Share

36. IRP

Penulis: Zaidhiya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 18:06:50

"Salwa, kemasi barang-barangmu. Supir akan segera mengantar kamu pulang ke kampungmu!" Sofia berkata dengan suara yang tegas.

Salwa menggeleng, matanya berkaca-kaca.

"Tidak, Ma. Jangan usir aku seperti ini," rayunya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Jangan sebut aku Mama!" Sofia memekik, matanya menyala-nyala menembus jiwa Salwa. "Aku tidak rela berbagi atap dengan menantu penghianat sepertimu! Kamu tega berselingkuh, dan lebih parahnya lagi, kamu hamil dengan laki-laki lain!"

Bugh

Tiba-tiba, suara gemuruh menggema di ruangan itu. Semua mata seketika tertuju pada sumber suara. Di ambang pintu, Hasbi, Laila, dan Halik terpaku dengan kantong besar berisi obat-obatan tradisional terhambur di lantai.

Keterkejutan tergambar jelas di wajah dua saudara Salwa itu. Mereka datang untuk menjenguk Kaif, namun yang pernah terlihat adalah sesuatu yang menyesakkan .

Langkah kaki Hasbi terdengar mendekat, diikuti Laila dan Halik.

"Apa yang bibi katakan, selingkuh? Adik saya selingkuh
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Rasa Pembantu    37. IRP

    "Adek dan tuan Kaif, tidak pernah tidur bersama," bisik Salwa dengan suara serak, nyaris tak terdengar. Tiba-tiba, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, mendorong tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras. Cplass ...Suara tamparan itu bergema, menggema ke seluruh ruangan. "Salwa!!!" Laila berteriak, air mata mengalir deras di pipinya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dengan langkah yang tergesa-gesa dan hati yang hancur, Laila segera mendekat, mencoba membantu Salwa berdiri. "Apa yang telah kamu lakukan, Bang?" suara Laila bergetar, penuh dengan rasa kecewa dan kesedihan yang mendalam. Seharusnya Hasbi menjadi pelindung, bukan semakin menyakiti Salwa. Salwa terkulai di lantai, tangannya secara refleks menyentuh perutnya yang mulai merasakan sakit yang memilukan. "Adek, gak apa-apa, dimana yang sakit?" Laila bertanya, suaranya ditenggelami kekhawatiran sementara wajahnya pucat pasi. Laila semakin tercekat saat melihat darah segar mengalir dari hidung Salw

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Rasa Pembantu    38. IRP

    Diam-diam, air matanya mengalir, sebelum kelopak matanya perlahan menutup dan Kaif tak sadarkan diri. Di kejauhan, Salwa berlari terengah-engah mengikuti dua saudaranya. Dengan suara terisak, dia memohon pada Hasbi untuk tidak meninggalkannya dalam keadaan yang begitu rawan, namun Hasbi, dengan keputusan yang sudah bulat, tak bisa digoyahkan. Tragedi itu segera mencuat ke permukaan saat dua saudara Salwa telah pergi. Keluarga yang tersisa baru menyadari betapa kritisnya keadaan Kaif. Kerisauan menggantikan keheningan, panggilan darurat dilayangkan dan menghubungi dokter yang selama ini menangani Kaif, dalam sebuah upaya panik untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.***Malam itu, atmosfer rumah Sofia tiba-tiba berubah kenyataan nbatu terkuak tentang Salwa. Salwa telah dianggap tak lebih dari hembusan angin lalu. Sofia telah memindahkan Salwa di kamar pembantu. Perempuan paruh baya itu, yang masih geram akibat peristiwa pagi yang menggelegar, belum juga mengizinkan S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Rasa Pembantu    39. IRP

    Salwa berdiri menghadap cermin, memerhatikan perubahan drastis pada tubuhnya. Perut yang buncit namun tubuhnya kian mengering. Semua orang di sekitarnya telah mengetahui, namun rahasia besar masih tersembunyi dalam bayang-bayang. Tadi malam, Eriana mengetuk pintu kamarnya, memberitahu bahwa Salwa ditugaskan untuk kembali merawat Kaif. Penerimaannya datar, tidak ada kegembiraan meski akan bertemu suaminya, namun juga tidak ada penolakan. Sudah jelas, Salwa berada di ambang penyerahan diri.***"Kenapa aku merasa berdebar untuk masuk ke dalam," bisik Salwa sambil menatap pintu kamar Kaif yang terasa begitu mengancam. Sebelum sempat Salwa menarik nafas dan memasuki kamar, pintu tersebut tiba-tiba terbuka. Hana muncul, matanya tajam memancarkan peringatan. "Jaga suamiku dengan baik, ingat, ada cctv di rumah ini akan terus mengawasi pergerakanmu" ucap Hana dengan nada yang dingin namun membawa gertakan yang tegas. Pintu ditutup dan Salwa tertinggal di koridor, menelan getir kenyataan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri Rasa Pembantu    40. IRP

    Esok hari itu terasa begitu berbeda, sebuah kebahagiaan memenuhi hati setiap anggota keluarga setelah mendengar kabar yang menggembirakan. Hana, wanita yang selalu tenggelam dalam kesibukannya, ternyata telah berbadan dua, selama dua bulan, sebuah fakta yang baru ia sadari setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Di kamar, di sisi ranjang dimana Kaif terbaring, Sofia memancarkan senyuman penuh kebahagiaan. "Kaif, istrimu Hana sedang mengandung. Kamu akan menjadi seorang ayah, mama sangat bahagia," ucapnya dengan mata berbinar. Eriana, yang juga berada di sana, menambahkan dengan nada penuh harap, "Kak, kehamilan kak Eriana tidak terlalu kuat. Dia perlu kakak, berjuanglah untuk pulih kak." Di sudut yang sama, Salwa merasakan sebuah tekanan berat di dadanya, tangannya secara instinktif mengelus perut yang kian membesar. Air mata kekhawatiran menggenangi matanya, memikirkan nasib anak yang belum lahir yang tidak dikehendaki oleh keluarganya. Dengan suara yang hanya bisa di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istri Rasa Pembantu    41. IRP

    Dengan tamparan yang membakar kulit pipi Halik, Salwa berdiri tegak tanpa rasa takut. "Kamu berani kau menampar aku?!" Halik meraung, nyala kemarahannya terpancar dari kedalaman matanya. "Tamparan itu masih terlalu ringan untuk orang sepertimu!" balas Salwa dengan suara lantang dan tidak gentar. Pandangan Halik yang tajam menusuk ke dalam jiwa, namun sekejap kemudian, sorot matanya berubah menjijikkan, merayapi setiap inci tubuh Salwa dengan pandangan yang menjelajah. "Jaga pandanganmu!" Salwa memperingatkan dengan suara tegas yang dipenuhi kebencian. Halik hanya tersenyum dengan senyuman yang licik, penuh tipu daya. "Kalau aku menolak, bagaimana? Kakak iparku tersayang?" ujarnya sambil menambahkan racun dalam setiap kata, membuat Salwa semakin merasa jijik dan muak. Tidak ada secercah ketertarikan dalam hati Salwa terhadap pria yang berdiri angkuh didepannya, yang memanggilnya dengan sebutan sayang."Apa kamu ingin mengadu pada suamimu?" Halik tertawa mengejek, lalu kembali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri Rasa Pembantu    42. IRP

    Akh... Dalam sekejap, Salwa melepaskan diri, kaki kirinya telah menendang dengan kekuatan penuh tepat pada kelamin Halik. Raut wajah Halik berubah merah padam, rasa sakit yang tak terperi memenuhi seluruh tubuhnya, menjadikan setiap gerakan terasa seperti siksaan. Tanpa membuang waktu, Salwa meraih vas bunga terdekat, membabatkan benda keras itu ke kepala Halik. Darah merah cerah membasahi rambutnya yang berantakan, bercucuran menambah derita. Tidak cukup dengan sekali, Salwa mengayunkan vas itu lagi, mendorong tubuh Halik yang sudah lunglai keluar dari kamar. Tertatih, Halik terjatuh di koridor. Dengan sisa-sisa tenaga, dia masih mencoba untuk masuk kembali, menggedor pintu kamar, yang sudah Salwa kunci dari dalam.Dor dor dor...Salwa berdiri gemetar, bersandar di pintu kamarnya, napasnya tersengal tidak terkendali, air mata membanjir di pipinya. Setelah merasa Halik telah pergi, ia terhuyung-huyung mendekati Kaif dengan langkah yang rapuh. Pelan-pelan, Salwa merundukkan tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri Rasa Pembantu    43. IRP

    Salwa mendesah lemah saat kakinya melangkah memasuki rumah mewah itu lagi. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, hatinya semakin hampa. Tak ada satu pun anggota keluarga yang setia menemaninya, bahkan ketika dia terbangun dari kesadaran, menyadari bayinya selamat, Sofia dan Eriana hanya memutuskan pulang begitu saja. Hari ini, rumah yang biasanya dipenuhi canda tawa kini terasa begitu hening. Pagi ini tiap sudut rumah hanya tampak menyimpan kebisuan. Sofia tentu sudah terburu-buru ke kantor fashion miliknya, Eriana pasti sibuk mengajar di kampus, dan Halik juga tengah sibuk dengan pekerjaan di kantornya. Ketika Salwa berjalan melewati ruang tamu yang megah, hanya suara langkah kakinya yang menggema. Miris, Sofia bahkan tak bersusah payah menjemputnya, hanya mengirimkan sopir. Perempuan itu seenggannya membayar biaya administrasi rumah sakit dan memilih kamar VIP untuk Salwa. "Setidaknya itu," gumam Salwa pelan, mencoba menghibur diri sendiri dalam kesendirian yang memil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Rasa Pembantu    44. IRP

    Kaif mulai terdiam, mengatupkan bibirnya tapi tatapannya tak beralih dari wajah Salwa."Aku baik-baik saja," ucap Salwa, ia lalu membawa tangan Kaif menyentuh perutnya. "Diapun sama, anakmu ini sangat kuat, Tuan. Dokterpum sampai memujinya, bahkan dia sudah terlihat kuat sebelum dilahirkan."Mata Kaif beralih, pada perut Salwa. Hening, tatapan pria terus terpaku pada perut Salwa yang mulai terlihat menonjol.Mata Salwa mulai berkaca-kaca, saat merasakan jamari Kaif bergerak dengan pelan. 'Aku bahagia karena suamiku sudah mulai ada perkembangan, tidak lama lagi suamiku pasti akan sembuh dan kembali hidup dengan normal. Tapi aku juga tidak bisa berbohong, kalau aku sedih karena waktu aku untuk bersama suamiku tidak akan lama lagi,' batin Salwa.Meskipun baru keluar dari rumah sakit, Salwa tidak memutuskan untuk kembali beristirahat perempuan itu kembali merawat Kaif seperti biasa. Kali ini kegiatannya hanya merawat Kaif sedangkan pekerjaan rumah, Bi' Maryam yang mengerjakannya.***Sal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Istri Rasa Pembantu    54. IRP

    Salwa membuka pintu dengan wajah yang terlihat tegang dan nafasnya sedikit tercekat. Di depannya, Pak Mahdi dibantu masuk oleh seorang pria ber-masker dan bertopi, yang tak lain adalah Kaif, dan Salwa belum menyadarinya. "Ya Allah, Bapak kenapa?" pekik Salwa perasaan khawatir bercampur panik. Di sisi lain, seorang wanita paruh baya yang merupakan istri Pak Mahdi, terdengar dari samping toko, "Ada apa, Nduk?" tanyanya dengan suara yang serak, khawatir tergambar jelas di wajahnya. " Bapak, Bu," jawab Salwa, suaranya gemetar. Dengan sigap, Bu Nia melangkah ke arah mereka, kepalanya terangguk memberi isyarat. "Ayo, dibawa masuk," perintahnya lembut namun pasti. Dengan langkah yang teratur dan penuh perhatian, Kaif menggiring Pak Mahdi menuju kamar, menaruhnya perlahan di kasur tua yang bersuara keriatan. "Ibu ambil air minum dulu," ucap Bu Nia, bersiap meninggalkan ruangan. "Biar aku saja, Bu. Ibu temanin Bapak saja," sahut Salwa cepat, mencoba mengurangi beban sang ibu. Dengan

  • Istri Rasa Pembantu    53. IRP

    "Ini, Bu Nisa, hanya sisa lauk ini. Apakah cukup?" DeghKaif yang awalnya sibuk dengan ponselnya, seketika mendongak. Suara lembut itu menusuk kalbu, menggema dalam relung hatinya yang paling dalam, membuat detak jantungnya berhenti sejenak.Napas Kaif tersengal, matanya langsung berkaca-kaca ketika pandangannya tertuju pada sosok perempuan yang selama ini ia cari keberadaannya. Maliha Ana Salwa, begitulah nama perempuan yang kini sedang berdiskusi dengan Bu Nisa itu. Sungguh, dia adalah istrinya yang telah lama hilang dari pelukannya. "Tolong letakkan ini di sana, Ya mbak? Tangan saya kotor," pinta Bu Nisa dengan lembut. "Tentu, Bu," sahut Ana, yang tak lain adalah Salwa.Kaif lngsung menundukkan kepala, bukan karena tidak ingin menatap istrinya, tetapi dia masih terbelenggu oleh permintaan terakhir Salwa yang terpahat di memorinya. Dia ingin mendekatinya dengan segala kesopanan, tidak ingin membuat Salwa terkejut dengan kehadirannya. Dari kejauhan, Kaif merasakan detak langka

  • Istri Rasa Pembantu    52. IRP

    Di tengah keheningan desa yang tersembunyi jauh dari hiruk pikuk kota, Kaif menemukan tempat yang dia yakini sebagai janji suci yang harus dipenuhinya. "Desa ini sempurna, Pak Sandi. Hanya memiliki surau, sehingga pembangunan Masjid akan membawa banyak berkah bagi warga di sini," ujar Kaif dengan penuh keyakinan. Misi Kaif bukan sekadar membangun sebuah struktur fisik. Itu adalah nazar yang terbentuk dari perjuangan dan doa saat ia berjuang melawan sakit yang hampir merenggut nyawanya. "Jika saya diberi kesempatan kedua untuk hidup, maka saya akan membangun sebuah masjid," itulah janjinya. Pak Sandi, pria yang dipercayai Kaif untuk mencari lokasi yang ideal, mengangguk mengerti. "Desa ini memang tidak banyak diketahui oleh banyak orang, sehingga untuk mendapatkan bantuan saja terasa sulit. Tapi itulah yang menjadikannya tempat yang pas. Masjid di sini akan menjadi pusat komunitas yang solid," kata Pak Sandi sambil menyelidiki sekeliling. Kaif menarik napas dalam, mencermati ha

  • Istri Rasa Pembantu    51. IRP

    Usai telepon terputus, napas Kaif terhembus lega. Ia menginstruksikan supirnya untuk bergerak cepat kembali ke Jakarta. Salwa, istrinya, tidak ada di kampung halamannya, dan kini Kaif harus memutar otak untuk menemukannya. Pikirannya bergejolak, dan setiap detik terasa seperti berjalan di atas bara api. Ke mana harus mencari? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padanya? Linglung dan gelisah, Kaif terus menerus meminta perlindungan dari Yang Maha Kuasa, berharap agar istrinya ditemukan dalam keadaan selamat. "Setelah ini, Tuan Kaif akan mencari Non Salwa dimana?" tanya Pak Toha memecah keheningan. Kaif yang duduk di sampingnya, mengalihkan pandangan pada Pak Toha dan berkata, "Salwa tidak memiliki banyak kenalan di Jakarta, tapi ada satu orang yang dia kenal." "Siapa, Tuan?" "Tambah kecepatannya, Pak Toha," perintah Kaif. *** "Baru mencari dia sekarang? Dulu kemana saja anda, Tuan Kaif? Saat di depan mata anda abaikan, tapi setelah pergi kau mencarinya. Perbuatan

  • Istri Rasa Pembantu    50. IRP

    Amukan Hasbi tak terkendali ketika Kaif membongkar semua kebenaran yang menyakitkan. Tubuh Kaif layu tanpa daya menyerah pada hantaman demi hantaman yang dilancarkan oleh Hasbi. "Kenapa adikku harus terjebak menikah dengan orang sepertimu? Dia begitu lugu, dia rela disalahkan hanya demi menuruti suaminya yang bangsat ini," ujar Hasbi dengan mata yang memerah dan air mata yang meleleh tanpa bisa ia tahan. Penyesalan mendalam terpancar dari raut wajah Hasbi yang sekarang terguncang oleh kesadaran yang datang terlambat. Dia sendiri yang dulu meninggalkan adiknya, menampar bahkan melarangnya untuk pulang. Dengan suara yang bergetar, dia berbisik pilu, "Astaghfirullah, adikku..." Tangannya tak henti-hentinya menghujam ke tubuh Kaif yang kian memar, seraya mengabaikan setiap bisikan penyesalan dan permohonan maaf Kaif. Keadaan semakin kacau hingga tiba-tiba Siti muncul bagai oasis di tengah padang pasir. Dengan nafas tersengal, dia menerobos ke dalam dan dengan berani menghalau suaminy

  • Istri Rasa Pembantu    49. IRP

    "Menurut pak Toha, istriku sudah melahirkan apa belum ya?""Istri yang mana ya, Tuan?" tanya pak Toha dengan hati-hati, kawatir pertanyaannya menyinggung Kaif."Siapa lagi kalau bukan, Salwa. Hanya dia istriku," kata Kaif."Saya kurang tahu, Tuan. Tapi kemungkinan belum tuan. Kalau tidak salah sekarang kandungan Nona Salwa berusia 8 bulan. Karena saya pernah mendengar pembicaraan Nona Salwa dengan Bi Maryam empat bulan yang lalu," jelas Pak Toha.Ucapan panjang Pak Toha membuat Kaif tersenyum tipis.'Maaf Salwa, aku tidak bisa menuruti keinginanmu,' batin Kaif.***Mendung tebal dan jalanan yang semrawut menyelimuti hati Kaif, membuat langkahnya terhenti. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk menunda perjalanan dan beristirahat di sebuah penginapan, karena perhitungannya, ia akan sampai di rumah Salwa pukul sepuluh malam. Waktu yang sangat larut di kampung halamannya, dimana nyaris semua jiwa telah terlelap dalam dinginnya malam. Matahari belum sepenuhnya menyingkap tirai fajarnya

  • Istri Rasa Pembantu    48. IRP

    "Jaga batasanmu, Hana!" ucap Kaif dengan suara yang keras. Pak Toha, yang menyaksikan adegan itu, merasa kebingungan yang dalam. Kerutan di keningnya semakin dalam. Bukankah Hana adalah istri Kaif? Hana, dengan mata berkaca-kaca, berlutut di hadapan Kaif. "Mas, maafkan aku, aku khilaf. Berikan aku kesempatan lagi," rayunya dengan suara serak. "Demi anak yang sedang aku kandung ini, aku memohon." Situasi itu terasa memotong napas, menebar aroma konflik yang mendalam dan menyayat hati di udara sore itu. Hana terduduk lemah, seraya menyimpan sejuta harapan dan penyesalan.Menunggu jawaban dari Kaif yang masih terpaku, terhujam dalam dilema yang menyelimuti kesenyapan yang sejatinya penuh dengan kenangan mereka berdua."Anak siapa? Benih dari laki-laki bajingan itu yang harus aku kasihani?" Kaif menatap wajah Hana dengan tatapan tidak suka. "Sekarang pergi dari rumah saya, hubungan kita sudah berakhir satu bulan yang lalu!""Tidak, Mas. Aku masih ingin mempertahankan pernikahan ini,"

  • Istri Rasa Pembantu    47. IRP

    Salwa menatap kosong seluruh ruang di rumah Sofia yang kini sunyi, terasa semakin hampa setiap detiknya. Dengan ketegaran yang membara, dia menyusun barang-barangnya satu per satu, tanpa kepastian tentang ke mana langkah selanjutnya akan mengarah. Memikirkan pulang ke kampung halamannya bukanlah pilihan, saudaranya sudah menutup pintu untuknya. "Hei, Nak. Kita pergi dari rumah ini, selalu temani mama ya, Nak," gumam Salwa lembut sambil mengelus perutnya yang kian membesar, berharap masa depan cerah untuk buah hatinya. Ketika Salwa melangkahkan kaki keluar kamar, pandangannya menyusuri setiap sudut yang kini hanya berbekas kenangan. Tiba-tiba, suara familiar menghentikan langkahnya. "Non Salwa." Suara Bi Maryam terdengar memanggil dari kejauhan. "Bibi masih belum pulang kampung?" tanya Salwa dengan nada lembut. "Sebentar lagi, Non," sahut Bi Maryam, nada suaranya menenangkan. Salwa tersenyum pahit, "Hati-hati, Bi'." "Non Salwa, mari ikut bibi pulang ke rumah bibi di kampung

  • Istri Rasa Pembantu    46. IRP

    "Ma, boleh aku ikut ke bandara, aku mohon," pinta Salwa pada Sofia, saat Kaif sudah ada di dalam mobil ambulance. Awalnya Sofia ingin menolak, tapi ia berubah fikiran hingga mengizinkan Salwa untuk ikut mengantar. Waktu seperti berlalu begitu cepat, saat ini mereka sudah ada di bandara. Sofia akan membawa Kaif ke Amerika dengan menggunakan pesawat khusus , dimana pesawat itu sudah dilengkapi dengan alat medis. Pada saat detik-detik Kaif dan Sofia bersiap memasuki pesawat, kesedihan semakin menyelimuti Salwa. Perpisahan yang akan terjadi begitu nyata hingga membuat dadanya sesak, dan jantungnya seolah tertindih beban berat. "Kaif, apa kamu merasa baik-baik saja?" Sofia memecah kesunyian sambil memandang Kaif yang berusaha menggerakkan - gerakkan jemarinya sehingga wajah pria itu memerah karena terlalu memaksa. Dengan gerakan yang teramat pelan, Salwa membungkuk di hadapan Kaif, kedua tangan lembutnya menyentuh tangan Kaif dengan penuh kasih. "Kenapa, Tuan? Apakah ada yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status