Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kembalinya Sang Raja Naga: Chapter 41 - Chapter 50

93 Chapters

Bab 41- Serangan Monster II

“Lean! Terus menembak, aku akan melindungimu," seru Darrel sambil menangkis serangan dari para Goblin.Lean cepat mengamati medan pertempuran. Dengan mata yang tajam, ia memperhatikan Goblin yang tampak berbeda dari yang lain—berdiri sedikit lebih tinggi, membawa tombak kayu yang lebih kokoh. Mengetahui ada sesuatu yang berbeda dari Goblin itu, Lean menarik busurnya dan membidik dengan presisi yang mantap, mengincar titik lemah Goblin tersebut.Panah yang di lapisi energi samar melewat dengan kecepatan super, melewati beberapa Goblin hingga menancap di tengah dahi targetnya, yaitu Goblin mid rank.Dengan kalahnya salah Goblin terkuat dari gerombolan monster itu, para Goblin keroco lainnya mulai panik.Mengambil kesempatan itu, Lissa menggenggam pedang pendeknya dengan erat, dan kilatan energi mulai muncul di sekitar bilah pedangnya—ini adalah Sword Aura rank Beginner, sebuah teknik yang baru saja ia pelajari namun kini tampak sangat berguna. Dengan konsentrasi penuh, Lissa menarik n
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 42- Serangan Monster III

Beberapa meter di hadapan Darrel, Dark Bear berjalan perlahan, menyisakan jejak cakar tajam di permukaan tanah yang dipijaknya. Mata binatang buas itu bersinar merah dengan amarah yang memancar kuat, seolah siap menelan apa pun yang berani menantangnya. Hutan sekitar mereka sunyi, seakan seluruh makhluk hidup sengaja menghindari tempat itu.Darrel berdiri tegap, mengangkat pedangnya dengan kuda-kuda sederhana. Pupilnya perlahan memancarkan cahaya keemasan yang tajam dan dingin, berbeda jauh dari tatapan lembut yang biasa ia tunjukkan. Dari tangannya, muncul aura merah ganas yang merambat dan menyelimuti bilah pedang, menyatu dengan setiap gerakan tubuhnya. Cahaya itu berkilauan dengan intensitas yang semakin lama semakin pekat, seolah menggambarkan kekuatan yang tersembunyi dan mulai bangkit.Di belakangnya, Lissa, Lean, Dims, dan Jose hanya bisa menatap terpana. Mereka mengenal Darrel sebagai pemuda yang santai dan karismatik, namun sosok di hadapan mereka tampak seperti orang ya
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 43- Pertemuan Tak Terduga

Hutan Crofis terasa semakin mencekam seiring waktu berlalu. Di bawah kanopi pepohonan yang rapat, Darrel dan timnya melangkah hati-hati mengikuti petunjuk pada peta lusuh yang mereka pegang. Udara dingin terasa menusuk kulit, bercampur aroma tanah lembap dan dedaunan busuk."Dim, bagaimana arah kita?" tanya Darrel, suaranya terdengar pelan namun tegas.Dims yang memegang peta itu memeriksanya sejenak sebelum menjawab. "Kita harus terus ke arah timur. Kalau petunjuk ini benar, kita akan mencapai titik pertemuan dalam beberapa jam.""Semoga saja," sahut Lean sambil menggenggam erat busur panahnya. "Aku tidak suka perasaan diawasi seperti ini."Darrel mengangguk. Ia juga merasakan hal yang sama. Sepanjang perjalanan, mereka berkali-kali mendengar suara ranting patah atau geraman samar dari arah yang tidak terlihat. Namun, setiap kali mereka berhenti untuk memeriksa, hanya hening yang menyambut mereka.“Jaga posisi, jangan lengah,” ujar Darrel singkat, auranya tetap memancarkan kewaspada
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 44- Konsekuensi

Andrew tertawa, melambaikan tangan, dan bayangan hitam melesat ke arah Lissa. Namun, dengan gerakan cekatan, Lissa menghindar dan membalas dengan serangan cepat. Sayangnya, serangan itu terhenti oleh perisai bayangan yang muncul di sekitar Andrew.“Lissa, hati-hati! Itu bukan sihir biasa,” seru Dims sambil mengangkat pedangnya, bersiap membantu.Andrew memutar tubuhnya, menatap Dims dengan seringai. “Kau mau mencoba juga, nak? Jangan khawatir, aku akan memberimu kesempatan untuk kalah dengan terhormat.”Darrel mengangkat tangannya, menghentikan Dims yang hendak menyerang. “Biar aku yang menghadapinya.”“Darrel, kau yakin?” tanya Lean, matanya penuh kekhawatiran.Darrel mengangguk pelan, pupil emasnya bersinar tajam. “Kebetulan yang cukup sulit dimengerti. Aku harus tahu dari mana dia mendapatkan kekuatan itu.”Andrew tersenyum puas melihat Darrel melangkah maju. “Bagus, akhirnya kau menunjukkan keberanianmu, Darrel. Tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kekuatan yang telah di
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 45- Tiba di Zona Aman

Dalam sekejap saja, satu tim sepenuhnya lenyap dari kompetisi. Meskipun Akademi secara tegas melarang pembunuhan antarsiswa, aturan itu nyaris tidak berlaku begitu kompetisi berlangsung tanpa pengawasan ketat. Para siswa paham bahwa hutan Crofis bukan hanya ujian kekuatan, tapi juga ujian bertahan hidup.Namun, mereka yang ketahuan membunuh sesama siswa akan menghadapi hukuman berat dari Akademi, bahkan tuntutan dari keluarga korban. Karenanya, Darrel tidak membuang waktu. Dengan wajah dingin, ia memastikan tidak ada jejak yang bisa mengarah padanya atau timnya.“Lean, Dims, kumpulkan semua barang milik mereka,” perintah Darrel tegas, sementara tangannya memeriksa bekas sihir gelap di tanah.“Tapi Darrel… ini…” Lean tampak bimbang, memandangi tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa itu.“Maaf karena telah melibatkan kalian, tapi ini adalah pilihan mereka. Bersekongkol dengan penyihir hitam adalah kejahatan besar, bahkan Kekaisaran tak akan toleran dengan hal seperti itu.” jawab Darrel
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 46- Keputusan

Kabut semakin menebal di sekitar rawa-rawa berlumpur, menyelimuti semuanya dalam keheningan yang mencekam. Di tengah suasana itu, lima orang berdiri di pinggir rawa-rawa, wajah-wajah mereka dipenuhi amarah dan frustrasi.“Bodoh sekali! Bagaimana mungkin jejak mereka bisa menghilang begitu saja?!” seru pemuda berambut kuncir kuda dengan nada penuh emosi. Dia adalah pemimpin kelompok dari kelas Swordman Menengah, Marcel.“Tenanglah, Marcel. Mungkin mereka hanya bersembunyi,” ucap salah satu anggota timnya, seorang gadis berambut pendek dengan pedang di punggungnya. Suaranya tenang, meski raut wajahnya memperlihatkan sedikit kegelisahan.“Kau pikir aku bodoh, Lia?!” balas Marcel tajam. “Jejak mereka terputus di sini, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Mereka pasti sengaja melakukannya karena tahu mereka dibuntuti!”Greg, seorang pria kekar dengan kapak besar di bahunya ikut bicara. “Mungkin kita terlalu lama mengintai mereka di zona hijau. Kalau saja kita bertindak lebih cepat
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 47- Naga Terkutuk

Makhluk itu menggeram lebih keras, suaranya mengguncang dinding gua hingga batuan kecil berjatuhan. Naga itu mengumpulkan kekuatan untuk menyerang dan tanpa peringatan, ia meluncur ke arah Darrel dengan kecepatan luar biasa. Meski tubuhnya dililit rantai hitam dan luka-luka yang mengeluarkan aura kegelapan, itu sama sekali tidak membatasi gerakannya. Sebaliknya, aura gelap yang memancar dari tubuhnya justru membuatnya semakin menakutkan, seperti seekor predator ganas yang tak kenal lelah. Darrel mengeratkan genggaman pada pedangnya, bersiap menghadapi serangan yang datang.“Darrel, hati-hati!” seru Lean, suaranya memecah kepanikan di antara timnya yang berlindung di balik batu besar.Semburan energi hitam keluar dari mulut naga, menghancurkan bebatuan di sepanjang jalur serangnya. Ia mencengkeram pedangnya lebih erat, menyiapkan diri menghadapi serangan itu dan menjejakkan kaki dengan kuat di lantai gua, memusatkan kekuatan Drakonis di tubuhnya.Darrel menghindar dengan lompatan
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 48- Dipaksa Mundur

Dengan percaya diri, Jose melangkah maju, pedang besarnya berkilauan dalam cahaya redup, diikuti oleh teman-temannya yang berdiri tegap di belakangnya. Ia menatap Darrel dengan serius, wajahnya penuh tekad."Darrel, serahkan ini pada kami. Kau sudah berjuang cukup keras. Kami akan mengatasi yang ini," kata Jose mantap, suaranya terdengar seperti perintah tetapi juga penuh rasa hormat.Lean mengangguk setuju, menambahkan, "Benar, kau harus istirahat. Biarkan kami yang menangani mereka."Darrel menatap teman-temannya sejenak, terdiam oleh semangat mereka. Ia sadar, apa yang mereka katakan benar. Tubuhnya masih lelah setelah pertempuran dengan naga terkutuk itu. Darrel menghela napas panjang, ia mengangguk perlahan."Baiklah," jawab Darrel dengan nada berat. "Aku percayakan pada kalian. Tapi ingat, jangan terlalu memaksakan diri dan hati-hatilah."Ia melangkah mundur, bersandar pada dinding gua, matanya tetap waspada mengamati situasi.Jose mencengkeram gagang pedangnya lebih erat, aur
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 49- Harta dan Racun

Setelah berhasil mendapatkan bendera hitam, Darrel dan timnya memutuskan untuk istirahat sejenak di dalam gua sebelum melanjutkan perjalanan. Keheningan gua yang hanya dipecah oleh bunyi napas mereka perlahan terasa lebih menenangkan. Namun, perhatian Darrel tertuju pada bagian dinding gua yang tampak berbeda. Lapisan tipis batu yang pecah akibat guncangan sebelumnya memperlihatkan lorong tersembunyi di baliknya. “Lihat ini,” Darrel memanggil teman-temannya sambil menyorotkan obor ke arah lorong. “Sepertinya ada jalan lain di balik sini. Mari periksa.” “Lorong tersembunyi?” Jose mengangkat alisnya. “Mungkin ada sesuatu yang menarik di dalam sana.” Lean melangkah maju, memeriksa batu-batu yang runtuh. “Sepertinya cukup aman. Aku setuju dengan Darrel, kita harus melihat apa yang ada di dalam.” Mereka pun memutuskan untuk menjelajah lorong itu. Jalan setapak yang sempit membawa mereka ke sebuah ruangan kecil, tetapi isinya membuat mereka semua tercengang. Tumpukan emas dan
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 50- Keberhasilan

Dims berlari ke arah gerbang dengan wajah penuh kecemasan. Tepat saat dia mendekati gerbang utama, dia melihat dua sosok yang sangat dikenalnya: Darrel dan Lean. Darrel berjalan tertatih-tatih dengan wajah pucat, tubuhnya terlihat seperti hampir tidak sanggup berdiri. Lean menopang bahunya dengan erat, memastikan temannya tetap tegak. “Kalian!” seru Dims, suaranya bergetar antara lega dan khawatir. “Kalian berhasil!” Darrel tersenyum kecil, meskipun matanya tampak lelah. “Tentu saja. Aku bilang kita semua akan keluar dari sana hidup-hidup, kan?” Dims menghela napas lega, lalu memukul bahu Lean dengan lembut. “Bagus sekali, Lean. Tanpamu, dia pasti tidak akan kembali dengan selamat.” Lean mengangguk dengan sedikit senyuman. “Dia keras kepala, tapi aku tidak akan membiarkannya begitu saja.” Lissa menghampiri mereka dengan langkah cepat, wajahnya mencerminkan rasa lega yang mendalam. “Kalian benar-benar membuat kami cemas! Apa kau gila, Darrel? Melawan monster sebanyak itu sendir
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status