Home / Romansa / Malam Penuh Gelora Bersama Bosku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Chapter 111 - Chapter 120

380 Chapters

Bab 111

"Ini demi kebaikanmu juga. Keluarga kaya itu suka menjaga privasi, nggak ingin memperbesar masalah. Zoey itu nggak sabaran.""Aku takut kalau dia terus begini, dia malah menjatuhkan dirinya sendiri dan menyeretmu ke dalam masalah. Lihat saja, semua yang aku prediksi benar, dia sampai berani menggoda suami kakaknya sendiri ...."Kemudian dia buru-buru menambahkan, "Tentu saja, dia nggak tahu kalau Preston adalah suamimu. Wajar saja kalau dia ingin memanfaatkan kesempatan itu. Orang selalu ingin naik ke status yang lebih tinggi. Kamu juga begitu, bukan? Bedanya, kamu berhasil."Livy terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa lagi."Kamu tahu kenapa orang kaya suka beramal? Membantu orang lain sama saja dengan membantu diri sendiri, sebagai bentuk karma baik. Apalagi Zoey adalah adik kandungmu. Membantunya mendapatkan pekerjaan nggak akan memengaruhi posisimu sebagai istri Preston."Rivano terus berbicara tanpa henti untuk mencoba meyakinkan Livy.Namun, setelah menghabiskan
Read more

Bab 112

"Nyonya ... maksudku, Bu Livy. Anda kembali saja lagi nanti." Bendy mengatupkan bibir sambil menghindari tatapan Livy.Livy memperhatikan ekspresinya. Bendy tampak tidak berani menatap matanya, seolah-olah ada hal yang ingin dia katakan tetapi tidak bisa diungkapkan. Dia hanya bisa memberikan petunjuk halus untuk menyarankan Livy pergi."Saya ke sini untuk melapor. Kalau Pak Preston sudah selesai, tolong beri tahu saya," ujar Livy dengan nada tenang.Livy tahu, dirinya tidak punya hak untuk masuk dan mengganggu, bahkan jika Preston benar-benar sedang bersama wanita lain di dalam. Dia tidak berhak untuk menghalanginya. Sebuah senyuman getir muncul di wajahnya. Dia berbalik dan berjalan pergi.Bendy memanggilnya, "Bu Livy, nanti setelah Pak Preston selesai, saya akan mengabari Anda."Namun, baru beberapa langkah, Livy kembali teringat tentang iced americano pagi itu. Jika Preston tidak peduli padanya, mengapa dia repot-repot membawakannya kopi?Livy berbalik karena rasa penasaran mendomi
Read more

Bab 113

Livy telah mencurahkan begitu banyak usaha untuk beradaptasi dengan posisi barunya. Setelah melalui masa transisi bersama Sherly, dia akhirnya terbiasa dengan pekerjaannya. Jika harus kembali ke posisi sebelumnya, itu hanya akan memberikan kesan bahwa dia tidak kompeten dalam pekerjaannya sekarang."Kalau lain kali kamu begini lagi karena pekerjaan, tinggalkan posisi ini," ujar Preston dengan nada datar. Livy hanya bisa mengangguk pelan, tidak ingin memperdebatkan lebih jauh.Cinta sejatinya sudah kembali. Preston masih mengizinkannya bekerja di Grup Sandiaga saja sudah patut disyukuri. Dalam hatinya, Livy merasa itulah satu-satunya hal yang bisa dia harapkan."Aku sudah minta Bendy untuk belikan makanan bergizi untukmu. Istirahatlah di sini. Setelah infus selesai, sopir akan mengantarmu pulang. Aku juga sudah minta Bi Tina siapin makanan penambah stamina di rumah," kata Preston.Kata-kata itu membawa sedikit kehangatan ke hati Livy. Namun, kalimat berikutnya membuatnya merasa seperti
Read more

Bab 114

Pria itu duduk di balik meja kerjanya dengan kepala tertunduk sambil sibuk memeriksa dokumen. Livy melangkah masuk ke ruangan. Saat baru saja dia hendak berbicara, suara Preston telah terlebih dulu memecah keheningan."Makanannya ada di atas meja kopi, makan selagi masih hangat."Livy tertegun. "Makan? Makan apa?""Untuk berjaga-jaga kalau kamu melewatkan waktu makan siang di kantin, aku sudah minta koki menyiapkan makanan bergizi. Mulai sekarang, saat jam makan siang, kamu langsung naik ke sini untuk makan. Nanti saat waktunya makan, aku akan minta Bendy mengingatkanmu."Kata-kata itu membuat Livy semakin bingung. Apa yang sedang terjadi?Dia menatap Preston, berusaha mencari penjelasan, tetapi pria itu terlihat sibuk. Karena tidak ingin mengganggunya, Livy pun berjalan ke arah sofa.Di atas meja kopi, ada satu set kotak makanan dalam wadah termal. Dia membuka salah satunya dan di dalamnya terdapat hidangan lengkap, termasuk sup ayam dan dua porsi nasi beserta alat makan. Jelas ini ad
Read more

Bab 115

Livy terpaksa berkata, "Mulai sekarang, setiap siang aku harus ke kantor Pak Preston untuk melapor.""Apa? Kok Pak Preston sekeras itu sih, masa waktu makan siangmu juga dipakai kerja? Kamu belum makan, 'kan? Gimana kalau kita pesan makanan dari luar aja?" tanya Ivana dengan nada perhatian."Nggak usah," Livy menjawab sambil menggigit bibirnya. "Aku ... aku sudah makan di tempat Bendy. Cuma makan siang kerja biasa."Namun, mungkin karena rasa gugupnya, pipi Livy mulai memerah tanpa disadarinya."Wah, wah! Apa yang kulihat ini? Livy-ku lagi tersipu malu!" Ivana langsung semangat menggodanya, matanya penuh semangat untuk menggosip. "Jangan-jangan itu bukan sekadar makan siang kerja, tapi makan siang penuh cinta?""Bukan, sungguh, itu cuma makan siang kerja," tegas Livy. "Pak Preston yang minta."Dia semakin merasa bersalah karena terus berbohong. Jika Ivana terus menekannya, dia takut rahasianya akan terbongkar.Padahal, bukan karena Livy tidak memercayai Ivana. Mereka memiliki hubungan
Read more

Bab 116

Sebelum Livy bertanya, Erick sudah mengambil inisiatif untuk mengaku, "Aku yang kasih kamu amerikano itu."Setelah mendengar jawaban dari keraguan dalam hatinya, Livy tak kuasa termangu. Dia dan Erick hampir tidak pernah berinteraksi di perusahaan sebelumnya. Kenapa pria ini tiba-tiba memberinya kopi?"Pak, lain kali nggak usah sesungkan ini," tolak Livy dengan sopan. Dia tidak ingin berutang budi kepada siapa pun, apalagi mereka tidak punya hubungan apa pun."Bukan masalah besar. Aku cuma kasihan melihatmu begitu sibuk belakangan ini. Kamu mengambil alih pekerjaan Bu Sherly. Kelak kita juga akan banyak berinteraksi. Jadi, nggak usah sungkan-sungkan." Erick tersenyum dengan murah hati.Livy menggigit bibirnya dan hanya bisa tersenyum tipis sebagai balasan. Dia tidak bisa menolak dengan keras. Itu hanya akan membuatnya terlihat terlalu percaya diri. Mungkin saja, Erick tidak punya maksud lain terhadapnya.Ketika melihat reaksi Livy, Erick pun diam-diam merasa senang. Livy tidak menolakn
Read more

Bab 117

Tiba-tiba, seseorang memasuki ruang kantor. Livy melihat degan saksama. Ternyata itu adalah Erick."Pak, apa ada masalah?" tanya Livy.Erick tersenyum. "Aku baru menyelesaikan pekerjaanku. Aku cuma mau lihat kamu sudah siap atau belum. Rumahmu di mana? Biar kuantar pulang.""Nggak usah, aku bisa pulang sendiri kok," tolak Livy dengan lembut."Nggak usah sungkan-sungkan denganku. Aku bawa mobil. Jadi, kamu nggak usah repot-repot naik taksi atau MRT lagi. Kalau bukan karena ada tugas di luar, kamu juga nggak usah kerja sampai semalam ini. Aku tentu harus menjagamu," ujar Erick yang mencari alasan."Benaran nggak usah, Pak." Livy merasa sangat canggung. "Aku sudah terbiasa lembur, nggak ada hubungannya dengan tugas di luar. Aku mungkin masih butuh beberapa jam lagi. Kamu pulang saja dulu.""Kamu mau menipuku? Livy, komputermu saja sudah dimatikan." Erick langsung mengetahui kebohongan Livy. Senyuman Livy pun membeku.Apalagi, Erick memanggil namanya secara langsung. Jika ada orang lain ya
Read more

Bab 118

"Nggak, kami nggak dekat kok." Livy menggigit bibirnya, lalu menjawab dengan jujur, "Dia bilang nggak ingin makan di kantin, jadi mengusulkan makan di luar. Kemudian, kita balik ke kantor untuk lembur."Begitu ucapan ini dilontarkan, Preston terkekeh-kekeh sinis dan menyindir, "Yang gratis dan bersih nggak mau. Malah habis uang untuk hal-hal kotor di luar."Livy tahu yang dimaksud Preston adalah makanan. Namun, entah mengapa, dia merasa perumpamaan Preston ini agak aneh."Terus, ngapain kamu kembali ke Sentraland? Kudengar kamu dijemput di sana," tanya Preston lagi sambil menatap mata Livy. Dia mencoba menemukan rasa bersalah di mata Livy."Aku ...." Livy merasa ragu. Dia tidak tahu harus memberi tahu Preston semuanya atau tidak. Jelas sekali, tindakan Erick memang sudah berlebihan dan tidak seperti rekan kerja biasa.Livy juga tidak bodoh. Dia samar-samar bisa merasakan bahwa Erick mengejarnya. Jika hanya ingin menyanjung Livy, Erick tidak perlu berlebihan seperti ini. Jika hanya menj
Read more

Bab 119

Mungkin, Preston bertengkar dengan cinta pertamanya? Soalnya dia tiba-tiba pulang malam ini. Itu artinya, hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Jika tidak, Preston pasti menemani cinta pertamanya.Hanya saja, Livy meragukan suatu hal. Mungkin, wanita itu tidak tahu apa-apa tentang pernikahan mereka berdua. Jika tidak, wanita itu pasti sudah membuat keributan.Namun, sepertinya ada yang salah. Mungkin wanita itu sudah tahu, makanya mereka bertengkar. Makanya juga, Preston pulang malam ini.Hanya saja, kalau benar seperti itu, Preston tidak seharusnya pulang. Hal ini pasti akan membuat cinta pertamanya marah. Apa mungkin Preston tidak tahu cara membujuk wanita?Livy merasa tidak berdaya. Dia bahkan ingin pergi ke ruang kerja untuk memperjelas semuanya dan membimbing Preston cara membujuk Sylvia. Namun, Livy mengurungkan niatnya.Dia tidak seharusnya ikut campur urusan orang. Apalagi, selama dirinya dan Preston masih menjadi pasangan suami istri, status Livy sangat mencanggungkan
Read more

Bab 120

"Jangan nangis!" tegur Preston dengan suara serak. Sekujur tubuhnya terasa geli. Jika Livy terus seperti ini, takutnya dia tidak bisa mengendalikan hasratnya.Namun, Preston tahu dia harus menahan diri karena nenek Livy baru meninggal. Dia harus menunggu hingga Livy menerima kepergian neneknya, hingga Livy menerima dirinya. Yang paling utama adalah Preston sedang melatih ketahanannya.Dulu, Preston tidak pernah berminat pada hal seperti ini. Namun, sejak kejadian di resor, hasrat terus menggerogoti dirinya, membuatnya sulit untuk bertahan. Kini, Preston sepertinya mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pecandu. Hanya saja, hal yang membuat mereka kecanduan berbeda.Begitu mendengar teguran Preston, Livy tak kuasa termangu. Dia terdiam dan tampak tidak berdaya.Saat ini, Livy seolah-olah sudah mengetahui nasibnya. Sebentar lagi, dia pasti akan menjadi bidak yang dibuang. Bahkan, Preston tidak akan punya kesabaran untuk menghadapinya lagi.Livy menggigit bibirnya dengan keras kepala.
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
38
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status