Share

BAB 51

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2025-01-17 17:45:22

Saat perbincangan di kantin semakin ramai, Emily melirik ke arah sekelompok wanita yang tengah bergosip dengan antusias. Suara mereka cukup jelas terdengar, meski mereka mencoba merendahkan volume suara.

"Aku baru pertama kali melihat," ujar salah satu dari mereka.

"Aku rasa mereka berteman," sambung yang lain.

"Mimpi apa aku semalam bisa bertemu pangeran," tambah wanita ketiga, matanya berbinar-binar.

"Tapi masih kalah ganteng sama Mr. Whiteller," ujar seorang lagi dengan nada memuja.

"Aku lebih memilih Mr. Whiteller, dia lebih jantan," timpal yang lain lagi.

"Pria itu juga, dia tipeku," bisik seorang wanita.

Emily, yang duduk makan siang bersama Amore dan Dimas, menoleh penasaran. "Ada apa sih sebenarnya?" tanyanya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh riuhnya gosip di meja sebelah.

Amore mengangkat bahu sambil mengunyah. "Aku pun tak tahu," jawabnya santai.

Dimas, yang sedari tadi mendengarkan sambil menyeruput minumannya, menimpali. "Sepertinya mereka sedang membicarakan seorang p
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 52

    Mr. Whiteller kembali ke lantai atas, namun bukan ke ruangannya. Kali ini, ia menekan tombol lift menuju rooftop. Saat pintu lift terbuka, angin dingin langsung menyambutnya. Namun, yang menarik perhatian adalah sosok Emily yang berdiri di pinggir rooftop, menatap ke langit."Apa ini tempat favoritmu?" ucap Mr. Whiteller sambil melangkah mendekat.Emily menoleh, sedikit terkejut, namun segera tersenyum kecil. "Hanya mencari udara segar," balasnya singkat.Mr. Whiteller berhenti beberapa langkah darinya, pandangannya tetap terarah ke langit. "Jika dia mengganggumu lagi, laporkan saja padaku," katanya, nadanya serius."Terima kasih, Tuan Whiteller," jawab Emily sambil mengangguk sopan.Setelah beberapa detik keheningan, Mr. Whiteller meliriknya. "Kenapa sekarang kau tidak mau memanggilku dengan santai lagi? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanyanya, mencoba mencari penjelasan.Emily menunduk sejenak, mengatur kata-katanya. "Tidak ada yang salah, Tuan. Saya ini orang biasa, dan ras

    Last Updated : 2025-01-18
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 53

    “Jadi, kau mau makan malam apa?” tanya Dimas sambil menekan tombol lift.Emily menoleh padanya sambil berpikir sejenak. “Hmm… bagaimana kalau kita coba masakan Indonesia?” usulnya dengan antusias. “Kita lihat apakah rasa di sini bisa menandingi aslinya.”Dimas tersenyum kecil. “Boleh juga. Sebentar, aku cek dulu restoran terdekatnya,” ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku.Emily menggeleng sambil tersenyum tipis. “Tidak perlu, aku tahu tempat yang bagus.”“Oh, kau tahu?” Dimas menaikkan alisnya, sedikit terkejut.Emily mengangguk dengan percaya diri. “Aku pernah lewat restoran itu waktu jalan-jalan minggu lalu.”“Baiklah, kalau begitu, lead the way,” kata Dimas sambil tersenyum. “Let’s go.”Mereka keluar dari gedung apartemen dengan langkah santai. Malam yang cerah menemani perjalanan mereka, dengan lampu-lampu jalanan yang menerangi trotoar. Sesekali, mereka berbincang ringan tentang menu masakan Indonesia favorit masing-masing.“Apa makanan Indonesia favoritmu?” tanya Dimas sa

    Last Updated : 2025-01-21
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 54

    "hemm... boleh saya bergabung?" suara Mr. Whiteller terdengar, membuat Dimas dan Emily menoleh hampir bersamaan."Oh, silakan, Tuan," ucap Dimas dengan ramah sambil memberi isyarat pada kursi kosong di sebelahnya.Mr. Whiteller menarik kursi dengan anggun dan duduk. Matanya sempat melirik ke arah Emily, yang tampak sedikit canggung. "Kalian hanya berdua?" tanyanya, suaranya tenang tetapi penuh arti."Ya, kami hanya berdua, Tuan," jawab Dimas tanpa ragu.Mr. Whiteller mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu. "Kalian berdua terlihat cukup akrab," ucapnya sambil tetap menatap Emily, yang kini terlihat sedikit gugup."Iya, Tuan. Kami berteman cukup akrab," jawab Dimas dengan nada santai, mencoba menjaga suasana tetap nyaman.Mr. Whiteller tidak segera menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu melirik meja yang penuh dengan makanan."Apakah Anda mau saya pesankan sesuatu?" tawar Dimas dengan sopan." tidak perlu," balas Mr. Whiteller dengan singkat.Emily dan Dimas saling bertuka

    Last Updated : 2025-01-22
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 55

    …"Em, kau bisa kembali ke ruangan dan buat persiapan untuk evaluasi besok, ada Jesselyn di sana," ucap Leni."Baiklah, aku tinggal dulu," balas Emily sambil berjalan menuju lift untuk kembali ke lantai tempat ruangannya berada.Setibanya di lantai tujuan, Emily memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangannya. Saat melewati pintu tangga darurat, ia sempat mendengar suara seseorang di balik pintu tersebut. Suara itu terdengar samar, namun ia merasa sangat mengenali salah satu di antaranya. Meski begitu, Emily memilih mengabaikannya untuk sementara karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.Setelah selesai di toilet, rasa penasaran Emily muncul kembali. Ia kembali ke pintu tangga darurat, membukanya perlahan, dan melangkah masuk."…Sekarang aku tak bisa.""Sampai kapan begini terus?""Tolong mengertilah. I really love you.""I really, really love you."Emily terdiam, mendengar suara yang semakin jelas. Kemudian terdengar bunyi decapan bibir. Rasa penasa

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 56

    "Ke mana kita akan pergi?" tanya Emily lagi, nada frustrasi dalam suaranya saat mobil mulai melaju keluar dari gerbang rumah Amore."Kau akan tahu nanti," balas Mr. Whiteller singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Emily mendesah, mencoba menenangkan dirinya. "Apa saja isi koper yang Amore siapkan untukku?" tanyanya, berusaha mencari tahu lebih banyak."Hanya beberapa pakaian ganti," jawab Mr. Whiteller dengan nada tenang."Beberapa? Memangnya kita akan berapa lama?" tanya Emily, alisnya mengerut, merasa tidak nyaman dengan ketidakjelasan ini."Tidak tahu," jawab Mr. Whiteller datar, seolah tidak terlalu peduli.Emily menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku?""Huh?" Mr. Whiteller akhirnya melirik Emily sebentar, tidak benar-benar mengerti arah pertanyaannya."Kenapa kau selalu berlaku seenaknya kepadaku? Kenapa aku yang kau pilih untuk... untuk semua ini?" ucap Emily, nadanya semakin emosional.Mr. Whiteller hanya diam sejenak sebelum berkata denga

    Last Updated : 2025-01-26
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 57

    …Setelah beberapa saat, Sylvester memecah keheningan. "Menurutmu, kenapa angsa selalu diidentikkan dengan cinta?" tanyanya sambil menunjuk beberapa angsa yang berenang di kejauhan.Emily mengangkat bahu ringan. "Mungkin karena saat mereka menyatukan kepala, leher mereka membentuk simbol cinta," balasnya.Sylvester mengangguk kecil. "Ya, tapi ada alasan lain. Angsa dikenal karena kesetiaan mereka. Mereka hanya kawin sekali seumur hidup dan memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan pasangannya."Emily menoleh padanya, menyipitkan mata. "Lucu sekali, padahal buaya juga dikenal setia pada pasangannya. Tapi kenapa mereka malah jadi julukan untuk laki-laki brengsek?"Sylvester mengerutkan kening. "Aku tidak tahu itu."Emily tersenyum kecil. "Di negaraku, laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan disebut buaya. Buaya darat."Sylvester tertawa ringan. "Kenapa harus buaya? Itu tidak masuk akal.""Aku pun tidak mengerti," jawab Emily sambil memandangi sungai.Sylvester menatapnya sej

    Last Updated : 2025-01-27
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 58

    Emily memutar tubuhnya sedikit, menatap Sylvester dengan alis terangkat. "Bantuan apa yang mau kau berikan, Tuan Whiteller yang terhormat?" tanyanya, suaranya sedikit menyindir.Sylvester tersenyum tipis, tapi ada keseriusan di matanya. "Kau bisa menganggapku sebagai kekasihmu."Emily terdiam beberapa detik, mencerna ucapannya. Lalu, ia tertawa kecil, meski tawanya terdengar setengah tak percaya. "Bantuan yang bagus, tapi terima kasih. Aku tidak akan mengambil bantuan itu."Sylvester tersenyum kecil, tampak tidak tersinggung. "Baiklah, itu terserahmu."Emily mengeringkan tangannya dengan handuk, lalu menatap Sylvester sebentar. "Aku sudah selesai mencuci, dan sekarang aku harus mandi. Sampai jumpa besok pagi."Tanpa menunggu jawaban, Emily berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sylvester sendirian di ruang makan. Sylvester menatap punggungnya hingga hilang di balik pintu, lalu menghela napas pelan sambil memutar gelas di tangannya. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Emily," gumam

    Last Updated : 2025-01-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 59

    Begitu mereka tiba di spot snorkeling, Sylvester langsung bersiap memasangkan peralatan untuk Emily. "Biar aku pasangkan," ucapnya sambil membantu memasangkan snorkel dan pelampung di tubuh Emily. Sementara itu, ia sendiri hanya mengenakan snorkel tanpa pelampung."Kau siap?" tanyanya, menatap Emily yang masih menyesuaikan diri dengan perlengkapannya.Emily mengangguk. "Ya, siap."Tanpa ragu, Sylvester menggenggam tangan Emily. "Oke, kita lompat bersama. Satu... dua... tiga!"Byuuur!Begitu tubuh mereka menyentuh permukaan air, suara teriakan Emily langsung pecah. "Aaaaaaa! Dingin! Kau gila, Sylvester! Aku bisa mati kedinginan!"Tawa Sylvester meledak begitu melihat ekspresi panik Emily. "Bukankah aku sudah bertanya ingin ke mana, tapi kau bilang akan mengikutiku ke mana saja? Aku suka saat dingin seperti ini."Emily mendelik padanya. "Ini sedang musim dingin! Kenapa kau mengajakku ke laut?""Jika kau tahu, mengapa kau tidak protes sejak tadi?" balas Sylvester santai.Emily mengerang

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 85

    Tanpa terasa, dua hari telah berlalu. Selama itu, tim Emily bekerja keras tanpa henti hingga akhirnya mereka berhasil menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu. Hubungannya dengan Sylvester pun tampak baik-baik saja—atau lebih tepatnya, Emily memilih untuk tidak memikirkan kecurigaan-kecurigaan yang sempat terlintas di benaknya. Lagipula, sebentar lagi ia akan kembali ke Indonesia."Apa kau sudah packing, Em? Sepertinya belum," ucap Dimas begitu melihat Emily baru saja masuk ke apartemen mereka."Packing?" Emily mengerutkan kening, jelas tidak mengerti maksudnya."Kita akan berkumpul besok siang di depan gedung Whiteller Corp," jawab Dimas sambil sibuk memilih sepatunya."Sepertinya kau tidak tahu apa-apa," sela Jesselyn yang baru keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil minum."Kau belum tahu?" Dimas menatap Emily dengan heran. "Sudah berapa lama kau tidak membuka ponselmu?"Emily mengangkat bahu."Mr. Whiteller mengadakan semacam retret. Kita akan menginap selama tiga malam

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 84

    Emily tidak langsung menjawab. Ia tahu jika ia menyebut nama Amore atau Ben, Sylvester mungkin tidak akan menyukainya."Itu tidak penting," katanya akhirnya. "Aku hanya ingin tahu... siapa dia bagimu? Dan apa yang sebenarnya terjadi?"Sylvester menatapnya dalam diam selama beberapa detik, lalu berkata dengan suara rendah, "Bella adalah seseorang yang kucintai dulu."Emily menggigit bibirnya."Dia... hamil, bukan?" tanyanya pelan.Mata Sylvester sedikit melebar sebelum ia segera mengendalikan ekspresinya kembali. "Ya."Emily merasakan sesuatu yang berat menekan dadanya. "Dan dia...""Dia bunuh diri," potong Sylvester, suaranya terdengar dingin dan tajam.Emily menahan napas."Kau ingin tahu kenapa?" Sylvester melanjutkan. "Karena aku tidak bisa melindunginya."Emily terdiam."Aku egois. Dia menderita... dan aku tidak ada di sana untuknya."Ada kesedihan yang tersembunyi di balik nada suaranya, sesuatu yang jarang terlihat dari seorang Sylvester yang selalu tampak begitu percaya diri.E

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 83

    Sore pun tiba. Emily merapikan mejanya dan mengambil tasnya. Ia berjalan keluar kantor dengan hati yang sedikit gelisah.Saat tiba di kafe yang dijanjikan, Ben sudah menunggunya di sudut ruangan. Tangannya menggenggam cangkir kopi, dan ia menatap Emily dengan senyum yang sulit diartikan."Aku kira kau tidak akan datang," ucap Ben begitu Emily duduk di depannya."Aku ingin tahu apa maksudmu tadi pagi," balas Emily langsung.Ben menyandarkan tubuhnya ke kursi dan mengaduk kopinya perlahan. "Kau benar-benar ingin tahu?"Emily mengangguk. "Katakan saja."Ben menatapnya sejenak sebelum akhirnya berkata dengan nada serius, "Kau tidak seistimewa yang kau kira, Emily."Emily membeku di tempatnya. "Apa maksudmu?"Ben menyeringai tipis. "Sylvester mendekatimu bukan karena kau spesial. Kau hanya bayangan dari seseorang yang sudah tiada."Jantung Emily berdetak lebih cepat. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya."Kau

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 82

    Mereka melaju dalam diam, hanya suara lalu lintas di luar yang mengisi keheningan di antara mereka. Emily melirik ke arah Amore yang tetap fokus pada jalan, raut wajahnya sulit dibaca.Setelah beberapa menit, Amore akhirnya membelokkan mobil ke sebuah kafe kecil yang cukup sepi. Ia memarkir kendaraan, mematikan mesin, lalu menoleh ke arah Emily."Baiklah, sekarang kita bisa bicara," ucapnya.Emily menyandarkan punggungnya, melipat tangan di depan dada. "Katakan yang sebenarnya, siapa Bella?"Amore menatapnya sejenak sebelum menghela napas panjang. "Bella adalah masa lalu Sylvester."Emily mengernyit. "Masa lalu?""Ya… dia adalah kekasih Sylvester dulu," ucap Amore, suaranya terdengar sedikit berat. "Namun, dia sudah tiada."Emily merasakan dadanya sedikit sesak. "Karena?"Amore menatapnya dengan raut sedih sebelum akhirnya berkata, "Bunuh diri."Emily membelalakkan mata, terkejut dengan jawaban itu. Ia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Amore, tetapi yang membuatnya semakin terkejut

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 81

    Emily menghela napas panjang sambil menyentuh pipinya yang masih terasa hangat akibat kecupan tiba-tiba dari Sylvester. Lelaki itu benar-benar seenaknya. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi sebelum akhirnya duduk di kursinya.Belum sempat ia menenangkan pikirannya, pintu ruangan terbuka. Leni masuk dengan ekspresi penasaran."Emily, kau kenapa?" tanya Leni sambil meletakkan tasnya di meja.Emily menggeleng. "Tidak apa-apa. Kenapa?"Leni menyipitkan mata, seakan sedang mengamati wajah Emily dengan cermat. "Wajahmu merah. Kau demam?""Ah, mungkin karena aku buru-buru naik ke sini," alasan Emily cepat-cepat.Leni mengangkat bahu. " Baiklah kalau begitu."Emily hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya masih melayang-layang. Perkataan Amore tadi pagi, sikap aneh Ben, dan sekarang kelakuan Sylvester yang semakin berani.Waktu berlalu, dan sebelum ia sadar, jam makan siang tiba. Em

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 80

    Beberapa menit kemudian, Emily keluar dengan pakaian kerja yang rapi. Ia membawa tasnya dan menatap Amore yang masih berdiri santai sambil memeriksa ponselnya."Ayo pergi," ucap Emily, berusaha mengabaikan rasa kesalnya.Amore menatapnya sekilas, lalu mengangguk. "Kau yakin tidak ingin ke dokter dulu?"Emily menegakkan bahu. "Aku tidak ada janji dengan dokter. Lagipula, aku masih baik-baik saja."Amore menghela napas pelan. "Baiklah. Tapi kau tahu kan, kalau Sylvester bisa sangat keras kepala?"Emily mendesah. "Ya, aku tahu. Aku akan bicara dengannya nanti."Mereka akhirnya berjalan bersama keluar dari apartemen dan memutuskan untuk berjalan kaki ke kantor. Di tengah perjalanan, Emily memecah keheningan."Amore," panggilnya."Ya?" jawab Amore tanpa mengurangi langkahnya."Bisakah kau jujur padaku?" tanya Emily.Amore meliriknya sekilas. "Maksudmu?""Aku ingin bertanya sesuatu, tapi aku ingin kau menjawab de

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 79

    Emily masih diam, tidak tahu harus merespons seperti apa."Kalau kau ingin tahu lebih banyak tentang Sylvester, tanyakan saja pada temanmu Amore. Aku dengar kau cukup dekat dengannya"Emily menoleh ke arah Carol, tapi perempuan itu tetap fokus menyetir."Tapi tak usah terlalu dipikirkan," tambahnya dengan nada lebih ringan. "Aku tidak mau pembicaraan ini mengganggu pekerjaanmu."Mobil melambat sebelum akhirnya berhenti di depan gedung apartemen Emily."Sepertinya kita sudah sampai. Kau tinggal di sini, kan?"Emily mengangguk cepat. "Ah, ya. Terima kasih, Bu."Tanpa banyak bicara lagi, ia segera membuka pintu dan keluar. Langkahnya cepat menuju pintu apartemen, tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.Carol hanya menatap punggungnya sebentar sebelum tersenyum tipis, lalu kembali melajukan mobilnya.…"Kau sudah sampai?" suara Sylvester terdengar dari telepon begitu Emily mengangkatnya."Ya, baru saja ak

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 78

    Nada suaranya terdengar seperti sindiran, namun sebelum Emily sempat merespons, ayah Sylvester menyela, "Oh iya, Carol, perkenalkan ini kekasih Sylvester."Carol melirik Emily, bibirnya membentuk senyum tipis. "Ya, Emily," ucapnya dengan nada seolah ia sudah mengetahui lebih dulu.Ayah Sylvester menatap Carol dengan heran. "Bagaimana kau bisa tahu namanya?"Carol terkekeh kecil. "Aku tahu, Paman. Emily bekerja di perusahaanku. Dia hanya salah satu anggota tim dan kebetulan menangani proyek di Whiteller Corp."Emily hanya tersenyum kecil, sementara Sylvester tetap diam, matanya memperhatikan ekspresi Carol dengan penuh selidik."Oh, kalau begitu, Emily, kita harus banyak berbincang lain kali," ucap sang ayah dengan ramah.Emily mengangguk sopan. "Dengan senang hati, Tuan Whiteller."Seolah ingin mengalihkan perhatian, Carol tiba-tiba berkata, "Aku punya oleh-oleh untuk kalian!"Ia mengambil beberapa kantong dari dalam tas besar

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 77

    Sylvester menatapnya dalam, seolah mempertimbangkan sesuatu, lalu akhirnya menjawab, "Carol adalah seseorang yang dekat dengan keluargaku sejak lama. Orang-orang mungkin berpikir kami memiliki hubungan, tapi itu tidak benar. Kami memang pernah dekat, tapi tidak seperti yang kau pikirkan."Emily menatapnya, mencoba membaca ekspresi Sylvester. "Jadi, kau tak pernah memiliki hubungan dengannya?"Sylvester diam sejenak sebelum berkata, "Hubungan kami tidak lebih dari seorang teman.""hanya teman?" tanya Emily.Sylvester menghela napas. "Carol adalah temanku semasa sekolah dulu, dan hingga saat ini itu tidak berubah."Emily terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. "Jadi, kau tidak menyukainya?"Sylvester menatapnya lebih lama sebelum menjawab, "Tidak seperti itu."Emily mengerutkan kening. "Lalu, bagaimana perasaanmu terhadapku?"Sylvester tersenyum kecil, seolah sudah menunggu pertanyaan itu. "Aku pikir kau sudah tahu jawabannya."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status