Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Bab 38- Awal Kompetisi

Share

Bab 38- Awal Kompetisi

Author: Murlox
last update Last Updated: 2024-11-24 08:45:24

Instruktur Sebastian yang mendengar rumor tersebut tampak tidak senang. Dia tidak ingin melihat tim dari kelas pemula menunjukkan kemajuan yang terlalu mencolok, apalagi jika hal itu bisa membahayakan posisi Andrew.

Dia mulai mengatur strategi lain untuk menggagalkan upaya Darrel dan timnya, tanpa harus turun tangan secara langsung.

Di hari-hari berikutnya, Andrew dan teman-temannya beberapa kali mendatangi tim Darrel, mencoba mengganggu dan memprovokasi mereka.

Namun, Darrel dan teman-temannya tidak lagi terpancing. Mereka semakin fokus pada tujuan mereka, tidak lagi mempedulikan ejekan atau hinaan dari siapa pun.

...

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Matahari masih belum sepenuhnya tinggi, dan kabut tipis menyelimuti sekitar, memberikan suasana yang terasa misterius dan mendebarkan.

Lapangan akademi yang luas penuh sesak oleh ratusan siswa yang berdiri, membentuk lingkaran di sekitar podium besar di tengah-tengah lapangan.

Suasana tegang dan penuh antisipasi tergambar jelas pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 39- Memasuki Hutan Crofis

    Setelah beberapa penyampaian panjang dan pengumuman mengenai aturan, Profesor Jack menutup pidatonya dan menyuruh setiap tim untuk bersiap. Mereka diberi waktu singkat untuk mengatur perbekalan dan senjata yang akan mereka bawa, sebelum tim-tim tersebut mulai berbaris menuju gerbang hutan Crofis yang menjulang megah di depan mereka.Tim Darrel bergerak menuju titik persiapan. Darrel memastikan setiap anggotanya membawa bekal yang cukup dan senjata yang sesuai. Dan tak lupa membawa totem pelindung untuk berjaga-jaga.Ia sendiri memilih pedang panjang, sementara Lean membawa belati, busur dan panah, dengan persediaan panah cadangan. Walaupun Lean tak begitu pandai menggunakan pedang, nyatanya dia cukup hebat dalam membidik, sehingga membuat Darrel dan yang lainnya terkejut dan merasa aneh. Dan Jose, yang lebih mengandalkan kekuatan fisiknya, membawa pedang besar yang kuat. Dims dan Lissa memilih pedang pendek yang sesuai dengan gaya berpedang mereka. Saat mereka mendekati gerbang hu

    Last Updated : 2024-11-24
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 40- Serangan Monster

    Dims, yang sebelumnya menahan diri, kini menerjang maju. Ia mengayunkan tinjunya dengan kekuatan penuh, mengincar kaki depan Silver Fenrir yang terluka. Pukulan keras Dims menghantam kaki monster itu, menyebabkan terdengar bunyi retakan. Silver Fenrir mengaum kesakitan, berusaha melawan, tetapi serangan bertubi-tubi dari Dims membuatnya semakin terpojok. Sementara itu, Lissa melangkah maju dengan cepat, menusukkan pedang pendeknya ke sisi kanan Silver Fenrir tersebut. Bilah pedangnya dengan cepat menusuk ke dalam daging dan merobeknya hingga darah mengucur deras dari monster itu. Sayangnya kulit monster itu terlalu tebal dan luka yang dihasilkan Lissa cukup dangkal, namun memiliki dampak yang cukup untuk menekannya. Meski mereka berhasil melemahkannya, Silver Fenrir bukanlah lawan yang bisa diremehkan begitu saja. Dengan marah, monster itu mengumpulkan kekuatannya dan melancarkan auman panjang yang membuat hutan bergetar. Dalam sekejap, tubuhnya membesar, dan energi

    Last Updated : 2024-11-24
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 41- Serangan Monster II

    “Lean! Terus menembak, aku akan melindungimu," seru Darrel sambil menangkis serangan dari para Goblin.Lean cepat mengamati medan pertempuran. Dengan mata yang tajam, ia memperhatikan Goblin yang tampak berbeda dari yang lain—berdiri sedikit lebih tinggi, membawa tombak kayu yang lebih kokoh. Mengetahui ada sesuatu yang berbeda dari Goblin itu, Lean menarik busurnya dan membidik dengan presisi yang mantap, mengincar titik lemah Goblin tersebut.Panah yang di lapisi energi samar melewat dengan kecepatan super, melewati beberapa Goblin hingga menancap di tengah dahi targetnya, yaitu Goblin mid rank.Dengan kalahnya salah Goblin terkuat dari gerombolan monster itu, para Goblin keroco lainnya mulai panik.Mengambil kesempatan itu, Lissa menggenggam pedang pendeknya dengan erat, dan kilatan energi mulai muncul di sekitar bilah pedangnya—ini adalah Sword Aura rank Beginner, sebuah teknik yang baru saja ia pelajari namun kini tampak sangat berguna. Dengan konsentrasi penuh, Lissa menarik n

    Last Updated : 2024-11-25
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 42- Serangan Monster III

    Beberapa meter di hadapan Darrel, Dark Bear berjalan perlahan, menyisakan jejak cakar tajam di permukaan tanah yang dipijaknya. Mata binatang buas itu bersinar merah dengan amarah yang memancar kuat, seolah siap menelan apa pun yang berani menantangnya. Hutan sekitar mereka sunyi, seakan seluruh makhluk hidup sengaja menghindari tempat itu.Darrel berdiri tegap, mengangkat pedangnya dengan kuda-kuda sederhana. Pupilnya perlahan memancarkan cahaya keemasan yang tajam dan dingin, berbeda jauh dari tatapan lembut yang biasa ia tunjukkan. Dari tangannya, muncul aura merah ganas yang merambat dan menyelimuti bilah pedang, menyatu dengan setiap gerakan tubuhnya. Cahaya itu berkilauan dengan intensitas yang semakin lama semakin pekat, seolah menggambarkan kekuatan yang tersembunyi dan mulai bangkit.Di belakangnya, Lissa, Lean, Dims, dan Jose hanya bisa menatap terpana. Mereka mengenal Darrel sebagai pemuda yang santai dan karismatik, namun sosok di hadapan mereka tampak seperti orang ya

    Last Updated : 2024-11-25
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 43- Pertemuan Tak Terduga

    Hutan Crofis terasa semakin mencekam seiring waktu berlalu. Di bawah kanopi pepohonan yang rapat, Darrel dan timnya melangkah hati-hati mengikuti petunjuk pada peta lusuh yang mereka pegang. Udara dingin terasa menusuk kulit, bercampur aroma tanah lembap dan dedaunan busuk."Dim, bagaimana arah kita?" tanya Darrel, suaranya terdengar pelan namun tegas.Dims yang memegang peta itu memeriksanya sejenak sebelum menjawab. "Kita harus terus ke arah timur. Kalau petunjuk ini benar, kita akan mencapai titik pertemuan dalam beberapa jam.""Semoga saja," sahut Lean sambil menggenggam erat busur panahnya. "Aku tidak suka perasaan diawasi seperti ini."Darrel mengangguk. Ia juga merasakan hal yang sama. Sepanjang perjalanan, mereka berkali-kali mendengar suara ranting patah atau geraman samar dari arah yang tidak terlihat. Namun, setiap kali mereka berhenti untuk memeriksa, hanya hening yang menyambut mereka.“Jaga posisi, jangan lengah,” ujar Darrel singkat, auranya tetap memancarkan kewaspada

    Last Updated : 2024-11-25
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 44- Konsekuensi

    Andrew tertawa, melambaikan tangan, dan bayangan hitam melesat ke arah Lissa. Namun, dengan gerakan cekatan, Lissa menghindar dan membalas dengan serangan cepat. Sayangnya, serangan itu terhenti oleh perisai bayangan yang muncul di sekitar Andrew.“Lissa, hati-hati! Itu bukan sihir biasa,” seru Dims sambil mengangkat pedangnya, bersiap membantu.Andrew memutar tubuhnya, menatap Dims dengan seringai. “Kau mau mencoba juga, nak? Jangan khawatir, aku akan memberimu kesempatan untuk kalah dengan terhormat.”Darrel mengangkat tangannya, menghentikan Dims yang hendak menyerang. “Biar aku yang menghadapinya.”“Darrel, kau yakin?” tanya Lean, matanya penuh kekhawatiran.Darrel mengangguk pelan, pupil emasnya bersinar tajam. “Kebetulan yang cukup sulit dimengerti. Aku harus tahu dari mana dia mendapatkan kekuatan itu.”Andrew tersenyum puas melihat Darrel melangkah maju. “Bagus, akhirnya kau menunjukkan keberanianmu, Darrel. Tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kekuatan yang telah di

    Last Updated : 2024-11-26
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 45- Tiba di Zona Aman

    Dalam sekejap saja, satu tim sepenuhnya lenyap dari kompetisi. Meskipun Akademi secara tegas melarang pembunuhan antarsiswa, aturan itu nyaris tidak berlaku begitu kompetisi berlangsung tanpa pengawasan ketat. Para siswa paham bahwa hutan Crofis bukan hanya ujian kekuatan, tapi juga ujian bertahan hidup.Namun, mereka yang ketahuan membunuh sesama siswa akan menghadapi hukuman berat dari Akademi, bahkan tuntutan dari keluarga korban. Karenanya, Darrel tidak membuang waktu. Dengan wajah dingin, ia memastikan tidak ada jejak yang bisa mengarah padanya atau timnya.“Lean, Dims, kumpulkan semua barang milik mereka,” perintah Darrel tegas, sementara tangannya memeriksa bekas sihir gelap di tanah.“Tapi Darrel… ini…” Lean tampak bimbang, memandangi tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa itu.“Maaf karena telah melibatkan kalian, tapi ini adalah pilihan mereka. Bersekongkol dengan penyihir hitam adalah kejahatan besar, bahkan Kekaisaran tak akan toleran dengan hal seperti itu.” jawab Darrel

    Last Updated : 2024-11-26
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 46- Keputusan

    Kabut semakin menebal di sekitar rawa-rawa berlumpur, menyelimuti semuanya dalam keheningan yang mencekam. Di tengah suasana itu, lima orang berdiri di pinggir rawa-rawa, wajah-wajah mereka dipenuhi amarah dan frustrasi.“Bodoh sekali! Bagaimana mungkin jejak mereka bisa menghilang begitu saja?!” seru pemuda berambut kuncir kuda dengan nada penuh emosi. Dia adalah pemimpin kelompok dari kelas Swordman Menengah, Marcel.“Tenanglah, Marcel. Mungkin mereka hanya bersembunyi,” ucap salah satu anggota timnya, seorang gadis berambut pendek dengan pedang di punggungnya. Suaranya tenang, meski raut wajahnya memperlihatkan sedikit kegelisahan.“Kau pikir aku bodoh, Lia?!” balas Marcel tajam. “Jejak mereka terputus di sini, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Mereka pasti sengaja melakukannya karena tahu mereka dibuntuti!”Greg, seorang pria kekar dengan kapak besar di bahunya ikut bicara. “Mungkin kita terlalu lama mengintai mereka di zona hijau. Kalau saja kita bertindak lebih cepat

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 144- Epilog

    Malam yang terasa panjang penuh darah dan kehancuran akhirnya berakhir. Pertarungan besar antara cahaya dan kegelapan mencapai puncaknya dengan kemenangan mutlak Darrel dan pasukan dari pihaknya. Ketika fajar pertama mulai menyingsing di ufuk timur, sinarnya menerangi medan perang yang sunyi, menyisakan jejak kehancuran. Bangkai monster raksasa tergeletak di atas tanah yang retak, bersama dengan mayat-mayat undead yang sebelumnya dikendalikan para penyihir kegelapan. Kini, semua ancaman itu telah musnah tanpa sisa. Darrel berdiri di tengah medan perang, tubuhnya yang masih diselimuti aura keemasan perlahan memudar. Wujudnya kembali seperti semula, seorang pemuda dengan tekad baja yang telah memenuhi kewajibannya sebagai pewaris Drakonis. Ia memandang sekeliling, melihat para prajurit yang tersisa mulai bergerak untuk mengumpulkan rekan-rekan mereka yang gugur. Duke Davin dan Duke Melwyn mendekati Darrel, keduanya membawa luka pertempuran yang terlihat jelas. Mata mereka penuh ra

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 143- Kekalahan dan Kebangkitan Penguasa

    Darrel mengangkat tangannya perlahan, memperlihatkan sebuah artefak berbentuk sarung tangan yang bersinar gelap, Abyssal Zephyrion. Cahaya kemerahan dari artefak itu tampak kontras dengan aura keemasan yang mengelilingi tubuhnya."Artefak ini…" gumam Darrel, sambil memandangi sarung tangan itu dengan tatapan penuh keyakinan. "Sudah terlalu lama aku menyembunyikannya. Aku tidak ingin menggunakannya, kecuali di saat terakhir. Kini waktunya telah tiba."Arkanis menggeram, mencoba menyeret tubuh raksasanya untuk mendekat. "Kau pikir benda itu bisa menghancurkanku?!" Ia meraung, memaksakan dirinya berdiri meski tubuhnya terus kehilangan energi.Namun, Darrel hanya menggeleng. "Waktumu sudah habis," katanya sembari mengulurkan tangannya ke depan.Aura keemasan di sekeliling Darrel semakin terang, menyatu dengan energi dari artefak di tangannya. Pusaran energi besar mulai terbentuk, menarik setiap partikel di sekitarnya ke dalam putaran dahsyat.Arkanis menyadari bahaya itu. "Tidak! Aku tida

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 142- Perlawanan yang Sia-sia III

    Pemuda itu, yang sebelumnya terkapar tak berdaya, kini berdiri dengan teguh. Tubuhnya dilingkupi aura keemasan yang berkilauan, retakan-retakan pada sisiknya telah menyatu sempurna.Matanya bersinar terang, memancarkan kekuatan Drakonis yang sepenuhnya terbangkitkan. Udara di sekelilingnya terasa berat, penuh dengan energi yang mendebarkan.“Arkanis,” suara Darrel terdengar rendah namun jelas, dipenuhi dengan ketegasan. “Aku tidak akan membiarkanmu menginjak-injak kehormatan ras Drakonik lagi. Usaha sia-siamu berakhir di sini.”Arkanis menatap Darrel dengan mata penuh kemarahan dan keterkejutan. “Kau…! Kau seharusnya sudah mati!” raungnya dengan suara serak. “Tidak mungkin kau bisa bangkit setelah seranganku tadi!”Darrel melangkah maju, auranya yang memancar membuat tanah di bawah kakinya retak. “aku harus berterimakasih pada Falkor, berkatnya kekuatan Drakonis dalam diriku bangkit kembali setelah kristal hitam itu hancur.”Sementara itu, Arkanis memandang Darrel dengan tatapan tajam

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 141- Perlawanan yang Sia-sia II

    Langit yang kelam menjadi saksi atas kehancuran yang perlahan-lahan menghampiri Arkanis. Kristal hitam, yang menyimpan usahanya selama ribuan tahun, kini telah hancur berkeping-keping. Energi keemasan menyapu medan perang, menciptakan gelombang yang mengguncang tanah sejauh ribuan mil. Arkanis menoleh dengan mata yang penuh keterkejutan. Mulutnya menganga, tak mampu menyembunyikan ekspresi ngeri. “T-tidak mungkin…! Bagaimana bisa ini terjadi?!” suaranya menggema di antara sisa-sisa kehancuran, penuh kemarahan dan kebingungan. Falkor, naga kecil yang baru saja terpental akibat ledakan energi dari kristal hitam itu, mencoba bangkit dengan tubuh yang gemetar. Sayap kecilnya berkibar penuh getaran, namun matanya tetap terpancang pada sosok Arkanis yang kini dilingkupi aura gelap yang semakin pekat. Falkor menggeram pelan, matanya membara dengan keberanian yang entah dari mana asalnya. Arkanis, dalam kemarahannya yang membara, membiarkan tubuhnya bergetar hebat. Aura hitam menyel

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 140- Perlawanan yang Sia-sia

    Di bawah langit yang gelap dan berkabut, Arkanis berdiri tegak dengan tangan terangkat, memegang kristal hitam yang berkilau. Kristal itu memancarkan cahaya samar yang berkilau dalam dua elemen yang saling bertabrakan—sebuah cahaya gelap yang menyatu dengan kilatan keemasan yang berputar di dalam intinya. Aura yang begitu kuat mengelilingi Arkanis, menciptakan suasana menegangkan yang mencekam seluruh medan pertempuran.Tawa puas Arkanis menggema di tengah heningnya mendan perang. Suaranya penuh dengan kemenangan yang sudah terasa di ujung jari. Wajahnya yang dingin kini dipenuhi kebanggaan, dan matanya yang bercahaya dengan kegembiraan yang hampir tak terkendali, mencerminkan keyakinannya bahwa ia akan segera mengakhiri semuanya. Semua usaha dan pengorbanan ribuan tahun lamanya, semuanya menuju satu titik—kekuasaan absolut di tangannya.“Bocah…” gumamnya dengan penuh kebencian, matanya yang tajam menatap Darrel yang terkapar tak berdaya di tanah. Setiap kata yang keluar dari bibi

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 139- Artefak Kuno: Kristal Hitam

    Baru saja pasukan Duke Melwyn Lionheart tiba di medan perang, mereka disambut oleh kekacauan yang sulit dipercaya. Pasukan monster terus mengamuk, menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Para prajurit Duke Melwyn, yang dikenal sebagai pasukan elit kerajaan, tetap bertahan dan mencoba mengendalikan situasi.Namun, perhatian mereka teralihkan ketika suara ledakan besar menggema di langit. Gelombang kejutnya terasa hingga ke permukaan tanah, membuat banyak prajurit terjatuh. Ketika mereka menoleh ke atas, mata mereka terbelalak melihat pemandangan yang tak masuk akal."Astaga... apa itu?" salah satu prajurit bergumam, suaranya dipenuhi ketakutan.Di atas langit, kepulan asap hitam mengepul tebal, menutupi pandangan. Namun, di balik asap itu, kilauan keemasan yang samar terlihat seperti bintang yang jatuh ke bumi.“Apa itu…” gumam Duke Melwyn, yang berdiri di atas kudanya. Matanya tajam menatap ke arah cahaya itu.Dari kilauan itu, sosok Darrel terjatuh dengan kecepatan tinggi. Tubuhn

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 138- Kekacauan Medan Perang

    Darrel melesat bagai kilat, membelah angkasa yang penuh dengan aura gelap yang mendominasi medan perang. Tubuhnya, berselimut cahaya keemasan yang menyala terang, memancarkan keagungan kekuatan Drakonik. Di atas langit, Arkanis tetap berdiri dengan tenang, dikelilingi puluhan naga undead yang melayang di udara. Mata merah mereka menyala, penuh kebencian dan kehampaan.Arkanis mengangkat tangannya, dan puluhan undead Drakonik langsung bergerak, membentuk formasi melingkar. Mulut mereka terbuka, mengumpulkan bola-bola energi hitam yang berkedip-kedip seperti bintang kematian. Dalam sekejap, lusinan bola energi itu melesat, memburu Darrel dengan kecepatan luar biasa.Di bawah, para prajurit yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa tertegun, rasa takut merayapi tubuh mereka. Dentuman demi dentuman dari ledakan energi memenuhi udara, mengguncang tanah dan menghancurkan apa saja yang ada di jalurnya.“Ini… ini bukan pertarungan manusia,” gumam salah seorang prajurit, tubuhnya bergetar

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 137- Ketegangan Medan Perang

    Darrel terpental jauh ke bawah, tubuhnya menghantam bumi dengan kekuatan dahsyat, menciptakan kawah besar yang memekakkan medan perang. Debu dan pecahan tanah beterbangan, mengiringi getaran yang terasa hingga jarak bermil-mil. Tubuhnya, yang berselimut energi keemasan, tampak seperti meteor yang baru saja jatuh dari langit.Namun, di tengah rasa sakit yang mendera, Darrel menggenggam pedangnya lebih erat. Matanya menatap lurus ke atas, ke arah musuh yang masih melayang di udara. Napasnya berat, tapi tekadnya tidak goyah.Di sisi lain, kengerian melanda setiap sudut medan perang. Para prajurit, yang sebelumnya berjuang mati-matian melawan gelombang monster, kini berdiri terpaku, menyaksikan pemandangan yang tidak dapat dijelaskan oleh akal sehat. Langit bergemuruh oleh ledakan energi, dan bumi bergetar seolah takut pada kekuatan entitas yang bertarung di atas sana.Lorkan berdiri di antara tumpukan mayat monster, tubuhnya gemetar bukan karena luka, melainkan karena rasa ngeri yang me

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 136- Pertarungan Darrel Vs Arkanis

    Di atas tanah yang porak-poranda, Darrel berlutut, menahan rasa sakit yang merambat di seluruh tubuhnya. Luka-luka menganga di setiap sudut tubuhnya, darah segar mengalir, menciptakan genangan merah di medan pertempuran yang hancur. Napasnya berat, namun matanya memancarkan keteguhan.Dari kejauhan, Balroth berdiri terpaku. Tubuhnya gemetar menyaksikan pertarungan yang baru saja usai, meskipun ia tahu ini belum selesai. Ledakan sebelumnya telah mengguncang seluruh medan perang, membuatnya nyaris kehilangan harapan pada sang pewaris Drakonis."Yang Mulia!" serunya dengan suara parau, mencoba memanggil Darrel yang masih terhuyung, berdiri dengan satu lutut di tanah. Wajahnya penuh ketegangan, dan rasa takut membakar hatinya.Langkah kaki terdengar mendekat, semakin berat dan jelas. Dari balik debu dan asap sisa ledakan, Arkanis muncul dengan senyum dingin yang menghina. Wajahnya tetap tenang, seolah tak terpengaruh oleh apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya masih diselimuti aura kegelap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status