka, dengan lampu-lampu jalanan yang menerangi trotoar. Sesekali, mereka berbincang ringan tentang menu masakan Indonesia favorit masing-masing.

“Apa makanan Indonesia favoritmu?” tanya Dimas sa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 54

    "hemm... boleh saya bergabung?" suara Mr. Whiteller terdengar, membuat Dimas dan Emily menoleh hampir bersamaan."Oh, silakan, Tuan," ucap Dimas dengan ramah sambil memberi isyarat pada kursi kosong di sebelahnya.Mr. Whiteller menarik kursi dengan anggun dan duduk. Matanya sempat melirik ke arah Emily, yang tampak sedikit canggung. "Kalian hanya berdua?" tanyanya, suaranya tenang tetapi penuh arti."Ya, kami hanya berdua, Tuan," jawab Dimas tanpa ragu.Mr. Whiteller mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu. "Kalian berdua terlihat cukup akrab," ucapnya sambil tetap menatap Emily, yang kini terlihat sedikit gugup."Iya, Tuan. Kami berteman cukup akrab," jawab Dimas dengan nada santai, mencoba menjaga suasana tetap nyaman.Mr. Whiteller tidak segera menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu melirik meja yang penuh dengan makanan."Apakah Anda mau saya pesankan sesuatu?" tawar Dimas dengan sopan." tidak perlu," balas Mr. Whiteller dengan singkat.Emily dan Dimas saling bertuka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 55

    …"Em, kau bisa kembali ke ruangan dan buat persiapan untuk evaluasi besok, ada Jesselyn di sana," ucap Leni."Baiklah, aku tinggal dulu," balas Emily sambil berjalan menuju lift untuk kembali ke lantai tempat ruangannya berada.Setibanya di lantai tujuan, Emily memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangannya. Saat melewati pintu tangga darurat, ia sempat mendengar suara seseorang di balik pintu tersebut. Suara itu terdengar samar, namun ia merasa sangat mengenali salah satu di antaranya. Meski begitu, Emily memilih mengabaikannya untuk sementara karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.Setelah selesai di toilet, rasa penasaran Emily muncul kembali. Ia kembali ke pintu tangga darurat, membukanya perlahan, dan melangkah masuk."…Sekarang aku tak bisa.""Sampai kapan begini terus?""Tolong mengertilah. I really love you.""I really, really love you."Emily terdiam, mendengar suara yang semakin jelas. Kemudian terdengar bunyi decapan bibir. Rasa penasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 56

    "Ke mana kita akan pergi?" tanya Emily lagi, nada frustrasi dalam suaranya saat mobil mulai melaju keluar dari gerbang rumah Amore."Kau akan tahu nanti," balas Mr. Whiteller singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Emily mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Apa saja isi koper yang Amore siapkan untukku?" tanyanya, berusaha mencari tahu lebih banyak."Hanya beberapa pakaian ganti," jawab Mr. Whiteller dengan nada tenang."Beberapa? Memangnya kita akan berapa lama?" tanya Emily, alisnya mengerut, merasa tidak nyaman dengan ketidakjelasan ini."Tidak tahu," jawab Mr. Whiteller datar, seolah tidak terlalu peduli.Emily menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku?""Huh?" Mr. Whiteller akhirnya melirik Emily sebentar, tidak benar-benar mengerti arah pertanyaannya."Kenapa kau selalu berlaku seenaknya kepadaku? Kenapa aku yang kau pilih untuk... untuk semua ini?" ucap Emily, nadanya semakin emosional.Mr. Whiteller hanya diam sejenak sebelum berkata denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 57

    …Setelah beberapa saat, Sylvester memecah keheningan. "Menurutmu, kenapa angsa selalu diidentikkan dengan cinta?" tanyanya sambil menunjuk beberapa angsa yang berenang di kejauhan.Emily mengangkat bahu ringan. "Mungkin karena saat mereka menyatukan kepala, leher mereka membentuk simbol cinta," balasnya.Sylvester mengangguk kecil. "Ya, tapi ada alasan lain. Angsa dikenal karena kesetiaan mereka. Mereka hanya kawin sekali seumur hidup dan memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan pasangannya."Emily menoleh padanya, menyipitkan mata. "Lucu sekali, padahal buaya juga dikenal setia pada pasangannya. Tapi kenapa mereka malah jadi julukan untuk laki-laki brengsek?"Sylvester mengerutkan kening. "Aku tidak tahu itu."Emily tersenyum kecil. "Di negaraku, laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan disebut buaya. Buaya darat."Sylvester tertawa ringan. "Kenapa harus buaya? Itu tidak masuk akal.""Aku pun tidak mengerti," jawab Emily sambil memandangi sungai.Sylvester menatapnya sej

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 58

    Emily memutar tubuhnya sedikit, menatap Sylvester dengan alis terangkat. "Bantuan apa yang mau kau berikan, Tuan Whiteller yang terhormat?" tanyanya, suaranya sedikit menyindir.Sylvester tersenyum tipis, tapi ada keseriusan di matanya. "Kau bisa menganggapku sebagai kekasihmu."Emily terdiam beberapa detik, mencerna ucapannya. Lalu, ia tertawa kecil, meski tawanya terdengar setengah tak percaya. "Bantuan yang bagus, tapi terima kasih. Aku tidak akan mengambil bantuan itu."Sylvester tersenyum kecil, tampak tidak tersinggung. "Baiklah, itu terserahmu."Emily mengeringkan tangannya dengan handuk, lalu menatap Sylvester sebentar. "Aku sudah selesai mencuci, dan sekarang aku harus mandi. Sampai jumpa besok pagi."Tanpa menunggu jawaban, Emily berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sylvester sendirian di ruang makan. Sylvester menatap punggungnya hingga hilang di balik pintu, lalu menghela napas pelan sambil memutar gelas di tangannya. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Emily," gumam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 59

    Begitu mereka tiba di spot snorkeling, Sylvester langsung bersiap memasangkan peralatan untuk Emily. "Biar aku pasangkan," ucapnya sambil membantu memasangkan snorkel dan pelampung di tubuh Emily. Sementara itu, ia sendiri hanya mengenakan snorkel tanpa pelampung."Kau siap?" tanyanya, menatap Emily yang masih menyesuaikan diri dengan perlengkapannya.Emily mengangguk. "Ya, siap."Tanpa ragu, Sylvester menggenggam tangan Emily. "Oke, kita lompat bersama. Satu... dua... tiga!"Byuuur!Begitu tubuh mereka menyentuh permukaan air, suara teriakan Emily langsung pecah. "Aaaaaaa! Dingin! Kau gila, Sylvester! Aku bisa mati kedinginan!"Tawa Sylvester meledak begitu melihat ekspresi panik Emily. "Bukankah aku sudah bertanya ingin ke mana, tapi kau bilang akan mengikutiku ke mana saja? Aku suka saat dingin seperti ini."Emily mendelik padanya. "Ini sedang musim dingin! Kenapa kau mengajakku ke laut?""Jika kau tahu, mengapa kau tidak protes sejak tadi?" balas Sylvester santai.Emily mengerang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 60

    Begitu tiba di penginapan, Sylvester langsung disambut dengan pemandangan yang tidak ia harapkan. Berdiri di depan pintu, dengan senyum santainya, Ben menatap ke arahnya."Mau apa kau ke sini?" ucap Sylvester dengan nada dingin dan tidak bersahabat.Ben tersenyum tipis, seolah tidak terganggu dengan sikap Sylvester. "Aku ingin menemui Emily," jawabnya santai.Saat itu juga, Emily baru saja turun dari mobil, dan Ben langsung menyapanya dengan nada menggoda. "Hai, cantik."Emily terkejut melihat kehadiran Ben di sini, sementara Sylvester semakin tidak sabar. "Untuk apa kau ke sini?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tajam.Ben mengangkat bahu tanpa rasa bersalah. "Apa kota ini milikmu? Siapa pun bisa datang ke sini," balasnya ringan.Sylvester menghela napas dengan kasar. "Kau pulanglah. Aku tidak ingin melihatmu di sini."Ben tertawa kecil. "Tenang saja, aku tidak tertarik bertemu denganmu. Aku hanya ingin menemui dia," ucapnya, menunjuk ke arah Emily.Sylvester sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 61

    Tak lama setelah mereka tiba di rumah sakit, beberapa suster yang berjaga segera menghampiri dan membantu membawa Emily ke dalam. Dokter dengan sigap mengambil tindakan, lalu memindahkannya ke ruang inap untuk observasi lebih lanjut.Sylvester berdiri di depan ruangan, menatap Emily yang terbaring lemah di balik kaca. Napasnya berat, pikirannya berkecamuk. Ia berbalik menatap Ben yang masih berdiri di dekatnya."Aku tak percaya padamu, tapi boleh aku minta tolong?" ucap Sylvester akhirnya.Ben menatapnya datar. "Apa?" tanyanya."Bisa tolong jaga Emily sebentar? Ada hal yang perlu aku urus."Ben menyandarkan tubuhnya ke kursi tunggu, membuka ponselnya dengan santai. "Baiklah," jawabnya singkat. "Aku akan berjaga dari luar."Sylvester mengangguk. "Sesekali masuklah untuk mengeceknya."Ben hanya melirik sekilas. "Pergilah."Tanpa berbicara lebih banyak, Sylvester berbalik pergi. Ben tetap di kursinya, sesekali melirik ke arah pintu kamar Emily, tetapi matanya semakin berat. Ia tak sadar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 62

    Wajah Sylvester tetap serius saat ia berkata, "Jangan dekat-dekat dengan Ben."Emily menghela napas. "Aku memang tak ingin dekat-dekat dengannya. Aku hanya ingin berterima kasih saja.""Tidak perlu. Dia akan besar kepala dan terus mengganggumu."Emily tersenyum tipis, malas berdebat. "Baiklah."Sylvester menoleh sebentar dan menyentuh pipi Emily dengan punggung tangannya. "Apa kau sudah benar-benar sembuh?"Emily tersenyum dan mengangguk. "Ya, aku sudah sembuh."Sylvester menghela napas panjang. "Cepat sekali kau pulihnya."Emily memutar bola matanya. "Lain kali, jangan membawaku ke tempat-tempat aneh."Sylvester terkekeh. "Aku tak pernah membawamu ke tempat aneh."Emily langsung menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Kemarin, kau membawaku ke laut saat cuaca dingin!"Sylvester tertawa. "Laut bukan tempat yang aneh, Emily."Emily mendesah. "Ya, tapi saat musim dingin? Itu hanya orang gila yang melakukannya!"Sylvester menaikkan sebelah alis. "Berarti kau juga gila, Emily. Kau jelas-j

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 61

    Tak lama setelah mereka tiba di rumah sakit, beberapa suster yang berjaga segera menghampiri dan membantu membawa Emily ke dalam. Dokter dengan sigap mengambil tindakan, lalu memindahkannya ke ruang inap untuk observasi lebih lanjut.Sylvester berdiri di depan ruangan, menatap Emily yang terbaring lemah di balik kaca. Napasnya berat, pikirannya berkecamuk. Ia berbalik menatap Ben yang masih berdiri di dekatnya."Aku tak percaya padamu, tapi boleh aku minta tolong?" ucap Sylvester akhirnya.Ben menatapnya datar. "Apa?" tanyanya."Bisa tolong jaga Emily sebentar? Ada hal yang perlu aku urus."Ben menyandarkan tubuhnya ke kursi tunggu, membuka ponselnya dengan santai. "Baiklah," jawabnya singkat. "Aku akan berjaga dari luar."Sylvester mengangguk. "Sesekali masuklah untuk mengeceknya."Ben hanya melirik sekilas. "Pergilah."Tanpa berbicara lebih banyak, Sylvester berbalik pergi. Ben tetap di kursinya, sesekali melirik ke arah pintu kamar Emily, tetapi matanya semakin berat. Ia tak sadar

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 60

    Begitu tiba di penginapan, Sylvester langsung disambut dengan pemandangan yang tidak ia harapkan. Berdiri di depan pintu, dengan senyum santainya, Ben menatap ke arahnya."Mau apa kau ke sini?" ucap Sylvester dengan nada dingin dan tidak bersahabat.Ben tersenyum tipis, seolah tidak terganggu dengan sikap Sylvester. "Aku ingin menemui Emily," jawabnya santai.Saat itu juga, Emily baru saja turun dari mobil, dan Ben langsung menyapanya dengan nada menggoda. "Hai, cantik."Emily terkejut melihat kehadiran Ben di sini, sementara Sylvester semakin tidak sabar. "Untuk apa kau ke sini?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tajam.Ben mengangkat bahu tanpa rasa bersalah. "Apa kota ini milikmu? Siapa pun bisa datang ke sini," balasnya ringan.Sylvester menghela napas dengan kasar. "Kau pulanglah. Aku tidak ingin melihatmu di sini."Ben tertawa kecil. "Tenang saja, aku tidak tertarik bertemu denganmu. Aku hanya ingin menemui dia," ucapnya, menunjuk ke arah Emily.Sylvester sem

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 59

    Begitu mereka tiba di spot snorkeling, Sylvester langsung bersiap memasangkan peralatan untuk Emily. "Biar aku pasangkan," ucapnya sambil membantu memasangkan snorkel dan pelampung di tubuh Emily. Sementara itu, ia sendiri hanya mengenakan snorkel tanpa pelampung."Kau siap?" tanyanya, menatap Emily yang masih menyesuaikan diri dengan perlengkapannya.Emily mengangguk. "Ya, siap."Tanpa ragu, Sylvester menggenggam tangan Emily. "Oke, kita lompat bersama. Satu... dua... tiga!"Byuuur!Begitu tubuh mereka menyentuh permukaan air, suara teriakan Emily langsung pecah. "Aaaaaaa! Dingin! Kau gila, Sylvester! Aku bisa mati kedinginan!"Tawa Sylvester meledak begitu melihat ekspresi panik Emily. "Bukankah aku sudah bertanya ingin ke mana, tapi kau bilang akan mengikutiku ke mana saja? Aku suka saat dingin seperti ini."Emily mendelik padanya. "Ini sedang musim dingin! Kenapa kau mengajakku ke laut?""Jika kau tahu, mengapa kau tidak protes sejak tadi?" balas Sylvester santai.Emily mengerang

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 58

    Emily memutar tubuhnya sedikit, menatap Sylvester dengan alis terangkat. "Bantuan apa yang mau kau berikan, Tuan Whiteller yang terhormat?" tanyanya, suaranya sedikit menyindir.Sylvester tersenyum tipis, tapi ada keseriusan di matanya. "Kau bisa menganggapku sebagai kekasihmu."Emily terdiam beberapa detik, mencerna ucapannya. Lalu, ia tertawa kecil, meski tawanya terdengar setengah tak percaya. "Bantuan yang bagus, tapi terima kasih. Aku tidak akan mengambil bantuan itu."Sylvester tersenyum kecil, tampak tidak tersinggung. "Baiklah, itu terserahmu."Emily mengeringkan tangannya dengan handuk, lalu menatap Sylvester sebentar. "Aku sudah selesai mencuci, dan sekarang aku harus mandi. Sampai jumpa besok pagi."Tanpa menunggu jawaban, Emily berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sylvester sendirian di ruang makan. Sylvester menatap punggungnya hingga hilang di balik pintu, lalu menghela napas pelan sambil memutar gelas di tangannya. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Emily," gumam

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 57

    …Setelah beberapa saat, Sylvester memecah keheningan. "Menurutmu, kenapa angsa selalu diidentikkan dengan cinta?" tanyanya sambil menunjuk beberapa angsa yang berenang di kejauhan.Emily mengangkat bahu ringan. "Mungkin karena saat mereka menyatukan kepala, leher mereka membentuk simbol cinta," balasnya.Sylvester mengangguk kecil. "Ya, tapi ada alasan lain. Angsa dikenal karena kesetiaan mereka. Mereka hanya kawin sekali seumur hidup dan memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan pasangannya."Emily menoleh padanya, menyipitkan mata. "Lucu sekali, padahal buaya juga dikenal setia pada pasangannya. Tapi kenapa mereka malah jadi julukan untuk laki-laki brengsek?"Sylvester mengerutkan kening. "Aku tidak tahu itu."Emily tersenyum kecil. "Di negaraku, laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan disebut buaya. Buaya darat."Sylvester tertawa ringan. "Kenapa harus buaya? Itu tidak masuk akal.""Aku pun tidak mengerti," jawab Emily sambil memandangi sungai.Sylvester menatapnya sej

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 56

    "Ke mana kita akan pergi?" tanya Emily lagi, nada frustrasi dalam suaranya saat mobil mulai melaju keluar dari gerbang rumah Amore."Kau akan tahu nanti," balas Mr. Whiteller singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Emily mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Apa saja isi koper yang Amore siapkan untukku?" tanyanya, berusaha mencari tahu lebih banyak."Hanya beberapa pakaian ganti," jawab Mr. Whiteller dengan nada tenang."Beberapa? Memangnya kita akan berapa lama?" tanya Emily, alisnya mengerut, merasa tidak nyaman dengan ketidakjelasan ini."Tidak tahu," jawab Mr. Whiteller datar, seolah tidak terlalu peduli.Emily menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku?""Huh?" Mr. Whiteller akhirnya melirik Emily sebentar, tidak benar-benar mengerti arah pertanyaannya."Kenapa kau selalu berlaku seenaknya kepadaku? Kenapa aku yang kau pilih untuk... untuk semua ini?" ucap Emily, nadanya semakin emosional.Mr. Whiteller hanya diam sejenak sebelum berkata denga

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 55

    …"Em, kau bisa kembali ke ruangan dan buat persiapan untuk evaluasi besok, ada Jesselyn di sana," ucap Leni."Baiklah, aku tinggal dulu," balas Emily sambil berjalan menuju lift untuk kembali ke lantai tempat ruangannya berada.Setibanya di lantai tujuan, Emily memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangannya. Saat melewati pintu tangga darurat, ia sempat mendengar suara seseorang di balik pintu tersebut. Suara itu terdengar samar, namun ia merasa sangat mengenali salah satu di antaranya. Meski begitu, Emily memilih mengabaikannya untuk sementara karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.Setelah selesai di toilet, rasa penasaran Emily muncul kembali. Ia kembali ke pintu tangga darurat, membukanya perlahan, dan melangkah masuk."…Sekarang aku tak bisa.""Sampai kapan begini terus?""Tolong mengertilah. I really love you.""I really, really love you."Emily terdiam, mendengar suara yang semakin jelas. Kemudian terdengar bunyi decapan bibir. Rasa penasa

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 54

    "hemm... boleh saya bergabung?" suara Mr. Whiteller terdengar, membuat Dimas dan Emily menoleh hampir bersamaan."Oh, silakan, Tuan," ucap Dimas dengan ramah sambil memberi isyarat pada kursi kosong di sebelahnya.Mr. Whiteller menarik kursi dengan anggun dan duduk. Matanya sempat melirik ke arah Emily, yang tampak sedikit canggung. "Kalian hanya berdua?" tanyanya, suaranya tenang tetapi penuh arti."Ya, kami hanya berdua, Tuan," jawab Dimas tanpa ragu.Mr. Whiteller mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu. "Kalian berdua terlihat cukup akrab," ucapnya sambil tetap menatap Emily, yang kini terlihat sedikit gugup."Iya, Tuan. Kami berteman cukup akrab," jawab Dimas dengan nada santai, mencoba menjaga suasana tetap nyaman.Mr. Whiteller tidak segera menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu melirik meja yang penuh dengan makanan."Apakah Anda mau saya pesankan sesuatu?" tawar Dimas dengan sopan." tidak perlu," balas Mr. Whiteller dengan singkat.Emily dan Dimas saling bertuka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status