Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti CEO Arrogant / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Istri Pengganti CEO Arrogant: Chapter 51 - Chapter 60

137 Chapters

Bab 51: Nikmati Saja, Riana

“Heuh? Sampai segitunya, trauma itu? Memangnya tidak bisa diobati sampai segitunya?” tanya Riana, suaranya terdengar seperti desau angin yang membawa serpihan kebingungan dan penasaran sekaligus.Matanya menyipit sedikit, menatap Fandy dengan tatapan yang seperti ingin menguliti setiap rahasia yang tersimpan di balik raut wajahnya.Fandy menghela napas kasar, sebuah tarikan napas panjang yang terasa berat, seperti memikul beban bertahun-tahun di pundaknya. “Kamu tahu, kenapa Papa sering ke luar negeri?” tanyanya, namun lebih seperti pernyataan yang menggantung di udara.“Karena menemani Kak Satya berobat. Satu lagi, Mama tidak tahu hal ini. Jadi, jangan pernah kamu tanyakan hal ini kepada Mama.”Sejenak, hening menyelimuti ruangan, hanya terdengar detak jam dinding yang mengiringi langkah waktu. Riana mengerutkan kening, tanda bahwa rasa penasaran telah menguasai dirinya.“Ya sudah, kalau begitu kamu kasih tahu aku aja biar aku nggak penasaran.” Nada suaranya terdengar kekeuh, seperti
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 52: Dipikir Fandy akan Tergoda

Jantungnya berdebar seperti drum perang, memukul-mukul tulang rusuknya tanpa ampun. Pemandangan di hadapannya membuatnya terpaku: Mila, sekretaris Fandy, tengah sibuk mengatur makanan di atas meja dengan gerakan yang terlalu lembut untuk sekadar tugas profesional.Mila yang tidak menyadari siapa sebenarnya Riana, menatapnya dengan pandangan dingin yang tajam, seperti belati yang menusuk tanpa ragu.Wanita itu segera melangkah mendekat, posturnya tegak dengan aura otoritas palsu yang mencolok.“Ada apa ke sini? Tidak mengetuk pintu dulu! Punya etika, tidak?” bentaknya dengan suara tinggi yang mengisi ruangan. “Mengganggu saja! Keluar!” Mila menunjuk pintu dengan dramatis, seolah dirinya yang berkuasa.Riana menghela napas panjang, berusaha menahan amarah yang mendidih di dalam dadanya. Matanya mengedar ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan Fandy yang entah menghilang ke mana.Namun, kecurigaan mulai merayap ke dalam pikirannya, seperti kabut tebal yang mengaburkan kepercayaan yang b
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 53: Mengembalikan Suhu Tubuh Viona

Tak lama kemudian, Fandy kembali masuk ke ruangan, menyapu pandangannya ke arah Riana yang kini sudah bersandar malas di kursi.Tanpa banyak bicara, ia menggenggam tangannya lagi dan membawanya menuju kamar privasi di dalam ruangan itu.“Selamat makan, Riana. Jangan lupa berdoa dulu,” ucap Fandy sambil tersenyum tipis, menunjuk meja yang sudah penuh dengan makanan.Riana menggaruk rambutnya, kebingungan harus memilih makanan yang mana lebih dulu. Perutnya yang keroncongan akhirnya memaksa tangannya meraih sepotong pizza dengan topping keju yang meleleh sempurna.“Terima kasih, Fandy,” gumamnya pelan sebelum menggigit makanan itu. Rasanya seperti ledakan kecil keju dan saus tomat yang mengalir di lidahnya.Fandy tersenyum, menatap Riana dengan ekspresi lembut yang langka. “Sebagai permintaan maafku. Jangan marah-marah lagi, apalagi berpikiran yang aneh-aneh.”“Heuummm…” Hanya gumaman samar yang keluar dari bibir Riana, lebih sibuk menikmati makanannya daripada menanggapi.Fandy menggele
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 54: Jangan Menjebakku lagi!

Fandy tak menjawab. Ia tengah menikmati kulit sintal yang sedari tadi ia ciumi itu. Agar Riana bisa segera mengakhiri panas yang dia alami akibat obat perangsang tersebut.Ia kemudian merayap, menyusuri setiap inci tubuh Riana. Menggerayangi tubuh perempuan itu dengan puas. Menciumi kulit putih dengan leluasa.Kemudian ciumannya turun ke bawah, meningalkan jejaknya di dada perempuan itu kemudian menyesap satu persatu pucuk merah muda yang selalu menjadi candu Fandy.“Euughh ….” Spontan Riana membusungkan dadanya karena permainan yang dimainkan oleh lekaki itu kepadanya.“Fandy!” raung Riana kemudian menjambak rambut lelaki itu karena isapan Fandy yang sangat mematikan.Tidak pernah ia dapatkan perlakuan lembut dan nikmat ini selama menjadi istri Fandy. Baru di malam itu dia mendapatkannya.“Enjoy, Riana. Aku akan segera mengeluarkan puncak kamu. Setelah itu, semuanya pasti akan selesai. Tubuhmu tidak akan terasa panas lagi,” ucap Fandy kemudian melorotkan dirinya di bawah sana.Mulutny
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 55: Mungkin sudah Dipecat

Fandy menghela napas berat. "Aku tidak pernah melakukan itu, Riana. Aku akan interogasi Mila karena sudah memasukan obat itu ke dalam minumanku. Kamu jangan khawatir, kalau kamu mau ... aku akan memecatnya."Riana mengendikan bahunya. "Kalau menurut kamu dia adalah boomerang, silakan saja. Tapi, bukankah ada perempuan yang jauh lebih berbahaya dari Mila? Yang hingga saat ini mungkin masih bersarang di hati kamu?"Fandy berdecak pelan. "Setelah apa yang sudah aku lakukan padaku, kamu malah membahas hal itu. Bisa, untuk jangan membahas dia?" ucapnya dengan nada kesal.Riana mengerutkan keningnya. 'Kenapa dia malah marah-marah? Apakah dia memang sedang ingin melupakan Citra? Atau ... takut dipecat jadi anak oleh Mama Yuni?'Riana menghela napas kasar. "Terima kasih, sudah membantuku menghilangkan suhu panas di tubuhku, Fandy. Kalau bukan karena kamu, mungkin aku sudah mati konyol," ucapnya mengalihkan pembahasan.Fandy menghela napas pelan. "Sama-sama. Maafkan aku juga, karena sudah membu
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 56: Harus Berhati-hati

“Kamu tahu kan, risiko apa yang akan kamu terima setelah kejadian ini?” tanyanya seraya menatap Mila yang sedari tadi menunduk, tak kuasa melihat Fandy lantaran takut.“Sekali lagi saya minta maaf dan saya akan menerima konsekuensinya, Pak,” ucapnya pasrah.Fandy kemudian menghubungi seseorang agar masuk ke dalam ruangannya. “Ditunggu sekarang juga!” Ia kemudian duduk di kursi pimpinannya sembari membuka laptopnya. “Karena kemauan istri saya, kamu tidak akan saya pecat. Tapi, dia tidak ingin kejadian ini terulang kembali. Untuk itu, kamu saya pindahkan ke devisi umum di lantai bawah. Jadi sekretari Bu Sinta.”Fandy memindahkan Mila ke devisi umum sebab tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Bukan hanya karena tidak ingin menyentuh perempuan itu. Tetapi ia juga takut Riana mengadu kepada mamanya yang mana ia akan mendapat cacian lagi dari mamanya itu.“Ya?” Rafa—seorang sekretaris pribadi Sinta yang tak lain adalah sahabatnya juga. Datang menghampiri Fandy kemudian menatap Mila
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 57: Akhirnya ada Kabar juga

Fandy menghela napasnya dengan pelan. “Karena di malam itu gue mabuk berat sampai salah masuk kamar. Saat itu Riana lagi membersihkan kamar dan … dan gue eksekusi dia di malam itu juga. Lebih tepatnya gue memperkosa Riana saat itu.”Rafa menganga mendengarnya. Ia kemudian menutup mulutnya lagi setelah sadar atas keterkejutannya terhadap Fandy yang bisa-bisanya salah masuk kamar dan memperkosa Riana.“Mungkin jodoh elo emang diubahnya secara dadakan. Makanya salah masuk kamar dan memperkosa Riana. Atau mungkin, elo emang udah lama ngincer itu perempuan?” Rafa malah mencurigai Fandy bila dirinya ada hati kepada Riana.Fandy lantas menatap datar wajah sahabatnya itu. “Gue nggak kenal dia sama sekali. Baru kurang lebih setengah tahun kerja di sini bahkan gue nggak nyangka akan menjadi suaminya, Rafa!” jelasnya karena tidak ingin dianggap aji mumpung kemudian memperkosa Riana agar mau ia nikahi.Rafa menggaruk pelipisnya dengan pelan. “Gue pikir elo udah tahu kalau Citra sakit. Akhirnya nya
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 58: Pesan Manis dari Satya

Namun, baru saja Riana hendak membuka pesan tersebut, Fandy menghubunginya. Riana lantas memutar bola matanya dengan pelan seraya menerima panggilan tersebut."Heung?" jawabnya malas. "Ada apa?" tanyanya pelan."Sudah sampai?" tanyanya kemudian. "Seharusnya sih sudah. Kamu sudah tidak ada di rumah soalnya.""Heuh? Maksud kamu? Kok kamu tahu kalau aku sudah tidak ada di rumah?" tanyanya penasaran mengapa lelaki itu tahu kalau dia sudah tidak ada di rumah.""Sudah. Baru sampai, ini lagi jalan ke ruang kerja aku. Kenapa? Mau nyuruh sekretaris kamu beliin makanan lagi?""Nggak. Sekretarisnya sudah aku ganti, Rafa. Sepertinya dia lebih baik daripada Mila. Nanti jam dua belas aku hubungi lagi."Riana menghela napasnya dengan pelan kemudian menatap perempuan yang tengah berdiri menatapnya di seberang sana. 'Mila? Ngapain itu orang di sana lihatin aku kayak gitu?' tanyanya dalam hati.Ia kemudian menutup panggilan tersebut dan mengambil ID card kerjanya dan menempelkan di mesin absen sebagai p
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 59: Menyiapkan Makan Malam

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam, dan udara terasa semakin berat oleh senyap yang menggantung. Di kamar yang beraroma lembut lavender dari lilin aromaterapi, Riana berdiri terpaku.Pandangannya kosong, seolah pikirannya tengah berlayar jauh di samudra kenangan yang tak berujung. Jemarinya yang lentik sibuk meluruskan kerutan sprei, namun pikirannya tenggelam dalam pusaran pesan yang tadi dikirimkan oleh Satya."Dunia ini memang penuh misteri," gumamnya, hampir tak terdengar.“Lagi ngelamunin apaan?” tegur Dimas, suara beratnya membuyarkan lamunannya. Pria itu baru saja mengantarkan makanan ke kamar tamu sebelah, dan kini berdiri di ambang pintu, menatap Riana dengan ekspresi ingin tahu."Dimas?" panggil Riana akhirnya, setelah sekian detik yang terasa seperti menit."Heum? Lapar?" tanyanya, nada suaranya lembut seperti angin malam yang membelai dedaunan.Riana menghela napas panjang, seolah menyingkirkan beban berat dari dadanya. Tatapannya bertemu dengan Dimas, tapi ada kabut
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 60: Kaya Raya

Tanpa berkata apa-apa, Riana bangkit dari posisinya. Maya, yang sudah sejak tadi membaca suasana, berdiri di sampingnya. Mereka berjalan beriringan keluar ruang kerja, langkah kaki mereka bergema pelan di lorong panjang yang dingin.“Marah nggak sih, Riana?” tanya Maya, suaranya terdengar seperti keluhan halus yang menggantung di udara.Riana menggeleng cepat, seperti ingin menepis bayangan buruk. “Nggak ada. Dia nggak berhak marahin kita hanya karena telat lima belas menit.” Nada bicaranya datar, namun ada jejak ketegasan yang sulit disangkal.Maya menghela napas kasar, seolah ingin mengusir rasa kesal yang menggumpal di dadanya. “Lagian kamu aneh. Pak Fandy udah berusaha baik, malah kamu cuekin.”Riana melirik Maya, tatapannya tajam namun tak sepenuhnya dingin. “Bukan dicuekin,” jawabnya pelan, seperti membela dirinya sendiri di hadapan bayangan. “Aku nggak mau aja larut dalam sikap baiknya dia. Belum tentu benar kalau dia memang mencintai aku.”Maya menepuk bahu Riana dengan lembut,
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status