Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti CEO Arrogant / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Pengganti CEO Arrogant: Chapter 11 - Chapter 20

137 Chapters

Bab 11: Kedatangan Tamu

“Fandy!” pekik Riana, meronta mencoba menjauh dari Fandy, meskipun di lubuk hatinya ia tahu sekeras apa pun ia melawan, sia-sia.Meski status istri melekat padanya, Riana tak pernah menginginkan diperlakukan seperti ini oleh lelaki yang mengaku suaminya itu.“Jangan pernah berharap aku akan melepaskan kamu, Riana!” ucap Fandy penuh penekanan, dengan nada serak yang terdengar beringas.“Dan ingat! Aku tidak takut dengan ancaman Mama. Aku akan tetap kembali pada Citra setelah dia sudah kembali ke Indonesia. Aku hanya mencintainya!” Fandy melanjutkan dengan suara yang berbisik dingin, sebelum akhirnya menyatukan dirinya pada Riana tanpa peduli akan protes dan rasa sakit yang terlukis di wajah wanita itu.Riana menggigit bibir, menahan jeritan yang tertahan di tenggorokannya. Rasa sakit menusuk tubuhnya, namun Fandy tetap tak bergeming, memperlakukannya dengan kejam tanpa mempedulikan tangisan yang samar-samar terdengar di telinganya."Bedebah gila!" pekiknya, merasakan tubuhnya diguncang
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 12: Seperti Orang Asing

Dengan hati-hati, Riana mendorong meja berisi hidangan menuju ruang VIP. Ia melangkah masuk setelah mengetuk pelan, mencoba menyembunyikan gugup yang merayap di dalam hatinya.Ruangan itu terasa hangat dan dipenuhi dengan tawa kecil dan percakapan akrab di antara para pria yang sedang duduk di sana.“Permisi,” ucap Riana pelan, sebelum mendorong meja ke dalam ruangan. Senyum kecil ia bentangkan saat menyusun hidangan di atas meja untuk Satya."Terima kasih," Satya menatapnya dengan senyum lembut yang menenangkan, membuat Riana sedikit mengendurkan ketegangan dalam dirinya."Sama-sama," balas Riana dengan sopan.Herman, ayah dari Satya dan Fandy, menatapnya dengan senyum penuh kebapakan. "Riana, tetap di sini sebentar. Ini Satya, kakak iparmu," ucapnya memperkenalkan dengan nada penuh kehormatan.Satya menatap Riana dengan alis terangkat. Matanya penuh dengan rasa ingin tahu dan sedikit bingung. "Kok dia? Bukannya Citra? Aku baru lihat wajahnya sekarang. Namanya siapa tadi?" tanyanya s
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 13: Istrinya atau Pembantunya?

Malam sudah larut, jam berdentang dua belas, dan angin terasa dingin menusuk hingga ke sumsum. Di sudut gelap parkiran hotel, Riana duduk di atas jok motornya, bersiap pulang setelah jam kerjanya yang panjang.Pandangannya sejenak tertuju ke jalanan yang lengang, seolah mencari sesuatu di kejauhan, sebelum suara pelan memanggil namanya.“Riana?”Dimas muncul dari kegelapan, menghampirinya dengan langkah perlahan yang seperti menembus kabut malam. Wajahnya setengah tersenyum di bawah cahaya temaram.“Iya, Dimas?” Riana menoleh, memasang helmnya dengan gerakan anggun namun terburu.“HP kamu ketinggalan.” Dimas mengulurkan benda kecil itu, ponselnya, yang bersinar redup seperti memberi tahu hal penting yang tertunda.“Oh, astaga. Thanks, Dim,” sahutnya sambil meraih ponsel dari tangan Dimas. Jemari mereka hampir bersentuhan, dan ada jeda yang terasa lama—atau mungkin itu hanya di benak Dimas
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 14: Jangan Mencampuri Urusanku!

Lelaki itu, masih diliputi keangkuhan yang kental, menatap Riana yang tengah sibuk dengan masakan di dapur. “Buatkan aku sup pereda pengar. Sup tauge,” titahnya, nadanya datar, nyaris tanpa ekspresi.“Ya,” jawab Riana pendek. Kata-katanya tercekat, hanya sepatah dua yang keluar, seakan menyimpan seluruh perasaan yang mendidih di dalam.Fandy memandang punggung Riana, ada sesuatu yang ganjil yang tak bisa ia abaikan. Wajah Riana yang keras kepala dan teguh seolah menantang untuk dikenal lebih dalam, tetapi harga dirinya terlanjur menahannya.“Riana!” panggil Fandy dengan suara yang nyaris dingin.“Ya?” sahut Riana lagi, suara yang terkesan acuh, sekilas menusuk ke relung keangkuhan Fandy.“Jangan dekat-dekat Kak Satya,” ujarnya pelan namun tegas, mengabaikan tatapan penuh kecurigaan Riana. “Dia bukan orang sembarangan, dan kamu harus tahu… dia tidak menyukai perempuan seperti k
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 15: Memanggil nama Citra

Pagi tiba dengan warna-warna lembut yang mengintip di antara gorden jendela. Dengan hati yang setengah ragu, Riana berdiri di dapur, memasak sup untuk Fandy, mencoba mengusir sisa mabuk yang melekat padanya."Aku akan berhenti jadi istri Fandy setelah Citra kembali," bisiknya pada dirinya sendiri, suara yang bergetar oleh keraguan. "Tapi... bagaimana jika Mama tidak setuju? Apakah selamanya aku akan terjebak dalam bayang-bayang wanita yang tak pernah kulihat?"Suara langkah berat di belakangnya menghentikan pikirannya. Fandy berjalan mendekatinya, tatapan datar menghiasi wajahnya, sisa malam tadi masih tampak di garis-garis wajahnya. "Apa yang sedang kamu buat?" tanyanya, suaranya rendah, nyaris tanpa emosi."Sup pereda pengar, untukmu," jawab Riana, suaranya terdengar lebih dingin dari udara pagi, dan pandangannya terarah lurus ke panci sup.Fandy menghela napas, perasaan yang terpendam menyelimuti suasana. "Aku akan mandi," ucapnya sebelum beranjak perg
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 16: Pulang Sekarang juga!

Kalimat itu meluncur tajam, mengguncang dinding hati Fandy yang rapuh. Hatinya berdebar, namun ia tak mampu berkata-kata.Ia hanya bisa menatap Riana, melihat bagaimana setiap kata yang diucapkan Riana mengiris hatinya sendiri.“Jika memang hati dan pikiranmu hanya untuk Citra, maka jangan pernah menyentuhku lagi, Fandy. Aku akan memberi tahu Mama jika kau mengulangi kesalahan yang sama.”Riana menyelesaikan kalimatnya, nadanya tegas, namun di balik ketegasan itu, ada retakan kecil yang membuat suaranya bergetar.Dengan tegar, Riana berdiri, mengakhiri sarapannya dan meninggalkan meja, sementara Fandy duduk membeku, tenggelam dalam rasa bersalah yang mulai menggelayut di hatinya.Di dalam dirinya, pertanyaan itu bergema: Apakah ia bisa melepaskan bayangan Citra yang terus membayanginya? Fandy menyandarkan wajahnya ke telapak tangan, merasakan beban yang tak kunjung berkurang.**Di The Spring Hotel, setelah perjalanan panj
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 17: Belum bisa Mencintai

Riana menggerutu kesal. “Dasar, pria aneh!” serunya sebelum memasang helm. Ia melaju pulang, memikirkan dengan penuh tanda tanya mengapa Fandy tiba-tiba memintanya segera pulang.Sesampainya di rumah, ia membuka helm dan jaket, lalu melangkah masuk sambil menenteng kantong plastik belanjaan. Di ruang tengah, Fandy sudah menunggunya, duduk di sofa dengan tatapan yang sulit diartikan.“Ada apa?” tanyanya singkat.Fandy menatapnya datar, tanpa menjawab, hanya menyuruhnya menyimpan belanjaannya dulu. Riana mendengus kecil, lalu menuju dapur. “Nyuruh-nyuruh cepat pulang, tapi pas sudah sampai malah menyuruh simpan belanjaan dulu,” gumamnya.Sepuluh menit kemudian, Riana kembali ke ruang tengah, melihat Fandy masih duduk dengan ekspresi yang tak berubah. Kali ini, ia duduk di sofa di sampingnya.“Ada apa?” ulangnya, lebih tegas.Fandy menepuk sofa di sampingnya, meminta Riana duduk lebih dekat. Tatapannya serius, mengintip langsung ke kedalaman mata Riana, seolah ada yang ingin ia cari di s
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 18: Sudah Melupakan Citra

Riana tertawa pendek, terkekeh. "Hah? Dari mana kesimpulan itu, Fandy? ‘Baiklah kalau begitu’ artinya aku paham, bukan berarti aku setuju untuk menuruti keinginanmu."Fandy menelan ludah, sedikit terintimidasi tapi juga tak ingin menyerah. “Jadi... kamu menolaknya lagi?”Riana mengangkat bahunya, ekspresinya tak terpengaruh. "Aku tidak bilang begitu juga.”Namun, tanpa peringatan, Fandy mendekat, menarik tubuh Riana ke pelukannya, meraup bibirnya. Riana terperangah, tapi tidak sempat menolak. Fandy semakin agresif, tangannya berusaha membuka daster yang dikenakan Riana."Jangan bermain-main denganku, Riana," bisiknya kasar. "Kamu sudah terlalu lama mengulur waktu."Riana terpaksa membiarkan Fandy melakukan kehendaknya, meskipun pandangannya tetap dingin, seperti dinding batu yang tak bisa ditembus. Di tengah rasa sakit, amarahnya makin membara, dan dengan nada lirih, ia berkata, "Munafik!"Fandy yang sedang menikmati tubuh istrinya, mendongak, "Apa kamu bilang?"Riana menggeleng denga
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 19: Dilarang Pacaran

“Sepertinya dia benar-benar sudah melupakan Citra.” Senyum miring terukir di bibir Riana, senyum yang tak sepenuhnya bahagia, lebih mirip pahit yang terpaksa tertelan.“Lalu, kalau memang iya, aku harus mencintainya? Oh, no! Sampai kapan pun nggak akan pernah melakukannya!” bisiknya tegas, seperti sumpah yang diucap pada hatinya sendiri.Ada bara kecil yang tertahan di dada Riana. Bukan api cinta, melainkan bara dendam yang belum padam atas semua luka yang ditinggalkan Fandy.Di pikirannya, yang terbersit hanya cara untuk bicara pada Mama Yuni, meminta izin agar bisa segera pergi meninggalkan lelaki yang, baginya, tak pernah benar-benar menjadi suaminya.Betapa sulitnya, ia tahu, namun perih yang ia telan sebulan terakhir ini sudah cukup. Fandy hanya memperlakukan baik di hari kemarin dan hari ini, seolah lelaki itu ingin menghapus segala luka dengan dua hari kebaikan.Riana membawa sepiring sandwich dan menaruhnya di depan Fandy yang sudah menunggu di meja makan.“Terima kasih, untuk
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 20: Pribadi yang Elegan

Matanya langsung tertuju kepada Riana yang tengah memperlihatkan tatapan datarnya. Ia pun menghela napas panjang untuk memulai breafing di pagi hari itu.“Selamat pagi, semuanya. Hari ini kita akan kedatangan tamu dari Amerika Serikat yakni rekan kerja kakak saya di sana. Pemilik hotel bintang lima juga dan sudah berdiri sejak dua puluh tahun lamanya. Untuk itu, hari ini kalian bersih-bersih, untuk bagian koki, nanti ada breafing kedua dengan kepala koki.“Ada banyak hidangan yang diminta oleh Mr. Robert. Ingin mencicipi makanan khas Indonesia dari berbagai daerah yang akan dia distribusikan juga di sana. Semoga sukses dan bisa bekerja sama dengan beliau.“Untuk itu, mohon kerja samanya dan jangan lupa jaga kebersihan, sopan satun dan ramah tamah seperti halnya Indonesia dikenal sebagai salah satu negara teramah.”Fandy mengakhiri breafing-nya. Ia kemudian menatap Riana yang tengah mendengarkan obrolan para karyawannya.“Riana. Ke ruangan saya sebentar!” ucapnya kemudian pergi dari ru
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status