Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kembalinya Sang Raja Naga: Chapter 31 - Chapter 40

93 Chapters

Bab 31- Pembagian Kelas

Serangan itu mengenai pinggang kiri Sanz dengan akurat, membuatnya terpental jauh ke sisi arena. Tubuh Sanz menghantam dinding arena dengan keras, membuat retakan kecil di tembok. Suasana arena mendadak sunyi. Para penonton terkejut melihat pemandangan itu, terutama karena Darrel yang sejak awal tampak defensif, tiba-tiba mengalahkan Sanz dalam satu pukulan.Sanz terkapar di tanah, tak mampu bergerak. Darrel, yang masih berdiri dengan tenang di tengah arena, tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Profesor Jack akhirnya menghampiri Sanz, memeriksa kondisinya sebelum mengumumkan hasil duel. "Pemenangnya, Darrel Van Bertrand!"Sorakan dan bisikan segera memenuhi arena. Tak ada yang menyangka bahwa Darrel, yang mencetak skor rata-rata dalam dua tahap ujian sebelumnya, bisa mengalahkan Sanz dengan begitu mudah. "Apa yang terjadi?""Tak mungkin? Bukannya dia memiliki skor poin rata-rata di tahap ujian pertama dan kedua, Mengapa Sanz kalah dari orang itu dengan skor keterampilan yang jauh
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 32- Arogansi Instruktur

Di dalam kelas, terlihat beberapa siswa yang sudah duduk. Mereka semua terlihat biasa saja, dengan aura dan postur tubuh yang tidak mencerminkan bakat khusus. Salah satu dari mereka yang tampak sedikit berbeda adalah Lean Forc, teman sekamar Darrel di asrama. Pemuda berwajah culun itu tampak aneh melihat kesana kemari sambil menulis sesuatu di buku kecilnya. “Hallo,” sapa Darrel dengan senyum ramah, "Kau di kelas ini juga ya." Lean menoleh dengan sedikit kejutan, dia hanya mengangguk pelan. "Ya, kelas paling cocok untuk orang dengan bakat rendah sepertiku. Dan apa yang kau lakukan disini?" Darrel tertawa kecil, mengabaikan kerendahan hati Lean. "Tentu saja untuk belajar, memangnya apa lagi." Lean memandang Darrel dengan mata menyipit, "Bukannya nilaimu cukup bagus di atas rata-rata, kau bahkan mampu mengalahkan pemuda berbakat seperti Sanz, lantas mengapa kamu datang ke kelas paling rendah ini? Jangan bilang kau tersesat?" ucapnya. "Mana kutahu, aku mendapatkan perintah
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 33- Kesepakatan

Beberapa hari kemudian, suasana di Akademi Ravencroft terasa lebih tegang dari biasanya, terutama bagi kelas pemula. Darrel telah menyelesaikan rutinitas pagi dan bergegas menuju lapangan tempat latihan fisik berlangsung. Hari ini adalah kelas praktek, di mana setiap murid diharuskan menjalani latihan fisik yang cukup berat. Lapangan luas yang dipenuhi debu telah siap menyambut para siswa dengan tantangan yang tak sedikit.Darrel memandang sekeliling, melihat teman-temannya, termasuk Lean, yang berdiri dengan wajah penuh kecemasan. Mereka tahu bahwa latihan fisik di bawah pengawasan Instruktur Sebastian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Selain latihan keras yang mereka jalani, ada satu hal lagi yang membuat mereka semakin takut: sifat kejam Sebastian.Instruktur Sebastian muncul di depan mereka dengan senyum sinisnya yang sudah dikenal oleh seluruh siswa. Dengan tangan di pinggang, ia memerintahkan murid-murid untuk mulai berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh putar
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 34- Merekrut Anggota Tim

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan atmosfer di Akademi Kekaisaran Ravencroft semakin dipenuhi ketegangan. Sejak kesepakatan berisiko yang dilakukan Darrel dengan Instruktur Sebastian, suasana kelas pemula di Akademi Ravencroft berubah drastis. Para siswa, yang sebelumnya sudah terbebani oleh tugas-tugas fisik yang berat, kini merasa lebih tertekan oleh taruhan besar yang digantungkan di atas kepala mereka. Mereka kini hidup dalam ketakutan akan hasil dari kompetisi antar kelas yang akan datang.Darrel, yang kini menjadi pusat perhatian, merasakan tatapan canggung dari rekan-rekannya. Rasa gugup yang melingkupi mereka tampak jelas. Darrel tahu bahwa keputusan yang ia buat bukan hanya memengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga masa depan seluruh siswa kelas pemula. Sebagian besar dari mereka, meski tak berani berkata secara langsung, merasa bahwa keputusan Darrel terlalu gegabah. Mereka tidak yakin apakah bisa membantu Darrel dalam memenangkan kompetisi tersebut, terutama mengingat
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 35- Latihan dan Persiapan

Mereka berlatih setiap hari, berusaha meningkatkan kemampuan fisik, mental, dan taktik. Darrel mengatur strategi dengan hati-hati, memanfaatkan setiap keahlian yang dimiliki oleh anggota timnya."Lean, kau akan bertanggung jawab dalam bidang informasi dan strategi. Kau tahu lebih banyak tentang hutan Crofis daripada kami semua," kata Darrel saat mereka berlatih di lapangan.Lean, meskipun tidak sekuat anggota tim lainnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia adalah tipe orang yang dapat menganalisis situasi dengan cepat dan merencanakan strategi yang matang. Darrel tahu bahwa keahlian Lean sangat penting untuk kerjasama tim mereka."Aku akan melakukan yang terbaik," jawab Lean dengan serius. Ia memang tidak memiliki fisik dan keterampilan berpedang yang hebat, tapi ia bertekad untuk tidak menjadi beban bagi kelompoknya.Dims, meskipun tidak sekuat Jose, adalah seorang yang cepat dan gesit. Ia menjadi andalan dalam latihan kecepatan dan ketangkasan. "Kalau kita bisa bertahan dari b
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 36- Latihan dan Persiapan II

Dengan bimbingan dari Drakonis yang mengalir dalam dirinya, Darrel mengajarkan mereka teknik-teknik dasar yang memanfaatkan kecepatan, namun dengan penekanan pada keseimbangan dan ketepatan serangan. Setiap gerakan Dims dan Lissa diarahkan untuk mengurangi gerakan yang tidak perlu, sehingga mereka bisa bergerak lebih cepat dan efisien.Dims, yang biasanya bertarung dengan penuh antusiasme tanpa memikirkan pertahanan, kini mulai memahami pentingnya menjaga jarak dan menyesuaikan langkah kakinya. Setiap serangan yang ia lakukan sekarang lebih terukur, lebih terfokus.Lissa, yang awalnya ragu dengan setiap gerakan, mulai merasakan peningkatan kepercayaan diri. Dengan sedikit dorongan dari Darrel, dia bisa merasakan bahwa setiap langkah dan ayunan pedangnya lebih presisi."Kalian luar biasa, aku hanya mengajarkan kalian sedikit, namun kalian berkembang dengan cepat." kata Darrel setelah beberapa kali latihan intens. "Teruslah berlatih, ini baru teknik dasar, tapi kalau kalian bisa menguas
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 37- Gangguan Kelas Menengah

Keesokan harinya, Darrel dan teman-temannya berada di tempat latihan sejak pagi. Semangat dan antusiasme mereka membara, meskipun waktu latihan terasa sangat melelahkan. Mereka sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri, dan setiap detik yang terbuang adalah kehilangan kesempatan untuk berkembang. Latihan fisik yang keras diiringi dengan strategi yang matang telah menjadi bagian dari rutinitas mereka. Mereka sudah hampir melupakan dunia luar, fokus pada persiapan untuk kompetisi yang semakin dekat.Namun, ketenangan mereka tak berlangsung lama. Tiba-tiba, sekelompok siswa dari kelas menengah berjalan menghampiri mereka. Mereka mengenakan seragam akademi yang rapi dan menatap tim Darrel dengan pandangan arogan. Di depan kelompok itu, seorang siswa bertubuh kekar dan tinggi berdiri dengan tangan disilangkan di dada, tersenyum mengejek."Itu Andrew Vandirc," bisik Lean pada Darrel. "Dia keponakan Instruktur Sebastian. Salah satu siswa yang paling berpengaruh di kelas men
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 38- Awal Kompetisi

Instruktur Sebastian yang mendengar rumor tersebut tampak tidak senang. Dia tidak ingin melihat tim dari kelas pemula menunjukkan kemajuan yang terlalu mencolok, apalagi jika hal itu bisa membahayakan posisi Andrew. Dia mulai mengatur strategi lain untuk menggagalkan upaya Darrel dan timnya, tanpa harus turun tangan secara langsung.Di hari-hari berikutnya, Andrew dan teman-temannya beberapa kali mendatangi tim Darrel, mencoba mengganggu dan memprovokasi mereka. Namun, Darrel dan teman-temannya tidak lagi terpancing. Mereka semakin fokus pada tujuan mereka, tidak lagi mempedulikan ejekan atau hinaan dari siapa pun....Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Matahari masih belum sepenuhnya tinggi, dan kabut tipis menyelimuti sekitar, memberikan suasana yang terasa misterius dan mendebarkan. Lapangan akademi yang luas penuh sesak oleh ratusan siswa yang berdiri, membentuk lingkaran di sekitar podium besar di tengah-tengah lapangan. Suasana tegang dan penuh antisipasi tergambar jelas pa
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 39- Memasuki Hutan Crofis

Setelah beberapa penyampaian panjang dan pengumuman mengenai aturan, Profesor Jack menutup pidatonya dan menyuruh setiap tim untuk bersiap. Mereka diberi waktu singkat untuk mengatur perbekalan dan senjata yang akan mereka bawa, sebelum tim-tim tersebut mulai berbaris menuju gerbang hutan Crofis yang menjulang megah di depan mereka.Tim Darrel bergerak menuju titik persiapan. Darrel memastikan setiap anggotanya membawa bekal yang cukup dan senjata yang sesuai. Dan tak lupa membawa totem pelindung untuk berjaga-jaga.Ia sendiri memilih pedang panjang, sementara Lean membawa belati, busur dan panah, dengan persediaan panah cadangan. Walaupun Lean tak begitu pandai menggunakan pedang, nyatanya dia cukup hebat dalam membidik, sehingga membuat Darrel dan yang lainnya terkejut dan merasa aneh. Dan Jose, yang lebih mengandalkan kekuatan fisiknya, membawa pedang besar yang kuat. Dims dan Lissa memilih pedang pendek yang sesuai dengan gaya berpedang mereka. Saat mereka mendekati gerbang hu
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 40- Serangan Monster

Dims, yang sebelumnya menahan diri, kini menerjang maju. Ia mengayunkan tinjunya dengan kekuatan penuh, mengincar kaki depan Silver Fenrir yang terluka. Pukulan keras Dims menghantam kaki monster itu, menyebabkan terdengar bunyi retakan. Silver Fenrir mengaum kesakitan, berusaha melawan, tetapi serangan bertubi-tubi dari Dims membuatnya semakin terpojok. Sementara itu, Lissa melangkah maju dengan cepat, menusukkan pedang pendeknya ke sisi kanan Silver Fenrir tersebut. Bilah pedangnya dengan cepat menusuk ke dalam daging dan merobeknya hingga darah mengucur deras dari monster itu. Sayangnya kulit monster itu terlalu tebal dan luka yang dihasilkan Lissa cukup dangkal, namun memiliki dampak yang cukup untuk menekannya. Meski mereka berhasil melemahkannya, Silver Fenrir bukanlah lawan yang bisa diremehkan begitu saja. Dengan marah, monster itu mengumpulkan kekuatannya dan melancarkan auman panjang yang membuat hutan bergetar. Dalam sekejap, tubuhnya membesar, dan energi
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status