Semua Bab Istri Pengganti CEO Arrogant: Bab 61 - Bab 70

139 Bab

Bab 61: Sampai Kapan akan Bertahan

Riana hanya mengangguk pelan, senyumnya tipis bagai kabut yang melayang di atas permukaan pagi. Ia tahu arah pembicaraan yang akan diurai Fandy, seperti jalinan benang yang sudah terlalu sering disentuh.Apa lagi kalau bukan soal pemindahan jabatan dan serangkaian makan siang, sore, hingga malam yang disiapkan khusus bagi para karyawan.Lima belas menit berlalu dalam keheningan yang mengalir tenang. Riana menyelesaikan suapan terakhir makan malamnya, kemudian menatap Fandy yang masih duduk teguh di seberang meja, seperti gunung yang menolak runtuh. Matanya terfokus pada sesuatu yang entah apa, namun jelas menyimpan tanya.“Mau bahas apa?” suara Riana lirih namun tajam, mengiris keheningan seperti bilah pisau di permukaan kaca.Fandy menghela napas pelan, napas yang terasa lebih berat dari udara malam yang pekat. Ia menatap Riana, tatapannya dalam dan penuh rahasia, seperti samudra yang menyembunyikan ribuan kapal karam. “Kalau bicara di sini, kamu nggak keberatan orang-orang tahu kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

Bab 62: Apa yang Yuni Lakukan?

Di balik wajah tegar Riana, hatinya bergemuruh seperti laut yang tak pernah diam. Ia bingung harus melangkah ke mana.Ia sudah berjanji pada Yuni untuk tidak meninggalkan Fandy. Tapi ia juga sudah menetapkan dalam dirinya, bila Citra kembali, ia akan pergi. Tidak ada tempat untuk dirinya di hati Fandy, begitu ia percaya.“Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu?” suara Maya pelan namun menusuk, seperti nyala lilin yang mencoba menembus kabut gelap. “Kalau ternyata Pak Fandy benar-benar cinta kamu dan melupakan Citra, kenapa harus meninggalkannya?”Riana hanya mengedikkan bahu, gerakannya pasrah namun penuh beban. “Aku mau kerja, May. Pusing kalau mikirin rumah tanggaku.”Ia mengambil kemoceng dan handuk kecil, langkahnya menjauh seperti seseorang yang melarikan diri dari kenyataan yang terlalu berat untuk dihadapi.Di balik gerak-geriknya yang tenang, ada ribuan pertanyaan yang tak terjawab, ribuan luka yang ia sembunyikan di balik senyumnya yang palsu.**Jam di dinding telah menunjuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 63: Menjual Nama Riana

Riana buru-buru mengusap lengan mertuanya dengan lembut, mencoba meredakan badai yang mulai mengamuk di depan matanya.“Sabar, Ma. Jangan marah lagi ke Mas Fandy. Nanti yang kena imbasnya saya karena selalu mengadu pada Mama.” Nada Riana memohon, matanya memancarkan ketulusan yang penuh harap.Yuni mengembuskan napas dengan kasar, seolah ingin menghempaskan amarahnya ke udara. “Baiklah. Mama tidak akan memarahi anak sialan itu lagi,” katanya, meskipun suaranya masih penuh dengan bara yang belum sepenuhnya padam.“Iya, Ma. Mas Fandy sudah berubah jadi lebih baik kok, Ma. Mama tenang saja,” ujar Riana, mencoba menenangkan suasana.“Heuh? Jadi baik? Kamu yakin?” tanya Yuni, keraguan tergambar jelas di wajahnya, seperti awan mendung yang enggan menghilang.Riana mengangguk pelan. “Sudah dua hari ini sikapnya jadi baik. Berubah hampir seratus delapan puluh derajat.”Tapi kemudian, kepala Riana sedikit meneleng, pikirannya melayang jauh. ‘Isshh … emang, yaa. Dia nggak akan berubah seratus pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 64: Dapat Promosi

Yuni mengangguk pelan, gerakan kepalanya seperti angin yang menggoyangkan ranting kecil. “Yang penting kalian tidak memilih negara Singapura, tak apa,” lanjutnya, suara lembutnya kini dilapisi ketegasan seorang ibu yang sedang menjaga keluarganya dari bahaya.“Silakan pergi. Jangan jauh-jauh dari Fandy. Jangan sampai anak itu diam-diam pergi ke Singapura.” Ia berhenti sejenak, matanya menyipit, menyiratkan pikiran yang dalam. “Kalau bisa, pergi ke negara Eropa saja. Jangan di negara Asia.”Suasana di ruang makan menjadi lebih sunyi, hanya suara kecil mangkuk yang digeser Riana terdengar, seperti bisikan dalam keramaian.Di dalam hatinya, Yuni merasa gelisah. Ia tahu Fandy, anaknya, bukan pria yang mudah ditebak. Ia juga tahu tentang Citra, wanita yang pernah menjadi bagian dari hidup Fandy.Yuni memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan ketenangan dalam dirinya, lalu membuka kembali matanya dengan tekad yang membara.Ia tidak ingin Fandy menemui Citra secara diam-diam, tidak ingin bayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 65: Jangan Sentuh Aku!

Tawa kecil Dimas terdengar, nyaring namun lembut. “Aku, kamu, dan Maya sedang dipromosikan, Riana. Katanya, mulai bulan depan diumumkan.” Nada bahagia menghiasi setiap kata yang ia ucapkan, seperti seorang anak kecil yang berbagi kabar baik.Riana meringis kecil, senyum ragu menghiasi wajahnya. “Tahu dari siapa, kita naik jabatan?” tanyanya dengan nada ingin tahu yang hampir seperti bisikan.“Ada di papan pengumuman, Riana. Sepertinya kamu belum melihatnya, padahal kamu lewati tadi.”“Hehe. Iya, Dim. Nggak ngeuh aku. Nggak ada yang aneh-aneh kan, kita akan naik jabatan?” tanyanya, masih mencoba memastikan seperti seseorang yang takut ada jebakan tersembunyi.Dimas menggeleng pelan. “Untuk saat ini tidak ada. Semoga tidak ada sampai seterusnya.”Riana menghela napas lega, suara tarikan napasnya terdengar seperti angin yang menyerah di tengah malam. Ia menatap Dimas sekali lagi. “Pak Fandy yang memerintahkan untuk menempel pengumuman itu?” tanyanya memastikan, nada suaranya seperti sedan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 66: Jangan Takut

“Kamu di mana?” Suara Satya terdengar tegas, nyaris seperti lonceng peringatan di ujung telepon.“Di rumah. Ada apa, Kak?” jawab Fandy, nada suaranya penuh kebingungan.“Ke sini sekarang juga. Riana jatuh pingsan,” ucap Satya dingin sebelum menutup panggilan tanpa menunggu jawaban.Fandy terdiam sesaat, darahnya seperti berhenti mengalir. Napasnya tersendat, tapi ia segera tersadar. Dengan gerakan terburu, ia meraih kunci mobil. “Apa karena kecapekan? Padahal tadi dia terlihat segar bugar,” gumamnya seraya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.Angka di speedometer terus naik. Jalanan di depannya terasa seperti bayangan kabur, namun pikirannya hanya tertuju pada Riana. “Semoga ini tidak serius,” bisiknya pada dirinya sendiri, meski detak jantungnya berdegup tak karuan.Lima belas menit berlalu, dan akhirnya ia tiba di hotel. Dengan langkah panjang, Fandy bergegas menuju ruang kerja Satya, tempat Riana dibawa setelah ditemukan pingsan. Ia membuka pintu dengan satu gerakan tegas.Cklek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 67: Jangan Ikut Campur!

Senyum Satya berubah menjadi sesuatu yang dingin, nyaris berbahaya. “Apa pun itu, yang jelas dia akan menyesal karena sudah mengganggu kamu sampai membuatmu pingsan.”Fandy menggaruk-garuk kepalanya, bingung sekaligus gelisah. “Kak. Tapi, dia tamu kit—”“Diam, kamu!” bentak Satya, memotong ucapan Fandy. Suaranya menggelegar, seperti petir yang menyambar di malam yang gelap.“Riana tidak akan memiliki trauma seperti ini kalau bukan karena kecerobohan kamu. Aku pemilik hotel ini. Mau aku apakan tamu gila itu, terserah aku. Jangan ikut campur kalau kamu masih ingin jadi bagian dari hotel ini!”Sementara itu, di meja resepsionis, seorang pria dengan ekspresi licik sedang melontarkan keluhan. “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Pak. Untuk orangnya, masih Anda ingat?” Resepsionis mencoba menjaga nada sopannya, meski tahu ada sesuatu yang tidak beres.Lelaki itu, dengan nada penuh manipulasi, mulai mengadu. Ia menyebut Riana tidak mau membantunya, bahkan memfitnah perempuan itu untuk membang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 68: Lapor Polisi

Sementara itu, di dalam ruangan Satya, hawa tegang terasa menyengat. Satya memijit pelipisnya dengan gusar, pikirannya berkecamuk seperti badai yang sulit dikendalikan.“Laporan macam apa itu? Mencari pembelaan dengan mengadu seperti anak kecil! Dia pikir, Riana itu karyawan biasa yang bisa dia hina sesuka hati? Bisa-bisanya dia memfitnah setelah hampir memperkosa!” suara gerutunya bergetar, penuh dengan kemarahan yang hanya ditahan oleh sisa-sisa kesabarannya.Di sisi lain, Riana duduk kaku. Wajahnya pucat, seolah segala warna kehidupan menguap dari kulitnya. Jemarinya memainkan ujung baju dengan gelisah, tetapi matanya tetap terpaku pada lantai.Fandy, yang berdiri di dekatnya, menghela napas berat sebelum membuka mulut. “Riana. Kamu yakin, kalau dia mau memperkosa kamu? Kok laporan dia seperti itu?” tanyanya dengan suara pelan, tetapi jelas terdengar keraguan di baliknya.Satya menoleh dengan cepat, matanya menyorot seperti elang yang siap mencabik-cabik mangsanya. “Fandy! Kamu lebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Bab 69: Kecurigaan Dimas

Satya hanya menghela napas panjang, tangannya terangkat untuk menggaruk alis. Ia tidak terpengaruh oleh provokasi murah itu, tetapi kejengahan jelas terlihat di wajahnya.Dalam hatinya, ia sempat merenung. Fandy mungkin seperti itu. Tapi aku? Tidak. Bahkan menyentuh perempuan saja aku sudah tidak sanggup.Pandangan Satya melirik Riana yang duduk diam di sudut ruangan, matanya penuh luka yang tersembunyi. Tapi kenapa dengan Riana semuanya terasa baik-baik saja? Apakah aku sudah sembuh? Pikirannya berputar, mencari jawaban atas perasaan yang tiba-tiba muncul.Namun ia segera membuang jauh pikiran itu. Riana adalah adik iparnya, dan Fandy sudah berjanji akan menjadi suami yang baik untuknya—meski semua itu sekarang tampak seperti janji kosong.Lima belas menit berlalu, sirine polisi terdengar dari luar. Orang-orang di hotel mulai berkerumun, bisik-bisik memenuhi lorong. Banyak yang mengira bahwa Riana-lah yang akan dibawa ke kantor polisi.“Selamat malam,” sapa seorang petugas, suaranya t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Bab 70: Terlalu Berlebihan

Maya menelan salivanya pelan, matanya menyipit seolah mencoba membaca pikiran Dimas. Setelah beberapa detik terdiam, ia berkata dengan nada yang lebih serius, “Tidak mungkin, Dimas.” Suaranya tegas namun tetap lembut.“Pak Satya hanya membela mana yang benar. Kalau bukan Riana yang difitnah, siapa pun yang ada di posisi itu pasti akan dibelanya. Dia punya hati dan perasaan, Dimas. Dia tidak pernah membiarkan ketidakadilan terjadi di depan matanya.”Dimas mendesah panjang, seolah membiarkan kata-kata Maya meresap ke dalam benaknya. “Tapi di hotel lain, biasanya karyawan yang seperti Riana sudah pasti dipecat, apalagi kalau ada masalah dengan tamu. Pak Satya malah turun tangan sendiri. Itu yang bikin aku heran,” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desau pendingin ruangan.“Itu karena Pak Satya bukan bos biasa,” sahut Maya dengan mata yang berbinar penuh keyakinan. “Dia tahu betul apa yang terjadi, Dimas. Dia membela Riana karena dia tahu gadis itu hampir diperkosa. Apa kamu ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status