Beranda / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Bab 42- Serangan Monster III

Share

Bab 42- Serangan Monster III

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 07:52:10

Beberapa meter di hadapan Darrel, Dark Bear berjalan perlahan, menyisakan jejak cakar tajam di permukaan tanah yang dipijaknya.

Mata binatang buas itu bersinar merah dengan amarah yang memancar kuat, seolah siap menelan apa pun yang berani menantangnya.

Hutan sekitar mereka sunyi, seakan seluruh makhluk hidup sengaja menghindari tempat itu.

Darrel berdiri tegap, mengangkat pedangnya dengan kuda-kuda sederhana. Pupilnya perlahan memancarkan cahaya keemasan yang tajam dan dingin, berbeda jauh dari tatapan lembut yang biasa ia tunjukkan.

Dari tangannya, muncul aura merah ganas yang merambat dan menyelimuti bilah pedang, menyatu dengan setiap gerakan tubuhnya.

Cahaya itu berkilauan dengan intensitas yang semakin lama semakin pekat, seolah menggambarkan kekuatan yang tersembunyi dan mulai bangkit.

Di belakangnya, Lissa, Lean, Dims, dan Jose hanya bisa menatap terpana. Mereka mengenal Darrel sebagai pemuda yang santai dan karismatik, namun sosok di hadapan mereka tampak seperti orang ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 43- Pertemuan Tak Terduga

    Hutan Crofis terasa semakin mencekam seiring waktu berlalu. Di bawah kanopi pepohonan yang rapat, Darrel dan timnya melangkah hati-hati mengikuti petunjuk pada peta lusuh yang mereka pegang. Udara dingin terasa menusuk kulit, bercampur aroma tanah lembap dan dedaunan busuk."Dim, bagaimana arah kita?" tanya Darrel, suaranya terdengar pelan namun tegas.Dims yang memegang peta itu memeriksanya sejenak sebelum menjawab. "Kita harus terus ke arah timur. Kalau petunjuk ini benar, kita akan mencapai titik pertemuan dalam beberapa jam.""Semoga saja," sahut Lean sambil menggenggam erat busur panahnya. "Aku tidak suka perasaan diawasi seperti ini."Darrel mengangguk. Ia juga merasakan hal yang sama. Sepanjang perjalanan, mereka berkali-kali mendengar suara ranting patah atau geraman samar dari arah yang tidak terlihat. Namun, setiap kali mereka berhenti untuk memeriksa, hanya hening yang menyambut mereka.“Jaga posisi, jangan lengah,” ujar Darrel singkat, auranya tetap memancarkan kewaspada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 44- Konsekuensi

    Andrew tertawa, melambaikan tangan, dan bayangan hitam melesat ke arah Lissa. Namun, dengan gerakan cekatan, Lissa menghindar dan membalas dengan serangan cepat. Sayangnya, serangan itu terhenti oleh perisai bayangan yang muncul di sekitar Andrew.“Lissa, hati-hati! Itu bukan sihir biasa,” seru Dims sambil mengangkat pedangnya, bersiap membantu.Andrew memutar tubuhnya, menatap Dims dengan seringai. “Kau mau mencoba juga, nak? Jangan khawatir, aku akan memberimu kesempatan untuk kalah dengan terhormat.”Darrel mengangkat tangannya, menghentikan Dims yang hendak menyerang. “Biar aku yang menghadapinya.”“Darrel, kau yakin?” tanya Lean, matanya penuh kekhawatiran.Darrel mengangguk pelan, pupil emasnya bersinar tajam. “Kebetulan yang cukup sulit dimengerti. Aku harus tahu dari mana dia mendapatkan kekuatan itu.”Andrew tersenyum puas melihat Darrel melangkah maju. “Bagus, akhirnya kau menunjukkan keberanianmu, Darrel. Tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kekuatan yang telah di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 45- Tiba di Zona Aman

    Dalam sekejap saja, satu tim sepenuhnya lenyap dari kompetisi. Meskipun Akademi secara tegas melarang pembunuhan antarsiswa, aturan itu nyaris tidak berlaku begitu kompetisi berlangsung tanpa pengawasan ketat. Para siswa paham bahwa hutan Crofis bukan hanya ujian kekuatan, tapi juga ujian bertahan hidup.Namun, mereka yang ketahuan membunuh sesama siswa akan menghadapi hukuman berat dari Akademi, bahkan tuntutan dari keluarga korban. Karenanya, Darrel tidak membuang waktu. Dengan wajah dingin, ia memastikan tidak ada jejak yang bisa mengarah padanya atau timnya.“Lean, Dims, kumpulkan semua barang milik mereka,” perintah Darrel tegas, sementara tangannya memeriksa bekas sihir gelap di tanah.“Tapi Darrel… ini…” Lean tampak bimbang, memandangi tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa itu.“Maaf karena telah melibatkan kalian, tapi ini adalah pilihan mereka. Bersekongkol dengan penyihir hitam adalah kejahatan besar, bahkan Kekaisaran tak akan toleran dengan hal seperti itu.” jawab Darrel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 46- Keputusan

    Kabut semakin menebal di sekitar rawa-rawa berlumpur, menyelimuti semuanya dalam keheningan yang mencekam. Di tengah suasana itu, lima orang berdiri di pinggir rawa-rawa, wajah-wajah mereka dipenuhi amarah dan frustrasi.“Bodoh sekali! Bagaimana mungkin jejak mereka bisa menghilang begitu saja?!” seru pemuda berambut kuncir kuda dengan nada penuh emosi. Dia adalah pemimpin kelompok dari kelas Swordman Menengah, Marcel.“Tenanglah, Marcel. Mungkin mereka hanya bersembunyi,” ucap salah satu anggota timnya, seorang gadis berambut pendek dengan pedang di punggungnya. Suaranya tenang, meski raut wajahnya memperlihatkan sedikit kegelisahan.“Kau pikir aku bodoh, Lia?!” balas Marcel tajam. “Jejak mereka terputus di sini, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Mereka pasti sengaja melakukannya karena tahu mereka dibuntuti!”Greg, seorang pria kekar dengan kapak besar di bahunya ikut bicara. “Mungkin kita terlalu lama mengintai mereka di zona hijau. Kalau saja kita bertindak lebih cepat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 47- Naga Terkutuk

    Makhluk itu menggeram lebih keras, suaranya mengguncang dinding gua hingga batuan kecil berjatuhan. Naga itu mengumpulkan kekuatan untuk menyerang dan tanpa peringatan, ia meluncur ke arah Darrel dengan kecepatan luar biasa. Meski tubuhnya dililit rantai hitam dan luka-luka yang mengeluarkan aura kegelapan, itu sama sekali tidak membatasi gerakannya. Sebaliknya, aura gelap yang memancar dari tubuhnya justru membuatnya semakin menakutkan, seperti seekor predator ganas yang tak kenal lelah. Darrel mengeratkan genggaman pada pedangnya, bersiap menghadapi serangan yang datang.“Darrel, hati-hati!” seru Lean, suaranya memecah kepanikan di antara timnya yang berlindung di balik batu besar.Semburan energi hitam keluar dari mulut naga, menghancurkan bebatuan di sepanjang jalur serangnya. Ia mencengkeram pedangnya lebih erat, menyiapkan diri menghadapi serangan itu dan menjejakkan kaki dengan kuat di lantai gua, memusatkan kekuatan Drakonis di tubuhnya.Darrel menghindar dengan lompatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 48- Dipaksa Mundur

    Dengan percaya diri, Jose melangkah maju, pedang besarnya berkilauan dalam cahaya redup, diikuti oleh teman-temannya yang berdiri tegap di belakangnya. Ia menatap Darrel dengan serius, wajahnya penuh tekad."Darrel, serahkan ini pada kami. Kau sudah berjuang cukup keras. Kami akan mengatasi yang ini," kata Jose mantap, suaranya terdengar seperti perintah tetapi juga penuh rasa hormat.Lean mengangguk setuju, menambahkan, "Benar, kau harus istirahat. Biarkan kami yang menangani mereka."Darrel menatap teman-temannya sejenak, terdiam oleh semangat mereka. Ia sadar, apa yang mereka katakan benar. Tubuhnya masih lelah setelah pertempuran dengan naga terkutuk itu. Darrel menghela napas panjang, ia mengangguk perlahan."Baiklah," jawab Darrel dengan nada berat. "Aku percayakan pada kalian. Tapi ingat, jangan terlalu memaksakan diri dan hati-hatilah."Ia melangkah mundur, bersandar pada dinding gua, matanya tetap waspada mengamati situasi.Jose mencengkeram gagang pedangnya lebih erat, aur

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 49- Harta dan Racun

    Setelah berhasil mendapatkan bendera hitam, Darrel dan timnya memutuskan untuk istirahat sejenak di dalam gua sebelum melanjutkan perjalanan. Keheningan gua yang hanya dipecah oleh bunyi napas mereka perlahan terasa lebih menenangkan. Namun, perhatian Darrel tertuju pada bagian dinding gua yang tampak berbeda. Lapisan tipis batu yang pecah akibat guncangan sebelumnya memperlihatkan lorong tersembunyi di baliknya. “Lihat ini,” Darrel memanggil teman-temannya sambil menyorotkan obor ke arah lorong. “Sepertinya ada jalan lain di balik sini. Mari periksa.” “Lorong tersembunyi?” Jose mengangkat alisnya. “Mungkin ada sesuatu yang menarik di dalam sana.” Lean melangkah maju, memeriksa batu-batu yang runtuh. “Sepertinya cukup aman. Aku setuju dengan Darrel, kita harus melihat apa yang ada di dalam.” Mereka pun memutuskan untuk menjelajah lorong itu. Jalan setapak yang sempit membawa mereka ke sebuah ruangan kecil, tetapi isinya membuat mereka semua tercengang. Tumpukan emas dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 50- Keberhasilan

    Dims berlari ke arah gerbang dengan wajah penuh kecemasan. Tepat saat dia mendekati gerbang utama, dia melihat dua sosok yang sangat dikenalnya: Darrel dan Lean. Darrel berjalan tertatih-tatih dengan wajah pucat, tubuhnya terlihat seperti hampir tidak sanggup berdiri. Lean menopang bahunya dengan erat, memastikan temannya tetap tegak. “Kalian!” seru Dims, suaranya bergetar antara lega dan khawatir. “Kalian berhasil!” Darrel tersenyum kecil, meskipun matanya tampak lelah. “Tentu saja. Aku bilang kita semua akan keluar dari sana hidup-hidup, kan?” Dims menghela napas lega, lalu memukul bahu Lean dengan lembut. “Bagus sekali, Lean. Tanpamu, dia pasti tidak akan kembali dengan selamat.” Lean mengangguk dengan sedikit senyuman. “Dia keras kepala, tapi aku tidak akan membiarkannya begitu saja.” Lissa menghampiri mereka dengan langkah cepat, wajahnya mencerminkan rasa lega yang mendalam. “Kalian benar-benar membuat kami cemas! Apa kau gila, Darrel? Melawan monster sebanyak itu sendir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 95- Tak Berdaya

    Cilera berdiri terpaku, tangan yang memegang busur gemetar hebat. Air matanya tak lagi dapat ditahan, mengalir deras melewati pipinya. la memandangi Darrel yang masih tertusuk oleh tulang tajam, tubuhnya lemas tak bergerak. Sejenak, bayangan masa lalu mereka melintas di benaknya-senyuman hangat Darrel, keberanian yang ia tunjukkan, dan janji untuk melindungi dunia. Suara Luciferos yang penuh ejekan terus menggema di telinganya, tetapi tidak ada yang mampu menenangkan ketakutan dalam hatinya. Ia meremas busurnya dengan kedua tangan, tetapi lututnya melemas, seolah kekuatan untuk berdiri pun menghilang.“Darrel…” lirihnya, air mata mengalir semakin deras. “Kau… ini semua salahku. Aku harusnya tak membiarkanmu pergi sendiri.”Di sampingnya, Vindel mengeratkan genggamannya pada pedang yang ia pegang. Rahangnya mengatup kuat, menahan gejolak emosi yang meluap-luap dalam dirinya. Darrel, ia tahu bahwa pemuda itu adalah sosok yang lebih dari sekadar sekutu ia adalah harapan yang mampu me

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 94- Darrel Kalah?

    Darrel berdiri dengan napas memburu, tubuhnya penuh luka. Setiap gerakan terasa seperti menahan beban gunung, tetapi matanya masih bersinar tajam dengan tekad yang tidak tergoyahkan. Di hadapannya, ketiga jenderal iblis—Mordor dengan kapak raksasanya, Kroel dengan tombak tajam mematikannya, dan Isengard dengan pedang-pedang melengkung yang berkilauan oleh energi merah darah—melangkah maju, aura mematikan mereka semakin menekan atmosfer.“Aku sudah cukup bersenang-senang,” Isengard berkata dingin sambil menyeringai. “Saatnya kau mati, manusia kecil.”Darrel memejamkan mata, berusaha mengabaikan rasa sakit yang melanda seluruh tubuhnya. Dalam pikirannya, bayangan naga emas raksasa, Drakonis, muncul, memandangnya dengan mata yang penuh kebijaksanaan dan wibawa."Drakonis, aku butuh kekuatanmu.""Tubuhmu tidak cukup kuat untuk menanggung semuanya, nak," balas suara berat Drakonis. "Jika aku memberimu lebih, kau mungkin tidak akan bertahan.""Aku tidak peduli! Bahkan jika nyawaku harus me

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 93- Darrel Vs Tiga Jendral Iblis

    Bab 93 – Tekanan Tiga JenderalKapak besar Jendral iblis Mordor mengayun dengan kekuatan yang menggetarkan bumi. Udara di sekitarnya berdesing tajam, menyiratkan kekuatan destruktif yang dapat menghancurkan gunung dalam sekali tebasan. Namun, Darrel dengan refleks luar biasa menghindar, tubuhnya bergerak cepat meninggalkan bayangan hitam.Mata keemasan Darrel bersinar tajam, memindai tiga jenderal iblis yang mengepungnya. Mordor berdiri dengan kapak raksasanya, sosok merah darah itu adalah simbol kekuatan mentah. Di sisi lain, Isengard yang lebih ramping namun menyeramkan dengan dua pedang melengkung di tangannya, menebarkan aura haus darah. Terakhir adalah Kroel, tubuhnya dilapisi armor hitam pekat yang membuatnya tampak seperti benteng hidup, dengan tombak panjang berujung runcing yang sesekali menyala dengan energi gelap."Kau manusia keras kepala!" raung Mordor, taring tajamnya tampak saat ia membuka mulutnya lebar. "Menghindar terus? Apa itu cara para kalian manusia bertarung?

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 92- Medan Perang yang Mencekam

    Medan perang semakin kacau setelah kemunculan Demon Lord Luciferos. Kabut hitam pekat yang menyelimuti wilayah Redthorn kini meluas, menyebar perlahan ke seluruh penjuru medan tempur, menyebarkan aroma busuk yang membuat siapa pun merasa mual.Di tengah suasana mencekam itu, barisan pasukan iblis terus muncul dari dalam hutan. Mereka berbaris dengan rapi, dipimpin oleh para jenderal iblis yang memiliki tampilan ganas dan mengintimidasi. Salah satu jenderal, sosok tinggi besar dengan kulit merah pekat dan pedang raksasa di punggungnya, tertawa keras."Haha! Lihat wajah ketakutan mereka! Pasukan elf sudah kehilangan nyali!" teriaknya, suaranya menggema di antara gemuruh langkah pasukan.Para prajurit elf semakin tertekan. Banyak di antara mereka yang jatuh berlutut, kehilangan semangat bertempur. Beberapa bahkan mulai menangis, membayangkan kematian yang tak terelakkan.Namun, dari kejauhan, terdengar suara terompet perang. Derap langkah ribuan pasukan bergema, menggetarkan tanah. Dari

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 91- Kemunculan Demon Lord

    Di medan perang yang porak-poranda, kekuatan luar biasa terpancar dari tubuh Darrel yang kini bertransformasi menjadi sesuatu yang hampir tak bisa dikenali. Sisik-sisik hitam keemasan membalut tubuhnya, membentuk armor kokoh yang memancarkan aura mengancam. Kedua tangannya berubah menjadi cakar tajam, seperti lengan seekor naga, sementara matanya bersinar keemasan, memancarkan tatapan dingin yang menusuk jiwa siapa pun yang melihatnya.Barrak tertegun, masih memegangi luka di perutnya yang tidak kunjung sembuh. Darah hitam pekat mengalir deras, namun luka itu bukan yang membuatnya gentar. Kekuatan yang terpancar dari Darrel memunculkan kenangan yang sudah lama terkubur dalam benaknya—bayangan sosok raksasa bermata emas, dengan suara yang menggema seperti guntur di atas langit yang kosong."Iblis. Beraninya makhluk menjijikkan seperti kalian menginjakkan kaki di duniaku."Suara berat nan agung itu terngiang kembali di kepala Barrak, membuat tubuhnya bergetar. Ia memandang Darrel den

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 90- Darrel Versus Barrak

    Medan perang adalah neraka. Jeritan prajurit dan raungan iblis terus menggema, sementara darah mengalir seperti sungai di atas tanah, menghiasi tanah tandus itu, sementara tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan, menjadi saksi bisu betapa brutalnya pertarungan yang berlangsung.Di tengah kekacauan, Jenderal Leonor berdiri dengan pedang yang meneteskan darah. Napasnya memburu, tapi matanya tetap memancarkan determinasi. Armor peraknya berkilauan, memantulkan sinar matahari yang memudar di balik awan gelap. Ia baru saja berhasil menumbangkan golem iblis raksasa dengan bantuan para penyihir elf dan Darrel. Namun, senyum kepuasan tak sempat menghiasi wajahnya."Sial! Mereka tidak kenal lelah!" seru Leonor seraya menebaskan pedangnya ke arah iblis yang mendekat. "Seolah mereka tak peduli dengan nyawa mereka sendiri!"Seorang penyihir elf, Mariel, mengangguk dengan wajah pucat. "Pasukan iblis ini seperti dipacu oleh sesuatu yang lebih besar, Jenderal. Ada kekuatan yang tidak biasa mempenga

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 89- Kota Suku Elf Pedalaman

    "Sial! Bedebah itu berhasil kabur," gerutu Delphira dengan napas terengah-engah, memandangi sosok berjubah hitam yang berlari menghilang ke kedalaman hutan lebat.Angin malam menyapu wajahnya yang sedikit di aliri keringat. Matanya menyipit, mencoba menembus gelapnya hutan, memastikan lawannya benar-benar pergi. Tubuhnya terasa agak letih, tenaga dalamnya terkuras setelah bertarung melawan sosok misterius itu. Ia menoleh ke arah luka kecil di lengannya, darah masih menetes perlahan."Kalau dia benar-benar bertarung sampai mati, aku mungkin harus siap kehilangan satu lemgan atau luka besar," gumamnya seraya mengusap keringat di dahinya. Meski berhasil memaksa lawannya mundur, ia tahu bahwa pertempuran tadi hampir berakhir buruk baginya.Delphira menarik napas panjang, mengatur dirinya sebelum melangkah mundur menuju tepi jurang. Dengan gerakan lincah, ia melompat ke udara. Seketika seekor elang raksasa dengan bulu keemasan menyambarnya, membawa tubuhnya melesat tinggi ke langit....S

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 88- Gemuruh Medan Perang II

    Medan perang itu bergetar hebat saat golem raksasa hendak mengangkat tangannya yang besar dan dipenuhi bebatuan keras, mencoba menghantam barisan prajurit elf yang ketakutan. Sebuah dentuman keras terdengar, seakan seluruh tanah itu akan terbelah. Namun, saat tangan golem yang besar hendak mendaratkan pukulan, tiba-tiba tangan itu terpotong menjadi dua bagian."Sssrreeettttt!"Sebuah suara tajam terdengar, dan gumpalan batu besar yang mengelilingi lengan golem terjatuh berantakan ke tanah, menciptakan percikan batu yang menyebar di sekitar medan perang.Para prajurit elf dan penyihir yang sebelumnya tampak terkejut dan takut, kini terdiam, kebingungan dan tak percaya. "Apa yang terjadi? Tangan golem itu... terputus?!" teriak salah satu prajurit dengan nada penuh keheranan.Di tengah kebingungannya, mereka melihat seorang pemuda muncul entah dari mana, melompat tinggi di udara, langsung menerjang golem itu dengan keberanian yang luar biasa. Pedangnya yang terhunus bersinar dingin, mem

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 87- Gemuruh Medan Perang

    Hamparan tanah tandus di hutan Redthorn kini berubah menjadi medan perang yang mencekam. Tanah retak, langit kelabu, dan udara berat oleh aroma busuk iblis yang bercampur dengan debu. Kabut hitam pekat mengambang, seolah menjadi tirai yang menutupi kekacauan di tempat itu.Di kejauhan, pasukan Kerajaan Moondale yang baru tiba melangkah dengan megah. Pancaran cahaya perak dari armor mereka memantulkan sinar matahari yang samar, menciptakan kilauan di tengah kegelapan. Bendera kerajaan berkibar di tengah angin, simbol dari sebuah pohon raksasa yang persis mencerminkan Tree Of Wisdom, mengingatkan setiap prajurit pada tekad dan harapan untuk bangkit meskipun menghadapi kehancuran.Seorang prajurit elf muda, wajahnya penuh luka dan darah, mendekati Jenderal Leonor. "Jenderal, pasukan utama telah tiba," katanya dengan nada lega, tetapi suaranya gemetar oleh kelelahan.Jenderal Leonor, pria paruh baya dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, memandangnya sekilas. "Bagaimana situasi di si

DMCA.com Protection Status