Yuni mengangguk pelan, gerakan kepalanya seperti angin yang menggoyangkan ranting kecil. “Yang penting kalian tidak memilih negara Singapura, tak apa,” lanjutnya, suara lembutnya kini dilapisi ketegasan seorang ibu yang sedang menjaga keluarganya dari bahaya.“Silakan pergi. Jangan jauh-jauh dari Fandy. Jangan sampai anak itu diam-diam pergi ke Singapura.” Ia berhenti sejenak, matanya menyipit, menyiratkan pikiran yang dalam. “Kalau bisa, pergi ke negara Eropa saja. Jangan di negara Asia.”Suasana di ruang makan menjadi lebih sunyi, hanya suara kecil mangkuk yang digeser Riana terdengar, seperti bisikan dalam keramaian.Di dalam hatinya, Yuni merasa gelisah. Ia tahu Fandy, anaknya, bukan pria yang mudah ditebak. Ia juga tahu tentang Citra, wanita yang pernah menjadi bagian dari hidup Fandy.Yuni memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan ketenangan dalam dirinya, lalu membuka kembali matanya dengan tekad yang membara.Ia tidak ingin Fandy menemui Citra secara diam-diam, tidak ingin bayan
Terakhir Diperbarui : 2024-11-28 Baca selengkapnya