Share

BAB 61

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2025-02-01 01:46:01

Tak lama setelah mereka tiba di rumah sakit, beberapa suster yang berjaga segera menghampiri dan membantu membawa Emily ke dalam. Dokter dengan sigap mengambil tindakan, lalu memindahkannya ke ruang inap untuk observasi lebih lanjut.

Sylvester berdiri di depan ruangan, menatap Emily yang terbaring lemah di balik kaca. Napasnya berat, pikirannya berkecamuk. Ia berbalik menatap Ben yang masih berdiri di dekatnya.

"Aku tak percaya padamu, tapi boleh aku minta tolong?" ucap Sylvester akhirnya.

Ben menatapnya datar. "Apa?" tanyanya.

"Bisa tolong jaga Emily sebentar? Ada hal yang perlu aku urus."

Ben menyandarkan tubuhnya ke kursi tunggu, membuka ponselnya dengan santai. "Baiklah," jawabnya singkat. "Aku akan berjaga dari luar."

Sylvester mengangguk. "Sesekali masuklah untuk mengeceknya."

Ben hanya melirik sekilas. "Pergilah."

Tanpa berbicara lebih banyak, Sylvester berbalik pergi. Ben tetap di kursinya, sesekali melirik ke arah pintu kamar Emily, tetapi matanya semakin berat. Ia tak sadar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 62

    Wajah Sylvester tetap serius saat ia berkata, "Jangan dekat-dekat dengan Ben."Emily menghela napas. "Aku memang tak ingin dekat-dekat dengannya. Aku hanya ingin berterima kasih saja.""Tidak perlu. Dia akan besar kepala dan terus mengganggumu."Emily tersenyum tipis, malas berdebat. "Baiklah."Sylvester menoleh sebentar dan menyentuh pipi Emily dengan punggung tangannya. "Apa kau sudah benar-benar sembuh?"Emily tersenyum dan mengangguk. "Ya, aku sudah sembuh."Sylvester menghela napas panjang. "Cepat sekali kau pulihnya."Emily memutar bola matanya. "Lain kali, jangan membawaku ke tempat-tempat aneh."Sylvester terkekeh. "Aku tak pernah membawamu ke tempat aneh."Emily langsung menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Kemarin, kau membawaku ke laut saat cuaca dingin!"Sylvester tertawa. "Laut bukan tempat yang aneh, Emily."Emily mendesah. "Ya, tapi saat musim dingin? Itu hanya orang gila yang melakukannya!"Sylvester menaikkan sebelah alis. "Berarti kau juga gila, Emily. Kau jelas-j

    Last Updated : 2025-02-02
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 63

    "Bagaimana udara di sini?" tanya Sylvester, menoleh sekilas ke arah Emily yang berjalan di sampingnya."Luar biasa. Aku suka aroma kayunya," jawab Emily sambil menarik napas dalam, menikmati kesejukan udara hutan yang menyelimuti mereka."Saat musim panas dan musim gugur, tempat ini jauh lebih indah. Banyak kupu-kupu beterbangan di sekitar sini," jelas Sylvester sambil menunjuk beberapa pohon.Emily meliriknya dengan rasa penasaran. "Kau terdengar sangat mengenal tempat ini."Sylvester mengangguk. "Ya. Dulu aku sempat tinggal di kota ini bersama nenekku."Emily mengerutkan kening, lalu mengangguk paham. "Pantas saja. Dari kemarin aku perhatikan kau tampak akrab dengan kota ini."Sylvester tersenyum kecil, lalu menoleh ke jalur di depan mereka. "Kita hampir sampai di bagian yang mulai menanjak. Apa kau siap?"Emily mendesah panjang. "Tidak, aku tidak siap sama sekali."Sylvester tertawa. "Ayolah, jangan manja. Aku janji, kau tidak akan menyesal saat tiba di atas."Emily merengut. "Mimp

    Last Updated : 2025-02-03
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 64

    Mereka kembali terdiam, menikmati suasana magis di puncak bukit. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma dedaunan dan tanah"Apa kau sering melihat pemandangan seperti ini?" tanya Emily tiba-tiba, matanya tak lepas dari langit yang mulai bergradasi ungu dan jingga."Hanya beberapa kali di tempat yang berbeda," jawab Sylvester. "Di tempat ini... ini yang kedua kali."Keheningan kembali menyelimuti mereka, hanya terdengar suara angin dan desiran dedaunan. Emily menghirup napas dalam-dalam, menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan.Namun, tiba-tiba Sylvester memecah keheningan. "Emily.""Ya?" Emily menoleh, menatapnya.Sylvester menatapnya lekat, suaranya lebih serius dari sebelumnya. "Di matamu, aku ini bagaimana?"Emily mengerjapkan mata, sedikit terkejut dengan pertanyaannya. "Hmm... kau ternyata orang yang baik."Sylvester tersenyum sekilas, lalu kembali menatapnya dengan lebih dalam. "Emily.""Ya?"Sylvester menggenggam tangan Emily dengan lembut. "Maukah kau jadi pacarku, Em?"

    Last Updated : 2025-02-04
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 65

    "Sepertinya ini bukan jalan menuju penginapan," ucap Emily curiga."Bagaimana kau tahu?" tanya Sylvester sambil tetap fokus pada kemudi."Meskipun sudah gelap, aku masih mengingat jalannya. Ini berbeda," jawab Emily yakin.Sylvester hanya tersenyum kecil sebelum akhirnya berkata, "Ya, kita akan mampir ke suatu tempat lebih dulu.""Ke mana?" tanya Emily semakin penasaran."Ke rumah nenekku," jawab Sylvester santai. "Kita sudah sampai."Emily menatap Sylvester dengan alis berkerut, lalu melirik ke luar jendela. Di hadapannya berdiri sebuah rumah tua di tengah hutan, tanpa pagar yang mengelilinginya. Lampu teras hanya menyala redup, sementara jendela-jendelanya tampak gelap, seolah rumah itu kosong.Sylvester turun dari mobil, berjalan menuju pintu, dan mulai mengobrak-abrik sesuatu di antara pot dekat pintu masuk. Emily masih duduk di dalam mobil, ragu-ragu."Nenekmu benar-benar tinggal di tempat ini?" tanyanya sambil mengikuti Sylvester dengan langkah hati-hati."Ya," jawab Sylvester s

    Last Updated : 2025-02-05
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 66

    Ruangan yang gelap dan suara hujan di luar semakin membuat suasana terasa mencekam. Emily hanya bisa menelan ludah, hatinya berdebar tak menentu.Emily menatap Sylvester dengan ragu. "Menginap? Di sini?"Sylvester mengangguk santai, sementara Emily menoleh ke sekeliling ruangan yang hanya diterangi nyala kecil lilin. Perabotan tua, rak buku yang berdebu, dan bayangan-bayangan aneh yang tercipta dari cahaya lilin membuat bulu kuduknya meremang."Aku tidak suka ini..." gumamnya pelan.Sylvester tersenyum kecil dan menepuk pundaknya. "Jangan khawatir, ini hanya rumah kosong, bukan rumah hantu."Emily menelan ludah. "Tapi kenapa rasanya... ada yang mengawasi kita?"Sylvester menoleh ke arahnya, kini ekspresinya lebih serius. "Kau merasa ada sesuatu di sini?"Emily menggeleng cepat. "Aku tidak tahu, mungkin hanya perasaanku saja. Tapi tempat ini terlalu sepi, terlalu sunyi, hanya suara hujan dan angin... itu saja sudah cukup membuatku meri

    Last Updated : 2025-02-06
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 67

    Emily mengabaikannya dan beranjak menuju ke kamar di lantai dua. Sylvester menyusul, membawa lilin yang menjadi satu-satunya penerangan mereka. Saat mereka masuk, ruangan itu terasa sunyi dan sedikit berdebu, tapi tempat tidurnya tampak rapi.Emily duduk di tepi ranjang dan melepas sepatunya. "Jujur saja, aku tidak pernah mengira akan menginap di rumah kosong di tengah hutan seperti ini."Sylvester yang sedang membuka jaketnya hanya tersenyum tipis. "Kau bilang tadi, aku selalu membawamu ke tempat aneh. Kuharap besok kau tidak mengeluh lagi."Emily mendelik. "Kau bercanda? Aku pasti akan mengeluh lagi."Sylvester tertawa pelan sebelum memadamkan lilin. Kamar itu menjadi gelap gulita, hanya terdengar suara angin dari luar dan rintik hujan yang masih deras."Sylvester.""Hm?""Aku benar-benar tidak bisa melihat apa-apa.""Itu bagus. Jadi kau tidak bisa melihat wajah tampanku yang akan membuatmu tergoda."Emily mendengus. "

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 68

    Sylvester hanya tersenyum kecil, lalu menatap kembali ke matahari terbit yang kini semakin tinggi."Kau menebak dengan tepat, Emily."Emily menunduk, mencoba menyembunyikan senyum yang tak bisa ia tahan. Ia tidak menjawab, tapi hatinya tahu—ada sesuatu yang mulai berubah dalam dirinya.Mereka berdua berdiri di sana cukup lama, menikmati pagi dengan keheningan yang nyaman. Tanpa mereka sadari, jarak di antara mereka semakin dekat—bukan hanya secara fisik, tapi juga di dalam hati.Setelah cukup lama menikmati pemandangan matahari terbit, Emily menarik napas dalam dan menoleh ke arah Sylvester."Kita harus kembali, aku mulai lapar," ujarnya dengan senyum kecil.Sylvester mengangkat alis. "Bukankah semalam kau tidak lapar?" godanya.Emily mendengus. "Itu semalam! Sekarang sudah pagi dan perutku butuh makanan."Sylvester terkekeh kecil. "Baiklah, ayo kita buat sarapan."Mereka pun berjalan kembali ke rumah dengan

    Last Updated : 2025-02-08
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 69

    Emily hanya menghela napas panjang sambil menatap jendela. Meskipun ia tak mau mengakuinya, ada sesuatu dalam diri Sylvester yang membuat hatinya berdebar sejak awal. Dan semakin lama mereka bersama, semakin sulit baginya untuk mengabaikan perasaan itu.Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan yang masih sedikit basah. Pepohonan di sisi jalan bergoyang lembut tertiup angin pagi, menciptakan suasana yang tenang dan damai.Emily bersandar di kursi, menikmati pemandangan di luar jendela. Sesekali, ia melirik ke arah Sylvester yang tampak santai mengemudi. "Aku tidak menyangka perjalanan ini akan jadi seperti ini," gumamnya.Sylvester meliriknya sekilas. "Maksudmu?""Awalnya aku pikir pergi ke amerika hanya perjalanan kerja biasa. Tapi ternyata... semua jadi lebih berwarna."Sylvester tersenyum tipis. "Apa itu berarti kau menikmati waktu bersamaku?" tanyanya dengan nada menggoda.Emily menoleh dan menatapnya dengan ekspresi setengah malas. "Jangan terlalu percaya diri

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 131

    Sylvester mengangkat pistolnya sedikit lebih tinggi."Jika dia mati... kau pun akan mati, Carol." suaranya rendah, dingin seperti es.Carol menyeringai, langkahnya pelan mengarah ke Emily."Mulai detik ini... aku menyatakan perang. Lupakan soal persahabatan kita dulu, Sylvester. Aku sudah selesai menjadi bayangan di hidupmu."Sylvester menegang. Tangannya sedikit gemetar.Namun kali ini, bukan karena takut. Tapi karena marah.Carol bergerak cepat. Ia menarik pistol kecil dari balik jaketnya dan mengarahkannya langsung ke kepala Emily."SATU LANGKAH LAGI, DAN DIA MATI!" teriaknya keras, matanya liar, suara gemetar tapi penuh tekad.Sylvester membeku, jantungnya seakan berhenti berdetak."Letakkan senjatamu, Carol. Ini bukan kamu… Bukan seperti ini."Carol tertawa getir."Kamu tak pernah tahu siapa aku sebenarnya, Sylvester. Karena kamu terlalu sibuk mencintai perempuan-perempuan yang tak pantas."Ben mencoba bergerak perlahan dari samping, tapi Carol menyadarinya."JANGAN COBA-COBA!" b

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 130

    Penjaga mendorongnya lebih dekat. Ben terhuyung dan jatuh berlutut di samping Emily."Maaf, Em... aku tak cukup cepat," bisiknya lemah. Emily langsung memeluknya sejenak sebelum melepaskannya dan menatapnya dengan khawatir.Sylvester menatap Ben, lalu beralih ke Carol dengan sorot mata dingin membeku."Apa maksudmu dengan semua ini, Carol?"Carol melangkah perlahan ke arah mereka."Kau tak lihat? Aku menangkap mereka saat mereka bersama. Kau tahu, Mereka beberapa kali bertemu diam-diam di belakangmu.""Cukup!" bentak Sylvester.Ia merangkul Emily dan membantunya berdiri."Kita pulang."Carol tersenyum tipis. Lalu tawanya keluar, pelan, datar, getir."Kalian pikir bisa pergi begitu saja?"Beberapa penjaga di sekitar pintu mengangkat senjata dan menarik pelatuknya.Bodoh. Aku terlalu meremehkannya… datang tanpa persiapan, pikir Sylvester.Carol menatap Emily."Emily... kau ingin tahu

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 129

    Seorang penjaga berlari tergesa melewati lorong yang gelap, napasnya memburu. Saat ia mencapai area dalam yang lebih terang, ia mendobrak pintu dan berteriak,“Nona Carol! Tahanan—Ben, dia kabur!”Carol yang sedang berdiri menatap monitor pengawas CCTV langsung memutar tubuhnya, ekspresinya berubah dari tenang menjadi tajam dan berbahaya.“Apa maksudmu kabur?” suaranya datar, tapi dinginnya menembus tulang.“Dia memukul penjaga dan melarikan diri ke arah tangga atap. Kami sedang mengejarnya.”Carol mengepalkan rahangnya, menahan amarah yang mulai mendidih.Tiba-tiba, seorang penjaga lain masuk terburu-buru, memotong momen tegang itu.“Nona Carol… ada tamu. Seorang pria... katanya ia ingin berbicara dengan Anda. Mendesak.”Carol menoleh cepat, matanya menyipit curiga. “Siapa?”“Dia tidak mau menyebutkan nama. Tapi… Dia tahu nona, dan… dia terlihat tenang. Terlalu tenang.”Carol terdiam beberapa detik. Matanya memandang kosong ke arah layar CCTV yang kini menampilkan Ben berlari menaiki

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 128

    "Emily, lihat itu," ucap Ben, menunjuk ke arah atas ruangan. "Di sana… corong udara."Emily mendongak. Di langit-langit yang tinggi dan berdebu, tampak sebuah corong ventilasi besi. Tidak terlalu besar, tapi mungkin cukup untuk tubuhnya yang kecil."Kau pikir aku bisa muat?" tanyanya, napasnya mulai memburu karena harapan kecil mulai tumbuh di hatinya."Sepertinya iya. Kau lebih kecil dariku, dan… sepertinya itu satu-satunya jalan keluar." Ben memeriksa sekeliling. "Kita harus naik. Kursi itu, dan... lemari tua, kita bisa susun."Tanpa banyak bicara, mereka mulai bergerak. Emily menarik kursi tua ke bawah ventilasi sementara Ben mendorong lemari besar, berdecit pelan di lantai beton yang dingin.Mereka bekerja cepat meski tubuh masih terasa lemah. Ben menopang kursi di atas lemari, lalu membantu Emily naik."Pelan-pelan. Aku tahan dari bawah," ucap Ben sambil menahan kursi agar tidak goyah.Emily melangkah ke atas lemari, lalu naik ke kursi dengan hati-hati. Tangannya meraih jeruji ve

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 127

    "Kau..." bisik Emily, hampir tak percaya."Ya, sayang. Aku." Suara Carol begitu tenang, seperti sedang menyapa tamu yang datang untuk minum teh."Kupikir kalian akan sedikit lebih kuat… tapi ternyata baru dua hari saja sudah seperti ini."Emily menggertakkan giginya, tubuhnya bergetar karena amarah dan ketakutan."Apa yang kau mau dariku?"Carol mendekat. Suara sepatunya terdengar hanya beberapa langkah dari kepala Emily."aku butuh dia, butuh spermanya." Suaranya penuh sindiran."dan kau sebagai... penampungnya."Ben menelan ludah, wajahnya memucat."Carol, hentikan ini..." ucapnya pelan.Carol tertawa kecil, renyah, tapi tajam seperti pisau."Ben, Ben… kau sangat luar biasa. Aku akan memberimu apapun yang kau mau jika kau mau menurutiku, dan aku akan melepaskanmu sehingga kau dengan bebas menjamahnya."Emily mengepalkan tangan. Meski tubuhnya terikat dan tak berdaya, ada nyala kecil dalam dirinya yang mulai membara."Kau sakit, Carol. Kau membutuhkan bantuan.""Oh, sayangku… yang sa

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 126

    Di layar, keduanya berbicara selama beberapa saat. Lalu…Sosok lain mendekat dari belakang.Gerakannya cepat. Seketika suasana menjadi kacau—Emily jatuh. Ben tampak terserang.Layar mendadak gelap.“Rekaman selanjutnya hilang. Sinyal kamera terputus setelah itu.” jelas Amore, suaranya serius.Sylvester mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Kita harus temukan mereka sekarang.”“Aku mencoba melacak keberadaan Ben lewat sinyal ponsel dan kartu identitasnya,” lanjut Amore, “Tapi jejaknya hanya sampai bandara. Setelah itu… hilang. Tak terdeteksi.”Sylvester mengumpat pelan. “Mereka pasti menggunakan pesawat. Ini kerjaan orang-orang yang tahu cara menyembunyikan jejak. Mereka bukan penjahat jalanan biasa.”Amore menatapnya lekat. “Apa kau punya musuh, Sylvester?”Pertanyaan itu menggantung.Sylvester terdiam. Matanya menatap kosong sejenak, lalu berubah tajam.“Cari tahu semua penerbangan hari itu. Semua. Tak peduli kemana arahnya.”Amore mengerutkan dahi. “Kau gila? Ini bandara internas

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 125

    TOK TOK TOK...Pintu kos terbuka perlahan, menampilkan wajah Amore yang terlihat agak kaget melihat siapa yang berdiri di depannya.“Ada apa?” tanyanya dengan nada datar.“Aku mau menemui Emily,” jawab Sylvester tanpa basa-basi.Amore mengangkat alis. “Bukankah dia bersamamu? Semalam dia mengirim pesan padaku katanya menginap di tempatmu.”“Iya, memang. Tapi pagi tadi dia pulang sendiri... Aku nggak sempat mengantarnya,” ucap Sylvester sambil merogoh ponsel dari sakunya, berusaha menghubungi Emily.Namun layar ponsel hanya menunjukkan satu hal: tidak tersambung.Wajah Sylvester semakin tegang. Ia buru-buru menekan kontak lain.“Dim, apa kau bersama Emily?”Suara Dimas terdengar dari seberang, terdengar bising di latar.“Tidak, Tuan Whiteller. Saya sedang bekerja sekarang.”“Baiklah.” Sylvester mengakhiri panggilan, napasnya mulai berat.“Mungkin dia cuma sedang cari makan, atau jalan-jalan sebentar. Atau bisa juga pergi ke suatu tempat. Nggak usah khawatir, nanti juga pulang,” ujar Am

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 124

    “Aku menyakitinya, Em…” lanjut Sylvester, suaranya bergetar. “Seharusnya aku mengajaknya bicara baik-baik… seharusnya aku tenang. Tapi aku terlalu emosi. Aku melukai dia… secara fisik dan batin. Aku jahat, Em. Aku jahat…”Ia menggenggam bantal di pangkuannya, mencoba menahan isak yang meledak.“Dia pergi… karena aku. Bersama anak dalam kandungannya. Aku bahkan tak tahu anak siapa itu… tapi aku... aku telah membunuh dua makhluk hidup, Em. Dua nyawa.”Emily menundukkan kepalanya, air matanya jatuh satu demi satu. Tapi ia tetap memeluk Sylvester, lebih erat ia bisa merasakannya.“Aku tak tahu bagaimana harus menebusnya. Tak ada yang bisa mengembalikan mereka. Aku hidup dengan bayang-bayang itu setiap hari…”Emily mengangkat wajahnya, menatap Sylvester dalam-dalam, matanya sembab namun penuh kelembutan.“Sylvester… kau memang melakukan kesalahan. Kau menyakiti seseorang, dan kau menyesalinya. Kau bukan jahat. Jika kau jahat, kau tak akan menangis malam ini… kau tak akan terbuka seperti in

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 123

    Emily masih menatap Sylvester, menunggu dengan sabar jawaban yang tak kunjung keluar. Hening menyelimuti mereka, seolah waktu pun ikut menahan napas.Tepat saat Sylvester hendak membuka mulut untuk bicara, suara langkah kaki pelayan memecah ketegangan.“Permisi, pesanannya, Kak,” ucap pelayan dengan senyum ramah, namun matanya sempat melirik Sylvester sejenak sebelum meletakkan makanan di atas meja mereka.Emily yang melihat itu hanya mengerjap pelan, menahan rasa tak nyaman yang tiba-tiba muncul.“Terima kasih, Kak,” ucap Emily dengan senyum tipis namun suaranya terdengar dingin.“Sama-sama, Kak. Selamat menikmati,” balas si pelayan sebelum akhirnya berlalu, tak lupa melirik sekali lagi ke arah Sylvester.“She is my girlfriend,” ucap Sylvester tiba-tiba, lantang dan jelas, membuat Emily menoleh cepat, cukup terkejut dengan pernyataan itu.Pelayan yang masih berada tak jauh langsung menghentikan langkahnya.“Ah… maaf, Kak,” ucapnya terbata, lalu buru-buru menambahkan,“Ini pesanan yan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status