All Chapters of Pernikahan Kontrak Dengan Bos Arogan : Chapter 41 - Chapter 50

82 Chapters

41. Apakah Ini Cinta

Kiara duduk mematung, menatap Dion dengan ragu. Kata-kata Dion yang penuh ketegasan tadi membuat hatinya bergetar. Namun, ada juga ketakutan yang menyelimuti perasaannya. Ia tahu dirinya telah menyerah, tapi sekarang Dion malah ingin membahas sesuatu yang membuat perasaan itu kembali kacau.“Kiara,” Dion memulai dengan suara tenang, menatap lurus ke matanya. “Aku tidak akan membohongimu. Aku punya rasa terhadapmu. Tapi aku jujur saja, aku belum tahu pasti apa bentuk rasa itu.”Kiara mengernyitkan dahi, menatap Dion dengan penuh kebingungan. “Apa maksudmu, Dion? Kalau kamu tidak tahu perasaanmu sendiri, kenapa harus membuatku berharap?” tanyanya dengan nada yang sedikit bergetar.“Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku menghargai keberanianmu tadi di paviliun. Aku tahu itu bukan hal mudah untukmu,” lanjut Dion. “Aku merasa ada sesuatu di antara kita. Tapi aku perlu waktu untuk memastikan, Kiara. Aku tidak mau membuat keputusan gegabah yang justru melukai kita berdua.”Kiara mengalihkan pa
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

42. Rencana Silva Salah Sasaran

Setelah berkutat dengan semua urusan kantor beberapa hari ini, Pagi ini, Dirga harus sibuk kembali mempersiapkan keberangkatannya ke Surabaya untuk melakukan perjalanan dinas. Dan bersamanya juga ada Ryan. Setumpuk dokumen telah ia siapkan untuk mengecek proyek yang hampir rampung. Sementara itu, Amora membantu mengemas koper suaminya dengan penuh perhatian. "Kamu yakin gak mau ikut?" tanya Dirga sekali lagi, berharap Amora berubah pikiran. Ia sangat ini istrinya itu ikut bersamanya. Namun sekian banyak yang mencoba untuk membujuk, Amora tetap menolak.Amora tersenyum lembut, menatap Aksa yang sedang tertidur di ayunan bayi. "Aksa masih terlalu kecil untuk perjalanan sejauh itu, Mas. Lagipula, biar kamu fokus dengan pekerjaanmu tanpa perlu mengkhawatirkan kami," jawabnya, mencoba menenangkan hati suaminya."Justru kamu di rumah dan jauh dari pantauan aku yang semakin membuat aku khawatir.""Tapi kan di sini ada bi Susi sama Kiara.""Jadi kamu bener nggak mau ikut?""Aku di rumah aj
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

43. Lebih Waspada

Silva masih mematung di kamar tersebut. Setelah Ryan beranjak dari atasnya, ia langsung duduk dan berlari menjauhi Ryan. Namun pria itu tidak terusik sedikitpun. Ia justru menatap Silva dengan tatapan sinis. Silva yang ditatap seperti itu semakin kesulitan menelan seolah salivanya berubah menjadi bongkahan batu besar.Namun dibalik rasa gugupnya, ia juga merasa sial hari ini. Ia Bahkan menggerutu kesal di dalam hati. Semua rencana yang ia susun bersama Tante Nina ternyata berantakan. Dirga tidak juga datang, dan yang mengejutkan, sosok yang justru muncul di kamar hotel adalah pria yang tak ia kenal.Mengingat dirinya yang sudah berdandan habis-habisan dengan pakaian minim merasa malu sekaligus frustasi. Ia berdiri mematung, menatap Ryan dengan wajah merah padam sementara pria itu terlihat santai, menyandarkan tubuhnya di lemari yang ada di kamar hotel sambil menyeringai.“Apa yang kau lakukan di sini, Silva?” Ryan akhirnya membuka suara, nada suaranya lebih ke arah mengejek daripada
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

44. Bodyguard tambahan

Di dalam rumah besar miliknya, Nina berjalan mondar-mandir di ruang keluarga dengan wajah memerah menahan amarah. Tangannya mengepal erat, sementara pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam kekesalan. Silva yang duduk di sofa hanya bisa menunduk diam, tak berani menatap Nina yang kini seperti bara api siap meledak kapan saja."Kau benar-benar tidak becus, Silva! Aku sudah susah payah menyusun rencana ini, tapi kau malah membuat semuanya berantakan!" Nina berseru dengan suara tajam, tatapannya penuh kekecewaan.Silva mencoba membela diri, meski suaranya terdengar lemah. "Tante, aku tidak tahu apa yang terjadi. Sepertinya situasinya berubah di luar kendali."Nina mendengus kesal, tangannya memukul meja kecil di depannya. "Tidak tahu? Itu alasanmu? Kau sudah kuberi semua petunjuk untuk melakukannya dengan sempurna, tapi lihat apa yang kau lakukan!"Silva terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Meski tidak menyebutkan apa yang sebenarnya terjadi di kamar itu, ia merasa malu dan bersalah ka
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

45. Gadis Pembuat Masalah

Langit sore mulai meredup ketika Dirga akhirnya tiba di rumahnya. Perjalanan dari kediaman kakeknya cukup melelahkan, tapi ia merasa lega karena percakapan dengan kakeknya berjalan sesuai harapan. Dirga melangkah masuk ke rumah dengan langkah tenang, membawa perasaan campur aduk yang harus ia sembunyikan dari Amora.Di ruang tamu, suara celotehan Aksa menyambutnya. Amora sedang bermain dengan bayi kecil mereka di atas matras mainan. Dirga langsung tersenyum, berusaha menyingkirkan segala kecemasan yang mengganjal di hatinya. “Hei sayang, papa pulang,” sapanya, sambil melangkah mendekati mereka.Amora menoleh dengan senyum lembut. “Kamu terlihat lelah mas. Apa semuanya baik-baik saja?” tanyanya, meskipun raut wajah Dirga tampak biasa saja. Dan ini yang tidak bisa Dirga lakukan, yaitu menyembunyikan perasaannya. Istrinya itu pasti akan bisa menebak apakah dirinya sedang baik-baik saja atau tidak.“Semua baik-baik saja,” jawab Dirga sambil menjatuhkan diri di sebelah mereka. Ia menggendo
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

46. Rasa Yang Aneh

Pria itu menatap Ryan dengan tatapan menantang, tetapi akhirnya melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Silva. "Terserah kau," katanya dengan nada meremehkan sebelum melangkah mundur dan kembali bergabung dengan kerumunan di lantai dansa. Ryan mengawasi pria itu hingga benar-benar pergi sebelum mengalihkan perhatiannya pada Silva.Silva masih terlihat bingung dan goyah, tubuhnya seperti kehilangan keseimbangan. Ryan menghela napas panjang, merasa ini adalah hal terakhir yang ingin ia lakukan malam itu. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada datar, tanpa menunjukkan emosi berlebihan.Silva mengangguk pelan, meskipun jelas dari raut wajahnya bahwa ia tidak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi. "Aku... aku tidak apa-apa," jawabnya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Namun, gerakannya yang gemetar dan langkahnya yang tak stabil membuktikan sebaliknya.Ryan mendekat, tangannya terulur untuk membantu menstabilkan tubuh Silva. "Kau mabuk," katanya dengan nada yang lebih
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

47. Kecupan atau Lumatan

Pagi itu, suasana taman di samping rumah Dirga terasa hangat dan penuh dengan tawa. Amora sedang duduk santai di bangku taman sambil memantau Aksa yang tengah bermain di pangkuan Kiara. Sinar matahari pagi menyentuh lembut wajah Amora, membuatnya tampak berseri. Sementara itu, Kiara dengan ekspresi ceria mencoba menghibur Aksa yang terus tertawa kecil dengan candaannya.“Lihat, Aksa! burung-burung kecil yang terbang di atas sana. Cantik kan?” ujar Kiara sambil menunjuk ke arah langit. Bayi mungil itu memandang dengan mata berbinar, seakan mengerti apa yang sedang dibicarakan.Amora tersenyum melihat interaksi keduanya. “Ra, kalau seperti ini terus, aku yakin Aksa bakal lebih sayang sama kamu daripada aku,” goda Amora sambil terkekeh kecil.Kiara membalas dengan senyuman lebar. “ih nggak mungkin lah, Amora. Dia kan tetap bayi kesayangan kamu. Dia pasti juga punya filling sama ibunya. Jangan asal ah.” ucapnya yang membuat Amora tertawa.Namun, di tengah suasana ceria itu, tiba-tiba suar
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

48. Sisi Lain Silva

Dirga baru saja kembali dari kantornya ketika ia mendapati sebuah pemandangan tak biasa di ruang tamu rumahnya. Dion dan Ryan sedang duduk bersama di sofa, berbicara santai. Dirga mengernyit heran, tak menyangka akan melihat Ryan di rumahnya. Kalau untuk Dion ia memang sudah mendapat kabar jika Dion sudah dikirim oleh kakeknya untuk stay di rumahnya. “Kalian sudah kenal?” tanyanya sambil melepas jas kerjanya dan melangkah masuk.Ryan menatap Dirga yang baru masuk ke dalam, "aku pikir kau ada di rumah, tapi ternyata kau berada di kantor, jadi Saat Aku berkunjung ke rumahmu untuk satu hal, aku bertemu dengan Dion." Dion tersenyum tipis, mengonfirmasi. Dirga mengangguk pelan, meski rasa herannya belum sepenuhnya hilang. “Baiklah, kalau begitu. Mari kita pindah ke ruang kerjaku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan kalian.”Ketiganya bergerak menuju ruang kerja Dirga yang terletak di sudut rumah. Ruangan itu nyaman dengan rak buku besar di salah satu dinding, meja kayu besar di t
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

49. Dion & Kiara

Malam di rumah Dirga begitu sunyi. Lampu-lampu di luar rumah sudah dimatikan, hanya menyisakan lampu taman yang temaram. Angin malam berhembus lembut, membawa suasana tenang ke seluruh sudut rumah. Di kamar utama, Amora dan Dirga masih terjaga. Mereka duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan selimut menyelimuti tubuh mereka, sementara tangan Dirga memeluk pundak Amora dengan erat.Amora menatap wajah suaminya dengan sorot mata yang penuh rasa khawatir. Ia mendesah pelan, mencoba menyusun kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya. “Mas,” ia memulai dengan suara lembut. “Apa menurut Mas semuanya akan baik-baik saja? Aku tahu Mas selalu mencoba meyakinkanku, tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan takut ini.”Dirga menunduk sedikit, menatap mata istrinya dengan penuh perhatian. “Kamu takut soal Mami?” tebaknya sambil mengusap punggung tangan Amora yang ada di pangkuannya.Amora mengangguk pelan. “Mami belum juga menerima aku. Bahkan setelah kita menikah, setelah Aksa lah
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

50. Olahraga Pagi

Sementara itu, Di dalam kamarnya yang temaram, Kiara duduk bersila di atas tempat tidurnya. Di tangannya, ponselnya masih menyala, menampilkan ruang obrolan dirinya dengan Dion. Tatapannya lekat pada layar, mengulang-ulang pesan terakhir yang mereka tukar. Perasaan aneh namun membahagiakan bergejolak di dadanya, seolah ada ribuan kupu-kupu beterbangan di sana.Kiara memejamkan mata, mencoba mengendalikan euforia yang meluap-luap. Ia sangat ingin berteriak histeris, meluapkan kebahagiaannya saat ini. Tapi ia tahu itu bukan ide yang bagus, terutama karena Bi Susi yang sudah tertidur. Sebagai gantinya, ia membekap mulutnya dengan bantal, menahan suara tawa kecil yang lolos dari bibirnya.Ia kembali menatap layar ponselnya, jari-jarinya menyusuri huruf-huruf pesan Dion yang begitu sederhana namun terasa penuh makna baginya. "Dia peduli padaku," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Kalimat itu terdengar begitu ajaib di telinganya, membuat senyum tak pernah lepas dari wajahnya.Tan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status