“Silakan, Riana. Kamu mau tanya apa?” jawab Herman dengan senyum tenang, jemarinya menyusuri tepian cangkir kopi yang ada di hadapannya. Ia tampak santai, namun ada kilatan rasa ingin tahu di matanya.Riana menghela napas panjang, seperti sedang menyiapkan hatinya untuk sebuah percakapan yang mungkin akan membuka luka atau misteri. “Mereka, Kak Satya dan Mas Fandy … adik-kakak kandung, kan?”Herman tertawa kecil, suara tawanya bergema lembut di ruang yang terasa hangat. “Ya iyalah, Riana. Satya anak pertama kami. Satu bulan setelah kami menikah, Yuni hamil. Sembilan bulan kemudian melahirkan, dan kami beri nama Satya Pramudia. Tiga tahun kemudian, lahirlah Fandy Pramudia, yang sekarang menjadi suamimu. Kenapa kamu tanya itu, heum?”Riana tersenyum kecil, lebih kepada dirinya sendiri. Ia meringis pelan, seolah malu dengan pertanyaan yang ia lontarkan. “Hanya ingin tahu saja, Pa. Dan aneh saja, karena sifat mereka beda.”“Ah, tidak terlalu beda sebenarnya,” Herman menjawab sambil bersan
Last Updated : 2024-11-17 Read more