Share

Bab 119

Author: Dania Zahra
Mungkin, Preston bertengkar dengan cinta pertamanya? Soalnya dia tiba-tiba pulang malam ini. Itu artinya, hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Jika tidak, Preston pasti menemani cinta pertamanya.

Hanya saja, Livy meragukan suatu hal. Mungkin, wanita itu tidak tahu apa-apa tentang pernikahan mereka berdua. Jika tidak, wanita itu pasti sudah membuat keributan.

Namun, sepertinya ada yang salah. Mungkin wanita itu sudah tahu, makanya mereka bertengkar. Makanya juga, Preston pulang malam ini.

Hanya saja, kalau benar seperti itu, Preston tidak seharusnya pulang. Hal ini pasti akan membuat cinta pertamanya marah. Apa mungkin Preston tidak tahu cara membujuk wanita?

Livy merasa tidak berdaya. Dia bahkan ingin pergi ke ruang kerja untuk memperjelas semuanya dan membimbing Preston cara membujuk Sylvia. Namun, Livy mengurungkan niatnya.

Dia tidak seharusnya ikut campur urusan orang. Apalagi, selama dirinya dan Preston masih menjadi pasangan suami istri, status Livy sangat mencanggungkan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 120

    "Jangan nangis!" tegur Preston dengan suara serak. Sekujur tubuhnya terasa geli. Jika Livy terus seperti ini, takutnya dia tidak bisa mengendalikan hasratnya.Namun, Preston tahu dia harus menahan diri karena nenek Livy baru meninggal. Dia harus menunggu hingga Livy menerima kepergian neneknya, hingga Livy menerima dirinya. Yang paling utama adalah Preston sedang melatih ketahanannya.Dulu, Preston tidak pernah berminat pada hal seperti ini. Namun, sejak kejadian di resor, hasrat terus menggerogoti dirinya, membuatnya sulit untuk bertahan. Kini, Preston sepertinya mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pecandu. Hanya saja, hal yang membuat mereka kecanduan berbeda.Begitu mendengar teguran Preston, Livy tak kuasa termangu. Dia terdiam dan tampak tidak berdaya.Saat ini, Livy seolah-olah sudah mengetahui nasibnya. Sebentar lagi, dia pasti akan menjadi bidak yang dibuang. Bahkan, Preston tidak akan punya kesabaran untuk menghadapinya lagi.Livy menggigit bibirnya dengan keras kepala.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 121

    Kulit Livy sangat bagus, putih dan lembut. Livy juga tidak membutuhkan riasan yang berlebihan untuk menampilkan kecantikan dan keanggunannya. Dia berbeda dengan wanita lain."Kamu sampai lemas begini. Mana mungkin aku menolak cutimu?" Preston terkekeh-kekeh di samping telinga Livy. Tentunya, dia tahu Livy tidak mungkin mendengarnya. Bagaimanapun, wanita ini tidur dengan sangat nyenyak.Preston bangkit, lalu pergi ke kamar mandi. Dia tidak pernah merasa sepuas dan senyaman ini. Pelepasan yang dilakukannya semalam membuat seluruh kabut di dalam hatinya sirna.Setelah berpakaian, Preston keluar dari kamar. Kebetulan, dia bertemu Tina yang sedang menyapu. Preston lantas berpesan, "Dia masih tidur. Jangan ganggu dia sebelum dia bangun."Tina bisa merasakan ada yang berbeda dari biasanya. Dia segera tersenyum dan mengangguk.....Livy terlalu lelah. Dia tidur sampai sore hari. Ketika dia bangun, langit sudah mulai gelap. Dia mengira hari masih pagi. Ketika melihat matahari senja, dia baru me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 122

    Livy mengikuti arah pandang David. Tatapannya juga tertuju pada tong sampah. Begitu melihatnya, dia sontak terperanjat. Banyak tisu yang menumpuk di sana, bahkan ada beberapa yang terjatuh keluar.Seketika, wajah Livy memerah. Telinga dan lehernya juga terasa panas. Dia ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi supaya tidak ada yang memperhatikannya."Ini bukan urusanmu." Preston melirik David, lalu meneruskan dengan dingin, "Cepat periksa dia.""Menurut pengalamanku, Kak Livy seharusnya jatuh sakit karena bermain terlalu lama ...." Usai berbicara, David menarik napas dalam-dalam dan mengacungkan jempolnya kepada Preston.Preston langsung melontarkan tatapan tajam, membuat David buru-buru berlari ke pinggir ranjang untuk memeriksa denyut nadi Livy.David juga adalah dokter pengobatan tradisional. Makanya, dia bisa langsung mengobati beberapa penyakit tanpa mengharuskan pasien datang ke rumah sakit. Ini juga alasan kenapa Preston memanggilnya kemari."Tadi sudah kubilang, dugaanku n

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 123

    "Pergi sana!"....Saat makan, hanya ada Livy dan Preston di vila. Suasana sangat sunyi dan agak aneh, seolah-olah mereka tidak pernah bercinta semalam.Livy sedang memikirkan cara untuk meminta kesempatan kepada Preston agar tidak menurunkan jabatannya. Dia sangat menghargai pekerjaannya yang sekarang. Bagaimanapun, pengorbanannya sangat besar.Namun, setelah mendongak dan melihat Preston yang sedang makan dengan tenang, Livy tiba-tiba takut Preston marah jika dirinya tiba-tiba membahas topik tersebut.Jadi, Livy memutuskan untuk berbasa-basi dulu, "Kenapa Pak David nggak ikut makan? Makanan malam ini sangat banyak. Kita berdua saja nggak bakal habis. Sayang sekali."Tina memang menyiapkan makanan untuk tiga orang karena melihat David datang. Porsinya lebih banyak, bahkan Tina menambahkan tiga lauk."Panggil saja namanya langsung, nggak usah seformal itu." Usai mengatakan itu, Preston menyahut, "Dia agak sibuk kalau malam. Nggak usah diajak makan."Saat mendengar kata sibuk, Livy pun

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 124

    Entah mengapa, hati Livy terasa sakit. Sebuah emosi yang tidak bisa dideskripsikan menyelimuti hatinya. Ini berbeda dengan saat Stanley mengkhianatinya. Saat itu, dia memang sedih, tetapi lebih banyak kebencian. Kebencian itu membuatnya ingin mati bersama Stanley.Akan tetapi, sekarang berbeda. Livy seperti putus cinta. Kini, dia seperti memahami perasaan para tokoh wanita yang ada di novel yang dibacanya saat remaja.Sebelum Livy bereaksi, Preston sudah menjawab panggilan itu. Livy samar-samar bisa mendengar suara wanita, sangat mirip dengan suara yang didengarnya di luar kantor hari itu.Setelah mendengarnya, Preston berujar dengan suara rendah, "Ya, aku segera ke sana."Preston bangkit, lalu melontarkan kalimat singkat kepada Livy, "Aku ada urusan di luar. Kamu cepat tidur."Kemudian, pintu terbuka dan tertutup begitu saja. Livy akhirnya bereaksi. Sepertinya, Preston tidak akan pulang malam ini. Dia pergi mencari Sylvia.Livy tidak mendengar jelas omongan di ujung telepon, tetapi di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 125

    "Sekarang memang belum, tapi bukan berarti ke depannya nggak bakal ada hubungan istimewa, 'kan?""Benar, benar! Erick mengejarmu dengan sangat serius. Aku yakin sebentar lagi, kamu bakal jatuh cinta.""Erick tampan dan berbakat. Aku rasa kalian sangat serasi.""Aku lihat dia sangat perhatian, bahkan menunjukkannya secara terang-terangan. Lihat saja teh ini, masih panas.""Dia pasti suka Livy, makanya mengejarnya secara terang-terangan. Dia bukan playboy. Soalnya aku nggak pernah dengar rumornya dengan wanita lain.""Aku rasa pengorbanan Erick ini harus dihargai. Livy, kamu boleh mempertimbangkannya."Para rekan kerja sibuk mengobrol. Livy pun merasa pusing. Dia sama sekali tidak merasa senang, melainkan merasa terbebani."Sudah, jangan dibahas lagi. Aku rasa Erick belum tentu serius. Jangan kira kasih kopi kasih teh saja sudah bisa memenangkan hati Livy. Memangnya hati wanita begitu mudah didapatkan?" Ivana akhirnya maju untuk membela Livy. Kemudian, dia membujuk para staf untuk bubar.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 126

    Livy yakin dugaannya benar. Jika dia bermoral, dia seharusnya mengambil inisiatif untuk mundur. Hanya saja ....Stanley belum mendapat ganjaran yang setimpal. Keluarga Taslim masih hidup dengan tenang di luar sana. Jika meninggalkan Preston, dia tidak akan punya kesempatan untuk membalas dendam pada Keluarga Taslim.Livy telah mengambil risiko besar pada rencana sebelumnya. Siapa sangka, Chloe bisa memaafkan tindakan Stanley itu. Hal ini membuat perasaan Livy sungguh campur aduk.Setibanya di depan ruang kantor Preston, Livy ragu-ragu sejenak. Pada akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam dan mengetuk pintu."Masuk." Terdengar suara Preston. Livy membuka pintu dan masuk. Ruangan ini tidak berbeda dari biasa, tetapi Livy agak gugup. Dia khawatir Preston mencarinya untuk membatalkan kontrak.Livy merasa dirinya sangat tidak tahu malu. Dia seharusnya berinisiatif mundur, merestui hubungan Preston dengan Sylvia. Namun, dia malah tidak ingin Preston mengakhiri kontrak mereka. Livy benar-bena

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 127

    Makin dipikirkan, Livy merasa makin kesal."Gimana denganmu, Pak? Sebelumnya kamu dirumorkan gay. Terus, apa kamu benaran gay?" tanya Livy balik dengan keras kepala.Tiba-tiba, Preston tertawa. Tawa ringannya ini terdengar merdu dan seksi. Hal ini membuat Livy tak kuasa teringat pada suara napas Preston yang membuatnya merasa geli.Begitu menyadari dirinya teringat pada kejadian malam itu, Livy buru-buru mengenyahkan pikiran itu dan menahan kegelisahannya."Livy, menurutmu?" tanya Preston tiba-tiba.Livy tidak menjawab, merasa ada yang tidak beres."Jawab dong." Preston mengangkat dagu Livy, memaksanya untuk bertatapan dengannya. Sepasang mata bertemu pandang. Livy memalingkan wajahnya dengan panik."Menurutmu, aku gay atau bukan?" Preston maju supaya makin dekat dengan Livy. Suaranya sangat menggoda.Sebelum Livy sempat bereaksi, dia merasakan sakit dan sensasi basah di daun telinganya. Ternyata Preston menggigit telinganya.Sekujur tubuh Livy bergetar bak tersengat listrik. Perasaan

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 302

    Malam itu, Livy tidur dengan nyenyak. Ketika dia bangun, Preston tepat berada di sampingnya dan mengobati luka di tangannya dengan teliti.Melihat Livy terbangun, Preston mengingatkannya dengan nada datar, "Usahakan jangan terlalu banyak menggunakan tangan kiri. Selain itu, pergi ke departemen keuangan untuk laporkan ini sebagai cedera kerja."Fasilitas di Grup Sandiaga sangat baik. Jika dianggap sebagai cedera kerja, bukan hanya biaya pengobatan yang akan diganti, tetapi Livy juga akan mendapatkan 3 hari cuti."Oke, terima kasih." Membayangkan bisa libur 5 hari karena masih ada akhir pekan, Livy pun tersenyum penuh harapan.Setelah selesai menangani luka Livy, Preston pergi ke rumah sakit dulu. Sementara itu, Livy sarapan dan diantar oleh Remis ke perusahaan.Di perusahaan, tatapan para rekan kerja masih terlihat aneh. Namun, hari ini tatapan mereka bercampur dengan rasa simpati dan makna lain yang sulit dipahami."Livy, dasar kamu ini." Salah satu rekan kerjanya menghela napas panjan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 301

    "Tadi ... tadi pas pulang kerja," jawab Livy dengan agak gugup, khawatir Preston tidak percaya. Dia buru-buru menambahkan, "Waktu keluar dari lift, aku nggak sengaja kejepit di pintu.""Bodoh sekali. Aku jadi penasaran, gimana caranya kamu bisa diterima di Grup Sandiaga?" Preston menatapnya tajam, seperti ingin menembus pikirannya.Livy menggigit bibirnya. Apakah Preston sedang meragukan kecerdasannya? Dia bisa bergabung dengan Grup Sandiaga tentu karena kemampuannya!Di antara para lulusan seusianya, Livy termasuk salah satu yang terbaik. Namun, tentu tidak semua orang secerdas Preston. Bagaimanapun Livy berusaha, dia tahu dirinya tidak akan bisa menyaingi Preston.Kecerdasan adalah bawaan lahir. Walaupun kerja keras bisa membantu, tetap saja, usaha tidak bisa dibandingkan dengan bakat.Livy ingin membantah, tetapi mengingat pria di hadapannya adalah bosnya, dia menahan diri untuk tidak berbicara lebih jauh.Setelah Preston selesai mengoleskan obat ke semua luka di tubuhnya, Livy buru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 300

    Kata-kata ini tidak terdengar seperti nada menyalahkan, melainkan penuh kasih sayang.Livy tertegun mendengarnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke arah pria yang begitu dekat dengannya. Jantungnya berdegup cepat. Dengan sedikit canggung, dia mengalihkan topik pembicaraan, "Bukannya malam ini kamu ada acara makan malam?"Apalagi, Livy tahu Preston pergi bersama Sylvia malam ini. Livy pun mengira Preston tidak akan pulang malam ini."Ya, makan malamnya sudah selesai. Memangnya sekarang sudah jam berapa?" Preston meliriknya dengan ekspresi datar.Livy menjawab dengan ragu, "Jam 11 lebih?""Sekarang sudah jam 1 lewat. Livy, kalau aku nggak pulang malam ini, apa kamu akan merendam dirimu di bak mandi sampai mengembang?"Nada suara Preston terdengar seperti menyalahkan, tetapi jelas menyiratkan kekhawatiran dan ketidakberdayaan.Malam ini adalah pesta ulang tahun Xavier. Preston berencana menghabiskan malam dengan suasana yang meriah, tetapi seorang pengawal yang diam-diam menjag

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 299

    Setelah masuk ke mobil, Remis si sopir tampak merasa bersalah. "Maaf sekali, Nyonya. Ini semua salahku.""Ini bukan salahmu. Kamu juga korban dalam kejadian ini. Gimana kondisimu?" tanya Livy dengan nada penuh perhatian.Remis memang terkena imbas karena dirinya. Dengar-dengar dia sempat dipukul keras di kepala, hingga mengalami gegar otak ringan.Awalnya, Keluarga Sandiaga berniat memberi cuti untuk Remis. Namun, dia merasa bersalah pada Livy. Setelah tahu Livy kembali bekerja, dia langsung mengajukan diri kepada Preston agar tetap mengantar-jemput Livy, bahkan melaporkan setiap kali berangkat."Nggak apa-apa, Nyonya. Aku kuat dan sehat. Sekarang sudah jauh lebih baik!" jawab Remis sambil tersenyum."Bagus kalau begitu." Livy mengangguk, lalu mulai mengantuk. Karena jalanan di malam hari cukup sepi, mereka hanya butuh sekitar 20 menit untuk sampai di vila.Livy yang kelelahan ingin langsung tidur, tetapi tetap memaksa dirinya untuk mandi. Saat tubuhnya terendam air hangat, rasa kantuk

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 298

    Kalimat ini benar-benar kejam saat memarahi seorang pria. Chloe sama sekali tidak menjaga harga diri Stanley. Sungguh tajam dan mematikan. Bagaimanapun, pria paling pantang kemampuan ranjangnya dicela.Wajah Stanley sontak memucat, lalu akhirnya menjadi suram. Namun, karena ada orang lain di tempat itu, dia merasa malu untuk marah. Dia hanya bisa menenangkan Chloe dengan nada memelas."Ya sudah, aku tahu kamu cuma main-main di luar untuk membuatku kesal. Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku nggak akan melakukannya lagi. Kalau kamu nggak enak badan, aku akan menemanimu selama dua hari ke depan dan menjadi pelayan pribadimu, oke?"Ugh .... Livy hampir muntah mendengarnya. Untung saja dia sedang lapar, jadi perutnya kosong. Kalau tidak, dia pasti sudah muntah karena mual."Nggak perlu repot-repot. Oh, mantan pacarmu masih ada di sini. Sepertinya dia juga sakit. Pak Stanley, kalau kamu peduli dan menanyakan kabarnya, mungkin kalian bisa balikan lagi," sindir Chloe yang kembali menyerang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 297

    Menahan rasa pedih di hatinya, Livy berbalik untuk pergi. Samar-samar, dia mendengar Preston di belakangnya mengangkat telepon.Nada bicaranya tiba-tiba menjadi lembut, bahkan terdengar agak hangat. "Sylvia, aku masih sibuk.""Ya, aku nggak akan lupa."Mendengar sampai di situ, Livy hanya bisa tersenyum getir. Perbedaan antara cinta dan tidak cinta memang sangat jelas.Livy kembali ke kantornya, tumpukan pekerjaan masih menggunung. Dia mengusap perutnya yang mulai terasa lapar, lalu akhirnya memutuskan untuk turun dan mencari sesuatu untuk dimakan.Saat pintu lift terbuka, terlihat beberapa orang dari departemen lain yang masih lembur. Ketika melihat Livy, pandangan mereka menunjukkan penghinaan. Beberapa bahkan mendesaknya ke bagian paling dalam lift, seolah-olah Livy adalah sesuatu yang menakutkan."Itu dia, 'kan?""Ya, benar. Dia nggak terlihat seperti wanita penggoda, tapi trik yang digunakannya sangat hebat.""Hahaha, jangan bicara begitu. Gimana kalau dia dengar nanti?""Biarkan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 296

    Livy mengikuti Bendy ke ruangan Preston. Ekspresi pria itu terlihat kurang baik, tangannya memegang tablet, sepertinya sedang membaca pesan di grup.[ Livy dan Pak Bendy mesra sekali. Livy pasti sangat mencintainya. ]Setelah membaca satu per satu komentar, Preston perlahan-lahan mendongak menatap Livy yang berdiri di depannya. "Apa pendapatmu setelah mendengar orang-orang bilang kamu sangat cocok dengan Bendy?"Wajah Bendy langsung menjadi muram. Fitnah, ini benar-benar fitnah! Bukankah setiap kali dia mencari Livy karena perintah Preston? Dia hanya menjalankan tugas, tetapi foto-foto itu malah digunakan oleh orang lain untuk membuat masalah."Ini ... semua ini cuma kesalahpahaman." Livy menggigit bibirnya, menatap Bendy dengan agak canggung dan berkata, "Pak Bendy, apa kamu bisa meluangkan waktu untuk menjelaskan hal ini kepada semua orang?""Baik, aku akan segera mengurusnya." Setelah berkata demikian, Bendy langsung berlari keluar, khawatir dirinya akan terlibat dalam pertengkaran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 295

    Livy terpaku mendengar sindiran terakhir dari rekan kerjanya yang segera diikuti oleh tawa sinis."Berani melakukannya tapi nggak berani mengakuinya, ya?"Salah satu rekan kerja lainnya menarik lengannya dan berkata, "Sudahlah, jangan terlalu keras. Nanti dia atur kita jadi petugas kebersihan seperti yang dilakukannya sama adiknya."Usai bicara, para rekan kerjanya pun pergi.Livy yang kebingungan, menoleh ke Ivana yang masih di sampingnya. "Apa aku melakukan sesuatu yang membuat mereka marah?" tanyanya ragu.Ivana tampak sedikit canggung dan ragu-ragu sebelum akhirnya berkata pelan, "Livy, kamu benar-benar minta bantuan agar Zoey dipindahkan ke departemen pemasaran?"Livy terkejut dan segera bertanya, "Dari mana kamu tahu soal itu?"Ivana menghela napas panjang. "Grup obrolan perusahaan sudah heboh soal itu! Aku yakin kamu punya alasan sendiri dan aku tahu kamu bukan orang seperti yang mereka bicarakan. Tapi sekarang, di kantor ... rumor itu sudah menyebar ke mana-mana."Livy merasa s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 294

    Livy tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini adalah area umum, jadi melihat orang lewat adalah hal yang wajar. Saat kembali ke mejanya, Sherly baru kembali setelah beberapa waktu.Livy segera berdiri dan bersiap untuk melaporkan perkembangan proyek. Namun, suara salah satu rekan kerja di sebelahnya tiba-tiba terdengar. "Bu Sherly, tadi pakaian yang Anda pakai bagus sekali. Kenapa sekarang ganti baju lagi?"Sherly tersenyum tipis, lalu merapikan rambutnya dengan anggun dan menjawab, "Tadi agak kotor, jadi aku ganti."Setelah itu, dia menoleh ke arah Livy dengan ekspresi lembut dan memberikan komentar yang terdengar penuh perhatian, "Livy, tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Seharusnya kamu istirahat saja di rumah. Aku nggak mau kehilangan salah satu talenta terbaik di departemen sekretaris ini."Ucapan itu segera membuat rekan-rekan lain di sana memandang Livy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada rasa iri yang tidak bisa disembunyikan.Livy terkejut dan buru-buru berkata, "

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status