Semua Bab Istri Rasa Pembantu : Bab 31 - Bab 40

54 Bab

31. IRP

Keterkejutan dan kekhawatiran tergambar jelas di wajah Salwa. Apa yang akan terjadi jika pria itu tahu jika saat ini ia Salwa sedang mengandung benihnya?"Siapkan air hangat untuk saya, saya ingin mandi," perintah Kaif dalam suara yang dalam kepada Salwa. Dengan mata yang bertemu serius, Salwa hanya mengangguk tanpa kata. "Saya akan mandi di sini malam ini," lanjut Kaif, suaranya serak, menghentikan langkah Salwa yang hendak keluar dari kamar. Bingung namun patuh, Salwa menyiapkan air hangat sebagaimana mestinya, rasa gelisah merayap dalam dadanya. Di dalam kamar mandi, ketika Kaif larut dalam busa sabun dan air hangat yang menenangkan, Salwa berjalan ringan menuju kamar Kaif, mengambil pakaian santainya. Salwa bergerak hati-hati, mencegah diri membuat suara yang bisa membangunkan madunya yang sudah tidur. Setelah mengganti pakaian, Kaif seharusnya kembali ke kamarnya sendiri, namun malam itu ia berubah pikiran. Dengan langkah hening, ia mendatangi Salwa yang tengah termenung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

32. IRP

"Aku menyerah, Mas," bisik Salwa dengan suara yang hampir tak terdengar. Tubuh Kaif membeku, terpaku oleh kejutan yang tak terbayangkan. "Kenapa diam? Seharusnya ini menjadi berita yang membahagiakan bagimu, Tuan Kaif, karena aku akan pergi dari hidupmu," ujar Salwa dengan nada yang lebih tajam, mengiris ruang hening di antara mereka berdua. Kaif kehilangan kata-kata, sesak nafasnya menyesakkan dada. Dulu, ia memang pernah berharap Salwa akan mengucapkan kata-kata perpisahan itu, tapi sekarang, saat kata-kata itu benar-benar terucap, kenapa justru terasa seperti pisau yang menyayat hatinya? Ada perasaan penolakan yang mendalam yang tiba-tiba memenuhi relung-relung jiwanya. Melihat tidak ada jawaban dari Kaif, Salwa perlahan berdiri. Mukena putih yang dikenakannya menambah kesan suci pada sosoknya yang semakin terasa akan meninggalkannya. "Aku ingin pulang, antar aku—" "Saya akan ke kantor. Kita bicara lain waktu," potong Kaif tegas, walaupun nada suaranya bergetar dan matan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

33. IRP

Sudah sebulan lamanya Kaif terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit besar, tubuhnya penuh dengan kabel dan alat medis. Keputusan dokter bahwa pria itu terjebak dalam koma seolah menjadi petir di siang bolong bagi keluarganya. Pria itu, yang telah menikahi dengan dua wanita, nyaris tak terselamatkan karena kehilangan darah yang begitu banyak. Namun, syukurlah bahwa Tuhan masih memberinya kesempatan hidup menawarkan sedikit penghiburan, meski matanya belum juga terbuka. Upaya tanpa lelah keluarganya menghadirkan dokter terbaik dari berbagai penjuru dunia tidak kunjung membuahkan hasil. Seakan-akan ada kehendak lain yang ingin ia penuhi. Kaif seperti ingin beristirahat dari kesibukan duniawi yang tidak ada hentinya. Di tengah kesunyian ruangan ICU, Salwa dengan setia mendampingi, tidak pernah jemu menjaga suaminya. Air mata dan doa-doa yang dipanjatkannya di setiap sujud menjadi saksi bisu betapa dalam luka yang Kaif torehkan di hatinya. Namun, cinta yang tulus memandunya untuk t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

34. IRP

Keadaan Kaif yang memprihatinkan seakan menyayat hati setiap anggota keluarga, terutama Sofia. Perempuan yang telah menginjak usia paruh baya itu dirundung kesedihan yang dalam, air mata terus menderas tanpa henti saat Salwa merinci kondisi terkini Kaif yang begitu mengkhawatirkan. Dari perawatan medis intensif hingga serangkaian terapi fisik telah dilakukan, namun semua upaya terasa sia-sia karena tak ada tanda-tanda perubahan yang berarti. Namun, setelah dua minggu yang penuh kecemasan, sebuah isyarat harapan mulai tampak ketika Kaif mulai bisa merespon dengan mengedipkan mata; sebuah pertanda mungkin ia akan pulih kembali. Dengan penuh keyakinan, Sofia mengambil keputusan untuk membawa pulang Kaif. Keputusan ini mendapat persetujuan dari dokter yang menegaskan bahwa Kaif harus tetap menjalani kemoterapi secara rutin dan mendapatkan perawatan intensif di rumah. Hana, dengan mata berkaca-kaca dan suara yang bergetar, berjanji pada mertuanya, "Ma, aku akan menjaga Mas Kaif denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

35. IRP

"Apa yang terjadi, Ma?" Suara Salwa bergetar, pertanyaan itu terlontar sambil mengamati ketiga perempuan tersebut. Sofia menghampiri, wajahnya memerah, matanya sudah berkaca-kaca. Salwa bisa merasakan suasana tegang menggantung di udara. "Salwa," suara Sofia terdengar berat, penuh dengan emosi. "Apa Kaif pernah menyentuhmu? Apa kalian pernah...," suaranya tergagap, "...melakukan hubungan suami-istri?" Salwa tertegun, hatinya berdebar kencang. Sofia sudah beberapa kali mengulang pertanyaan yang sama dan Salwa selalu menjawab tidak, karena memang Kaif belum pernah menyentuhnya atau setidaknya, itulah yang sebelumnya terjadi. Namun, beberapa bulan yang lalu situasinya telah berubah. Kaif telah mendekatinya, mengambil sesuatu yang begitu berharga darinya. Salwa memalingkan wajahnya ke arah Kaif, matanya yang sedih bertemu pandang dengan mata pria itu. "Salwa, tolong jawab Mama," pinta Sofia sekali lagi, suaranya memecah kesunyian, memaksa Salwa untuk segera memberi jawaban.Salwa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

36. IRP

"Salwa, kemasi barang-barangmu. Supir akan segera mengantar kamu pulang ke kampungmu!" Sofia berkata dengan suara yang tegas. Salwa menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Tidak, Ma. Jangan usir aku seperti ini," rayunya dengan suara yang nyaris tak terdengar. "Jangan sebut aku Mama!" Sofia memekik, matanya menyala-nyala menembus jiwa Salwa. "Aku tidak rela berbagi atap dengan menantu penghianat sepertimu! Kamu tega berselingkuh, dan lebih parahnya lagi, kamu hamil dengan laki-laki lain!" Bugh Tiba-tiba, suara gemuruh menggema di ruangan itu. Semua mata seketika tertuju pada sumber suara. Di ambang pintu, Hasbi, Laila, dan Halik terpaku dengan kantong besar berisi obat-obatan tradisional terhambur di lantai. Keterkejutan tergambar jelas di wajah dua saudara Salwa itu. Mereka datang untuk menjenguk Kaif, namun yang pernah terlihat adalah sesuatu yang menyesakkan . Langkah kaki Hasbi terdengar mendekat, diikuti Laila dan Halik. "Apa yang bibi katakan, selingkuh? Adik saya selingkuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

37. IRP

"Adek dan tuan Kaif, tidak pernah tidur bersama," bisik Salwa dengan suara serak, nyaris tak terdengar. Tiba-tiba, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, mendorong tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras. Cplass ...Suara tamparan itu bergema, menggema ke seluruh ruangan. "Salwa!!!" Laila berteriak, air mata mengalir deras di pipinya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dengan langkah yang tergesa-gesa dan hati yang hancur, Laila segera mendekat, mencoba membantu Salwa berdiri. "Apa yang telah kamu lakukan, Bang?" suara Laila bergetar, penuh dengan rasa kecewa dan kesedihan yang mendalam. Seharusnya Hasbi menjadi pelindung, bukan semakin menyakiti Salwa. Salwa terkulai di lantai, tangannya secara refleks menyentuh perutnya yang mulai merasakan sakit yang memilukan. "Adek, gak apa-apa, dimana yang sakit?" Laila bertanya, suaranya ditenggelami kekhawatiran sementara wajahnya pucat pasi. Laila semakin tercekat saat melihat darah segar mengalir dari hidung Salw
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

38. IRP

Diam-diam, air matanya mengalir, sebelum kelopak matanya perlahan menutup dan Kaif tak sadarkan diri. Di kejauhan, Salwa berlari terengah-engah mengikuti dua saudaranya. Dengan suara terisak, dia memohon pada Hasbi untuk tidak meninggalkannya dalam keadaan yang begitu rawan, namun Hasbi, dengan keputusan yang sudah bulat, tak bisa digoyahkan. Tragedi itu segera mencuat ke permukaan saat dua saudara Salwa telah pergi. Keluarga yang tersisa baru menyadari betapa kritisnya keadaan Kaif. Kerisauan menggantikan keheningan, panggilan darurat dilayangkan dan menghubungi dokter yang selama ini menangani Kaif, dalam sebuah upaya panik untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.***Malam itu, atmosfer rumah Sofia tiba-tiba berubah kenyataan nbatu terkuak tentang Salwa. Salwa telah dianggap tak lebih dari hembusan angin lalu. Sofia telah memindahkan Salwa di kamar pembantu. Perempuan paruh baya itu, yang masih geram akibat peristiwa pagi yang menggelegar, belum juga mengizinkan S
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

39. IRP

Salwa berdiri menghadap cermin, memerhatikan perubahan drastis pada tubuhnya. Perut yang buncit namun tubuhnya kian mengering. Semua orang di sekitarnya telah mengetahui, namun rahasia besar masih tersembunyi dalam bayang-bayang. Tadi malam, Eriana mengetuk pintu kamarnya, memberitahu bahwa Salwa ditugaskan untuk kembali merawat Kaif. Penerimaannya datar, tidak ada kegembiraan meski akan bertemu suaminya, namun juga tidak ada penolakan. Sudah jelas, Salwa berada di ambang penyerahan diri.***"Kenapa aku merasa berdebar untuk masuk ke dalam," bisik Salwa sambil menatap pintu kamar Kaif yang terasa begitu mengancam. Sebelum sempat Salwa menarik nafas dan memasuki kamar, pintu tersebut tiba-tiba terbuka. Hana muncul, matanya tajam memancarkan peringatan. "Jaga suamiku dengan baik, ingat, ada cctv di rumah ini akan terus mengawasi pergerakanmu" ucap Hana dengan nada yang dingin namun membawa gertakan yang tegas. Pintu ditutup dan Salwa tertinggal di koridor, menelan getir kenyataan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

40. IRP

Esok hari itu terasa begitu berbeda, sebuah kebahagiaan memenuhi hati setiap anggota keluarga setelah mendengar kabar yang menggembirakan. Hana, wanita yang selalu tenggelam dalam kesibukannya, ternyata telah berbadan dua, selama dua bulan, sebuah fakta yang baru ia sadari setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Di kamar, di sisi ranjang dimana Kaif terbaring, Sofia memancarkan senyuman penuh kebahagiaan. "Kaif, istrimu Hana sedang mengandung. Kamu akan menjadi seorang ayah, mama sangat bahagia," ucapnya dengan mata berbinar. Eriana, yang juga berada di sana, menambahkan dengan nada penuh harap, "Kak, kehamilan kak Eriana tidak terlalu kuat. Dia perlu kakak, berjuanglah untuk pulih kak." Di sudut yang sama, Salwa merasakan sebuah tekanan berat di dadanya, tangannya secara instinktif mengelus perut yang kian membesar. Air mata kekhawatiran menggenangi matanya, memikirkan nasib anak yang belum lahir yang tidak dikehendaki oleh keluarganya. Dengan suara yang hanya bisa di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status