Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Malam Panas Dengan Mantan Suami: Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

11. Ada tuyul

(POV Calvin)Dengan banyaknya pekerjaan, aku terpaksa harus lembur hingga jam 6 malam. Namun, di tengah kesibukan di kantor, pikiranku terus menerus melayang pada Kenzie. Apa yang sedang dilakukannya saat ini? Sudahkah dia makan dan mandi? Aku telah memberikan instruksi kepada satpam dan Bibi di rumah untuk merawat Kenzie dengan baik, memastikan bahwa dia mendapatkan segala yang dibutuhkannya, namun juga menjaga agar tidak memberinya kesempatan untuk kabur. Aku khawatir bahwa Kenzie mungkin memiliki niat untuk mengambil sesuatu yang berharga dan menyelinap pergi. Sebelum sampai rumah, aku sempat singgah ke toko mainan dan membelikan Kenzie sebuah mainan. Aku teringat akan kata-kata Kenzie yang menyebut bahwa hampir setiap hari, setelah pulang kerja, Bundanya selalu membawakan mainan untuknya.Aku berharap, dengan membelikan mainan ini, dia jadi teringat Bundanya. Dan aku bisa membujuknya untuk pulang ke rumah. "Eh ... Pak Cal
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

12. Siap menikah

"Kenzie bukan tuyul!!" seru Kenzie menyahuti ucapan Ayah, membuat pria itu tampak terkejut.Ada apa dengan Ayah ini? Bisa-bisanya anak orang dia katai tuyul. Atau paling hanya bercanda saja, ya? Lagian kepala Kenzie juga tidak botak, tidak persis seperti tuyul pada umumnya."Kenzie bukan tuyul, Ayah. Dia anak manusia," sahutku."Tapi dia anak siapa? Kok ada di rumahmu? Jangan bilang kamu dan pacarmu ...." Ayah menahan ucapannya sambil menatap tajam mataku. Ah dia ini, pasti sudah berpikir yang tidak-tidak."Ayah jangan berpikir yang enggak-enggak, biar aku jelaskan. Tapi kita keluar dulu, biar enak ngomongnya." Aku menarik tangan Ayah untuk bersama-sama keluar dari kamar, supaya lebih leluasa bicara."Jangan bohong ya, Cal. Ayah paling tidak suka dengan orang yang suka berbohong." Ayah memperingatiku.Padahal siapa juga yang mau berbohong padanya."Aku tidak berbohong, Ayah. Dan Kenzie itu bukan siapa-siapanya aku. Aku n
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

13. Mau membantu

"Tuh, apa katanya Calvin. Agnes udah seratus persen katanya, masa kamu belum yakin?" kata Ayah yang terdengar menyindirku. Ah aku paling malas jika membahas masalah nikah. Karena aku sendiri belum tertarik untuk menikah. "Kita makan saja dulu, baru mengobrol. Kan Ayah bilang udah lapar." Aku segera mengalihkan topik demi mengakhiri pembahasan ini. Mereka semua mengangguk, kemudian kami mulai menyantap makan malam dengan serius dan tenang. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring. Setelah makan malam kami selesai, kami pun berpindah tempat duduk ke ruang keluarga. Duduk bersantai sambil mengobrol ditemani teh manis dan biskuit di atas meja. Padahal aku sudah kenyang dan sedikit mengantuk. Tapi tidak mungkin juga kutinggalkan mereka, apalagi Agnes. Pasti dia akan marah. "Oh ya, Agnes. Kamu dan Calvin ketemu di mana? Bunda belum tau lho, Calvin belum pernah cer
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

14. Hampir gila mencari

"Mau ngapain memangnya?" tanya Kenzie tampak bingung."Ya mau ketemu, Om mau bicara. Lagian, kalau memang kita harus pergi ke Korea ... Om harus minta izin sama orang tuamu atau keluargamu dulu, nggak sembarangan main ajak aja, Dek. Nanti dikira Om nyulik kamu lagi." Aku berusaha menjelaskan dan sedikit membujuk, semoga saja Kenzie setuju."Aah nanti yang ada Bunda ngelalang, Om. Bunda 'kan ngeselin olangnya," keluh Kenzie dengan bibir yang mengerucut."Nggak mungkin Bundamu melarang." Aku menggeleng yakin sambil mengelus rambut Kenzie. "Kan kamu yang bilang sendiri alasan Bundamu nggak mau mencari Ayahmu itu karena nggak ada ongkos pergi ke Korea. Naaahhh ... nanti biar Om yang ongkosin. Bila perlu... kamu, Bundamu sama Kakekmu juga sekalian. Kita pergi mencari Ayahmu bersama-sama dengan Om ke Korea." Aku memberikan tawaran dengan harapan Kenzie setuju.Mata Kenzie seketika berbinar, kedua pipinya memerah. "Iihh mau, Om!!" seru Kenzie,
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

15. Harus percaya padaku

"Telnyata Bunda kenal sama Om Baik ini, ya?" Kenzie berbicara, kulihat dia tersenyum manis menatap Kak Calvin. "Om Baik ini ketemu Kenzie dijalan, nggak sengaja nablak Kenzie.""Apa?! Nabrak?!"Mataku seketika membulat sempurna, benarkah yang dikatakan Kenzie? Tapi dia terlihat baik-baik saja, hanya ada perban kecil pada lutut kanannya. Mungkinkah lukanya ada di sana?"Benar apa yang dikatakan Kenzie, Vio," sesal Kak Calvin dengan wajah bersalah. Dia mengelus perlahan pucuk rambut Kenzie dengan lembut dan penuh kasih. "Aku minta maaf, karena kurang cepat mengerem mobil. Soalnya posisi dia juga ada ditengah jalan.""Kamu kenapa ditengah jalan, Nak? Kan bahaya!" Aku menegur Kenzie, tapi penuh kelembutan. Karena khawatir membuatnya marah."Nanti aku ceritakan detailnya," sahut Kak Calvin, lalu menatap sekeliling rumahku dan terlihat mencari-cari seseorang yang entah siapa. "Sekarang ... boleh nggak aku masuk? Kita mengobrol sambil duduk, bia
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

16. Tes DNA

"Apa buktinya? Apa bukti dari ucapamu, Vio?" tanya Kak Calvin dengan nada tegas, matanya menatapku tajam. "Aku yakin kamu mengatakan hal itu karena kamu dan Yogi sedang ada masalah rumah tangga, tapi tidak perlu dengan cara seperti ini. Tidak perlu mengkambinghitamkan aku!!" "Aku sama sekali tidak ada niat untuk mengkambinghitamkan Kakak!" tegasku dengan mantap, berusaha meyakinkannya. "Aku hanya mengungkapkan kenyataan, dan tentang hubunganku dengan Kak Yogi ... kami tidak pernah menikah, Kak. Pernikahan itu tidak pernah terjadi dalam hidupku." "Cukup!!" seru Kak Calvin, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Aku sama sekali tidak percaya padamu!" "Apa yang harus aku lakukan, supaya Kakak percaya?!" Aku meraih tangan Kak Calvin dengan penuh keberanian. Bukan bermaksud untuk bersikap kurang ajar, hanya saja aku khawatir dia akan pergi sebelum mempercayai kata-kataku. "Pada hari di mana kita resmi bercerai, saat hakim memutuskan, aku merasa sangat tidak ena
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

17. Ditinggal

"Ayo ikuti saya, Pak. Saya akan mengantar Anda ke dokter spesialis forensik. Tapi, mohon bersabar jika ada antrian di sana," jelas wanita tersebut dengan ramah. "Baik, Bu," jawab Kak Calvin sambil mengangguk, mengikuti langkah wanita tersebut. Aku pun mengikuti mereka dari belakang, penasaran dengan perkembangan selanjutnya. "Om, katanya kita mau pelgi ke Kolea, kan? Tapi kenapa kita malah ke lumah sakit? Kan kaki Kenzie sudah sembuh?" tanya Kenzie, tatapan polosnya mengarah pada Kak Calvin. Bocah itu memang selalu penuh pertanyaan jika tidak segera dijawab. "Sebelum kita pergi ke Korea, kita harus melakukan tes DNA, Dek," jawab Kak Calvin dengan lembut, mencoba menjelaskan dengan sabar. "Tes DNA itu sebenalnya apa, Om?" tanya Kenzie semakin penasaran. "Lebih baik tanyakan kepada Bundamu, dia pasti tau," ucap Kak Calvin sambil tersenyum, merangkul Kenzie dengan penuh kasih. Kenzie langsung menoleh ke belakang, di arah tempatku berada. Aku tersenyum melihat tingkah polosnya
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

18. Sesuatu yang gatal

"Apa, Vio? Serius kamu??" desis Papa dengan ekspresi terkejut, yang sulit disembunyikan setelah mendengar cerita dariku tentang Kak Calvin yang telah kuberitahu tentang Kenzie. Setelah tadi ditinggal oleh Kak Calvin, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah menemui Papa. Karena aku juga tidak yakin jika Kak Calvin akan memutar balik, bisa saja dia memang sengaja ingin meninggalkanku karena masih marah. "Maafin aku, Pa. Papa boleh kok marah sama aku, tapi aku di sini sudah nggak ada jalan lain untuk menutupinya lagi. Karena yang berhasil menemukan Kenzie adalah Kak Calvin, dan Kenzie pun meminta tolong padanya untuk membantu mencarikan Ayahnya, Pa," ucapku dengan suara gemetar. Tidak masalah jika selanjutnya Papa yang akan marah. Aku akan menerimanya dengan lapang dada, karena semua yang terjadi berawal dari kebodohanku sendiri. "Viona ...." Papa menghela nafas dalam-dalam, lalu duduk di sofa den
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

19. Terasa sakit

Ya ampun!! Tubuhku mendadak panas dingin, merasakan gelombang hasrat yang tak terduga tapi sudah menggebu-gebu. Suasana yang penuh kehangatan tiba-tiba membuatku merasa gelisah dan terombang-ambing dalam perasaan yang rumit. "Kenapa kamu terlihat gelisah seperti itu, Vio? Apa yang terjadi?" tanya Papa dengan ekspresi heran, sementara Kak Calvin juga memperhatikan dengan seksama. Tubuhku merasa tegang dan rasanya jadi canggung saat diperhatikan oleh Kak Calvin. "Ah, nggak apa-apa, Pa," jawabku cepat sambil menggeleng, berusaha menghentikan gerakan bokongku yang refleks menggesek kursi. Namun, keringat mulai bercucuran di dahiku. Perasaanku semakin aneh, hampir tak tertahankan. Kenangan malam itu semakin menghantuiku. "Maaf, aku ingin ke kamar mandi sebentar, Pa." Dengan tergesa-gesa, aku bangkit dari kursi dan berlari menuju kamar mandi yang berada disudut ruangan. Selera makanku sudah hilang, d
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

20. Mengapa aku begitu berharap?

"Ini kopinya Kak, Pa. Maaf kalau lama, ya?" Kupandang wajah Papa dan Kak Calvin sebelum menaruh nampan di atas meja plastik. Tapi pria itu tak sedikitpun melirikku, dia justru terlihat membuang muka ke arah mobil. Apakah dia masih marah padaku? Tapi, bukankah dia juga sudah dengar sendiri bahwasanya masalah Kenzie terjadi karena permintaan Papa? Harusnya 'kan dia sudah tidak lagi marah padaku. "Oh ya, Papa kerja apa sekarang? Apa masih nyupir?" tanya Kak Calvin yang kudengar mengganti topik obrolan. "Iya, Papa masih nyupir, Cal," jawab Papa. "Kamu sendiri, apa kesibukannya sekarang? Dan kamu dari kapan di Indonesia? Terakhir kali Papa dengar dari Ayahmu ... kamu tinggal di Korea." "Aku udah semingguan di Indonesia, Pa. Tapi memang kadang sebulan atau dua bulan sekali aku ke Korea, karena masih ada kerjaan di sana. Tapi ya nggak menetap juga karena aku nggak mungkin bisa meninggalkan kantorku di sini," jelas K
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status