Riana mengerutkan keningnya, wajahnya berubah sedikit kesal. “Memangnya kenapa? Ini bukan hotel, Pak. Tapi, tempat umum!” katanya, suaranya tak bergetar, namun ada api kecil yang menyala di balik setiap katanya.Dimas segera menepuk lengan Riana, isyarat halus untuk menahan diri. “Jangan bicara seperti itu,” bisiknya, suaranya rendah namun penuh ketegasan. “Meskipun ini bukan di hotel, beliau tetap bos kita,” tambahnya, berusaha memperingatkan Riana dengan lirikan tajam dan penuh kekhawatiran.Riana mendesah pelan, lalu memperhatikan Dimas yang kini bangkit dari tempat duduknya dan berhadapan dengan Fandy. Fandy berdiri di sana dengan wajah datar, tatapannya tajam namun tanpa emosi, seperti patung pualam yang dingin dan tak bisa disentuh.“Kami minta maaf, Pak. Tapi, betul apa yang dikatakan oleh Riana. Ini bukan di hotel, dan Anda jangan salah paham karena kami tidak memiliki hubungan apa pun,” ucap Dimas, suaranya mantap dan tenang. “Saya masih ingat dengan aturan di hotel, Pak Fa
Terakhir Diperbarui : 2024-11-12 Baca selengkapnya