Semua Bab Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku: Bab 1 - Bab 10

12 Bab

Bab 1

Sejak aku dapat mengingat sesuatu.Ibuku sering membawaku pergi menemui ayahku.Dia ingin menggunakan aku untuk menjerat ayahku."Hari itu cuma kecelakaan. Aku nggak ngerti kenapa kamu mau lahirkan anak ini tanpa sepengetahuanku!""Sekalipun dia lahir, aku nggak bakal akui dia!"Ibuku mencubit lenganku dengan kuat hingga aku pun menangis kesakitan."Dia putrimu, kenapa kamu kejam sekali!""Kejam kamu! Kita nggak punya perasaan pada satu sama lain. Sekalipun kamu jerat aku pakai anak ini, kita nggak bakal bahagia. Aku nggak suka kamu!"Penonton di sekitar terus bertambah.Semuanya mulai mengkritik.Ibuku seolah-olah tidak mendengar, dia berlutut di tanah.Lalu, mencubitku sambil berseru, "Nggak guna, anak nggak guna!"Tangisanku menjadi makin kuat.Ayahku langsung berbalik pergi, dia melangkah secepat kilat.Melihat situasi ini, ibuku berhenti mencubitku. Dia berdiri dan berjalan ke arah berlawanan.Aku mengabaikan rasa sakit di lenganku dan segera mengejar ibuku.Entah sejak kapan rasa
Baca selengkapnya

Bab 2

Namun, aku tidak mendapatkan perlakuan seperti itu.Ketika aku masih SD, sekolah mengadakan lomba Matematika dan aku menjadi juara umum.Begitu mendapatkan sertifikat, aku langsung pulang ke rumah. Saking semangat, aku terjatuh. Namun, aku seolah-olah tidak kesakitan. Aku segera bangkit dan berlari pulang.Aku menyerahkan sertifikat itu pada ibuku dan menyampaikan kabar gembira ini.Ibuku hanya melirik sekilas, lalu merobek sertifikatku menjadi beberapa bagian."Kenapa kamu jago Matematika!""Kamu putriku, kok mirip sama dia!""Kamu mirip sama ayahmu pun, dia nggak bakal sayang kamu!""Kamu mau cari masalah sama aku? Bukannya belajar yang lain, malah belajar Matematika!"Karena ayahku adalah guru Matematika.Ibuku merobek semua barang-barangku yang berhubungan dengan Matematika.Semua kertas ujian bernilai seratus dimasukkan ke tungku api dan berubah menjadi abu.Ketika aku menangis, dia berkata dengan nada dingin, "Kamu memang bukan putriku, kamu putrinya."Sejak hari itu, ibuku bukan
Baca selengkapnya

Bab 3

Mungkin anak yang tidak diinginkan harus lebih berusaha untuk bertahan hidup.Hubunganku dengan ibuku sepenuhnya hancur.Ketika Jason menyatakan cinta padaku.Dia berdiri di hadapanku dengan wajah memerah dan mengucapkan tiga kata dengan gugup. "Aku suka kamu."Aku ingin memanfaatkannya untuk mendapatkan perhatian ibuku.Namun, aku mengurungkan niatnya.Aku menolak Jason.Jason tidak menyerah.Dia makin sering datang ke rumahku.Bahkan memasukkan surat cinta ke kamarku.Hari itu, ketika aku pulang ke rumah, ibuku sudah menungguku dengan memegang surat cinta.Aku belum berbicara, tetapi ibuku langsung menamparku.Aku memegang wajahku dengan kebingungan.Surat cinta itu menghantam wajahku."Jason beda denganmu, dia harus masuk Universitas Bagari!""Ayahmu nggak urus kamu, aku juga nggak bisa urus kamu. Apalagi aku bukan wali kelasmu, kamu jual diri pun, bukan urusanku!""Tapi, kamu nggak boleh goda muridku!"Goda?Aku tidak mengerti kenapa ibuku mengucapkan hal seperti ini.Namun, aku ti
Baca selengkapnya

Bab 4

Tanganku yang hendak mengetuk pintu tergantung di udara.Sebenarnya, aku tahu Jason bukanlah pemicu masalah ini, melainkan ibuku.Mungkin ibuku sudah lama ingin putus hubungan denganku.Hanya saja, tidak menemukan alasan yang tepat.Sekarang, dengan adanya masalah Jason, dia bisa menyingkirkanku, sosok yang mengingatkannya pada masa lalu yang memalukan.Aku hanya mengambil kelinci yang terletak di dalam kotak.Ini adalah pemberian nenekku, satu-satunya mainanku.Dari semua barangku, ini satu-satunya barang baru.Satu-satunya barangku.Jelas-jelas, aku tahu ibuku tidak mencintaiku. Namun, sampai sekarang, aku tetap sakit hati.Jari-jariku menyentuh alis boneka kelinci.Aku diam-diam bersumpah, 'Selamanya, aku nggak bakal tinggalkan kelinciku.'Ia satu-satunya keluargaku di dunia ini.Mulai sekarang, aku cuma punya ia.Dua ratus ribu yang diberikan ayahku adalah satu-satunya tabunganku.Aku tidak rela memesan hotel dengan uang ini.Jadi, aku mencari warnet yang beroperasi 24 jam.Aku dud
Baca selengkapnya

Bab 5

Lemariku penuh dengan sampah.Aku menatap mereka, mereka mendelikku.Kemudian, mereka menyiram seember air dingin ke kepalaku.Ember itu menempel di kepalaku, mereka langsung memukulku."Siapa suruh kamu putrinya! Rasakan!"Ternyata semua murid yang disayangi ibuku membencinya.Aku hanya merasa konyol. Ibuku menganggap mereka sebagai anak kandung, tetapi ....Hampir semuanya adalah anak manja yang tidak pernah menderita.Berbeda denganku. Sejak kecil, bekerja keras untuk bertahan hidup, seperti anak yatim piatu.Mereka bukan tandinganku.Aku menyerang balik.Namun, aku ditangkap oleh pengurus asrama.Ibuku datang dengan tergesa-gesa.Begitu masuk, dia langsung menamparku."Siapa izinkan kamu sentuh muridku?"Para gadis yang rambutnya acak-acakan itu mendekati ibuku dengan ekspresi sedih."Bu Laura, kami mau bantu Cassie berkemas. Tak sangka, dia malah pukul kami ...."Sembari berbicara, mereka mulai menangis.Ibuku menatapku dengan marah.Aku tidak ingin menjelaskan.Ketika aku masih k
Baca selengkapnya

Bab 6

Setelah dimarahi bertahun-tahun, memangnya kenapa kalau aku melawan satu kali?Aku hanya ingin memenangkan perlombaan ini. Aku ingin menjadi juara di final dan bergabung dengan tim nasional.Aku ingin meninggalkan tempat ini dan pergi ke tempat seharusnya aku berada.Sepertinya Tuhan tidak pernah memihak padaku.Perlombaan diadakan di ibu kota.Perjalanan dari kabupaten menuju ibu kota memakan waktu lama.Sekalipun aku tidak pernah menggunakan uang dua ratus ribu yang diberikan ayahku, uang itu tidak cukup.Aku menyentuh liontin kalung yang terkait di leherku, ini adalah peninggalan nenekku.Sebelum meninggal, nenekku memberikan liontin ini padaku."Uang hasil tabungan Nenek ada di sini. Cassie, kelak, kalau kamu butuh uang, gadaikan saja. Jangan nggak rela. Sayangnya, Nenek nggak bisa lihat Cassie jadi pakar Matematika. Nenek pasti akan berkati Cassie di surga ...."Nenek ... Nenek ....Air mata membuat penglihatanku kabur.Aku terisak-isak.Genggamanku menjadi makin kuat.Saat itu, a
Baca selengkapnya

Bab 7

Aku bertanya dengan ragu, "Aku benaran menang?"Bu Siska mengangguk. "Selamat, Cassie. Kamu berhak mengikuti liga!"Berita itu segera menyebar ke seisi sekolah.Pada hari pertama kembali ke sekolah, ibuku menerjang masuk ke kelas. Dia mengabaikan guru yang sedang mengajar dan bertanya di depan semua murid."Nilai Matematika-mu cuma pas-pasan. Kasih tahu aku, kamu curang waktu ujian, 'kan!""Kalau ada masalah, boleh laporkan aku ke pihak penyelenggara."Guru yang sedang mengajar segera menasihati ibuku. "Curang apanya. Mungkin Cassie beruntung."Benar, bagaimana mungkin mereka percaya pada murid yang nilai Matematika-nya pas-pasan?"Cassie, kamu ini. Kabar gembira ini, bukannya kasih tahu ibumu. Kami tahu dari pihak sekolah, ibumu pasti marah.""Aku nggak mau akui anak yang berbuat curang!"Setelah pergi, ibuku langsung melaporkanku ke Biro Pendidikan.Aku tahu ibuku tidak akan berada di sisiku.Namun, aku tidak menyangka dia akan mencelakaiku.Kalau aku curang, dia akan dianggap pahlaw
Baca selengkapnya

Bab 8

Semuanya berhenti berlari dan menatap kami.Aku keluar dari kerumunan. Bagaimana mungkin ibuku mengizinkanku mempelajari Matematika dan melihatku menciptakan prestasi dalam bidang Matematika."Bu Laura, kamu lupa? Kamu yang usir aku dari rumah!""Anak dan ibu bertengkar itu hal wajar. Nanti juga berlalu, jangan cari masalah."Mundur selangkah untuk menekan lawan, ini adalah cara yang paling sering digunakan ibuku.Begitu mendengar ucapan ini, orang asing di sekitar mulai membujukku. Seolah-olah akulah yang mencari masalah dengan ibuku.Tidak ada yang tahu betapa sulitnya hidupku selama beberapa tahun ini.Tidak ada yang tahu bahwa ibuku hanya akan mengakuiku di saat seperti ini.Hanya saja, kali ini berbeda.Bu Siska yang sedang lari pagi bersama para murid mendekat dengan terengah-engah dan berhenti di depanku."Cassie, dasar nggak tahu terima kasih. Kukasih tahu, kalau hari ini kamu nggak pulang, jangan harap bisa ikut ujian masuk universitas!""Aku nggak bakal kasih kamu KTP-mu! Kam
Baca selengkapnya

Bab 9

Tanganku menjadi makin mati rasa.Aku berusaha untuk mendorong ibuku dan bergegas maju dengan terhuyung-huyung.Namun, karena kehilangan terlalu banyak darah, tubuhku menjadi lemas dan aku terjatuh ke tanah.Ibuku yang sedang memegang batu bata berjalan menghampiriku sambil tersenyum aneh.Ketika aku mengira tangan kananku akan patah, beberapa mahasiswa menyadari keberadaanku.Melihat situasi ini, ibuku menghentikan langkahnya. Dia menyalakan motornya dan pergi secepat kilat, seolah-olah semua ini tidak pernah terjadi.Mungkin Tuhan pun mengasihaniku. Para mahasiswa itu kebetulan adalah mahasiswa kedokteran.Ada yang membantuku menelepon ambulans dan ada yang memeriksa kondisiku.Tanganku terselamatkan.Namun, aku tidak bisa menggunakan tangan kananku untuk sementara waktu.Bu Siska bergegas datang. Melihat tangan kananku digips, matanya memerah, tetapi dia berusaha untuk menahan air matanya.Dia menghiburku. "Untung kamu baik-baik saja, untung kamu baik-baik saja ...."Saat dia menund
Baca selengkapnya

Bab 10

Setelah kompetisi berakhir, Bu Siska mengaturkan tempat tinggal yang hanya diketahui olehnya dan aku.Sistem pengajaran juga beralih ke sistem daring.Tidak boleh terjadi kesalahan lagi.Setelah kompetisi berakhir, cepat atau lambat, ibuku akan mengetahui bahwa aku kidal.Memang benar, di hari pengumuman hasil kompetisi.Para guru mengucapkan selamat pada ibuku.Tentu saja, ibuku tidak percaya."Sembarang ngomong, tangan kanan Cassie patah. Dia nggak bisa tulis, kamu salah lihat."Guru itu segera membawa ibuku pergi membandingkan hasil yang tertera di setiap sekolah."Salah lihat dari mana? Nggak sangka, anakmu itu genius."Tubuh ibuku bergetar, dia bergumam, "Nggak, nggak."Dia pergi temui Biro Pendidikan dan pihak penyelenggara lagi. Kali ini, dia menuduh Bu Siska menyuap pihak penyelenggara.Setelah diselidiki, Bu Siska terbukti tidak bersalah.Ibuku mengatakan bahwa mesin bermasalah.Staf sangat kesal pada ibuku."Apa ada ibu macam kamu? Nggak berharap putrimu sukses!"Setelah beru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status