Share

Bab 114

Penulis: Dania Zahra
Pria itu duduk di balik meja kerjanya dengan kepala tertunduk sambil sibuk memeriksa dokumen. Livy melangkah masuk ke ruangan. Saat baru saja dia hendak berbicara, suara Preston telah terlebih dulu memecah keheningan.

"Makanannya ada di atas meja kopi, makan selagi masih hangat."

Livy tertegun. "Makan? Makan apa?"

"Untuk berjaga-jaga kalau kamu melewatkan waktu makan siang di kantin, aku sudah minta koki menyiapkan makanan bergizi. Mulai sekarang, saat jam makan siang, kamu langsung naik ke sini untuk makan. Nanti saat waktunya makan, aku akan minta Bendy mengingatkanmu."

Kata-kata itu membuat Livy semakin bingung. Apa yang sedang terjadi?

Dia menatap Preston, berusaha mencari penjelasan, tetapi pria itu terlihat sibuk. Karena tidak ingin mengganggunya, Livy pun berjalan ke arah sofa.

Di atas meja kopi, ada satu set kotak makanan dalam wadah termal. Dia membuka salah satunya dan di dalamnya terdapat hidangan lengkap, termasuk sup ayam dan dua porsi nasi beserta alat makan. Jelas ini ad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 115

    Livy terpaksa berkata, "Mulai sekarang, setiap siang aku harus ke kantor Pak Preston untuk melapor.""Apa? Kok Pak Preston sekeras itu sih, masa waktu makan siangmu juga dipakai kerja? Kamu belum makan, 'kan? Gimana kalau kita pesan makanan dari luar aja?" tanya Ivana dengan nada perhatian."Nggak usah," Livy menjawab sambil menggigit bibirnya. "Aku ... aku sudah makan di tempat Bendy. Cuma makan siang kerja biasa."Namun, mungkin karena rasa gugupnya, pipi Livy mulai memerah tanpa disadarinya."Wah, wah! Apa yang kulihat ini? Livy-ku lagi tersipu malu!" Ivana langsung semangat menggodanya, matanya penuh semangat untuk menggosip. "Jangan-jangan itu bukan sekadar makan siang kerja, tapi makan siang penuh cinta?""Bukan, sungguh, itu cuma makan siang kerja," tegas Livy. "Pak Preston yang minta."Dia semakin merasa bersalah karena terus berbohong. Jika Ivana terus menekannya, dia takut rahasianya akan terbongkar.Padahal, bukan karena Livy tidak memercayai Ivana. Mereka memiliki hubungan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 116

    Sebelum Livy bertanya, Erick sudah mengambil inisiatif untuk mengaku, "Aku yang kasih kamu amerikano itu."Setelah mendengar jawaban dari keraguan dalam hatinya, Livy tak kuasa termangu. Dia dan Erick hampir tidak pernah berinteraksi di perusahaan sebelumnya. Kenapa pria ini tiba-tiba memberinya kopi?"Pak, lain kali nggak usah sesungkan ini," tolak Livy dengan sopan. Dia tidak ingin berutang budi kepada siapa pun, apalagi mereka tidak punya hubungan apa pun."Bukan masalah besar. Aku cuma kasihan melihatmu begitu sibuk belakangan ini. Kamu mengambil alih pekerjaan Bu Sherly. Kelak kita juga akan banyak berinteraksi. Jadi, nggak usah sungkan-sungkan." Erick tersenyum dengan murah hati.Livy menggigit bibirnya dan hanya bisa tersenyum tipis sebagai balasan. Dia tidak bisa menolak dengan keras. Itu hanya akan membuatnya terlihat terlalu percaya diri. Mungkin saja, Erick tidak punya maksud lain terhadapnya.Ketika melihat reaksi Livy, Erick pun diam-diam merasa senang. Livy tidak menolakn

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 117

    Tiba-tiba, seseorang memasuki ruang kantor. Livy melihat degan saksama. Ternyata itu adalah Erick."Pak, apa ada masalah?" tanya Livy.Erick tersenyum. "Aku baru menyelesaikan pekerjaanku. Aku cuma mau lihat kamu sudah siap atau belum. Rumahmu di mana? Biar kuantar pulang.""Nggak usah, aku bisa pulang sendiri kok," tolak Livy dengan lembut."Nggak usah sungkan-sungkan denganku. Aku bawa mobil. Jadi, kamu nggak usah repot-repot naik taksi atau MRT lagi. Kalau bukan karena ada tugas di luar, kamu juga nggak usah kerja sampai semalam ini. Aku tentu harus menjagamu," ujar Erick yang mencari alasan."Benaran nggak usah, Pak." Livy merasa sangat canggung. "Aku sudah terbiasa lembur, nggak ada hubungannya dengan tugas di luar. Aku mungkin masih butuh beberapa jam lagi. Kamu pulang saja dulu.""Kamu mau menipuku? Livy, komputermu saja sudah dimatikan." Erick langsung mengetahui kebohongan Livy. Senyuman Livy pun membeku.Apalagi, Erick memanggil namanya secara langsung. Jika ada orang lain ya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 118

    "Nggak, kami nggak dekat kok." Livy menggigit bibirnya, lalu menjawab dengan jujur, "Dia bilang nggak ingin makan di kantin, jadi mengusulkan makan di luar. Kemudian, kita balik ke kantor untuk lembur."Begitu ucapan ini dilontarkan, Preston terkekeh-kekeh sinis dan menyindir, "Yang gratis dan bersih nggak mau. Malah habis uang untuk hal-hal kotor di luar."Livy tahu yang dimaksud Preston adalah makanan. Namun, entah mengapa, dia merasa perumpamaan Preston ini agak aneh."Terus, ngapain kamu kembali ke Sentraland? Kudengar kamu dijemput di sana," tanya Preston lagi sambil menatap mata Livy. Dia mencoba menemukan rasa bersalah di mata Livy."Aku ...." Livy merasa ragu. Dia tidak tahu harus memberi tahu Preston semuanya atau tidak. Jelas sekali, tindakan Erick memang sudah berlebihan dan tidak seperti rekan kerja biasa.Livy juga tidak bodoh. Dia samar-samar bisa merasakan bahwa Erick mengejarnya. Jika hanya ingin menyanjung Livy, Erick tidak perlu berlebihan seperti ini. Jika hanya menj

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 119

    Mungkin, Preston bertengkar dengan cinta pertamanya? Soalnya dia tiba-tiba pulang malam ini. Itu artinya, hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Jika tidak, Preston pasti menemani cinta pertamanya.Hanya saja, Livy meragukan suatu hal. Mungkin, wanita itu tidak tahu apa-apa tentang pernikahan mereka berdua. Jika tidak, wanita itu pasti sudah membuat keributan.Namun, sepertinya ada yang salah. Mungkin wanita itu sudah tahu, makanya mereka bertengkar. Makanya juga, Preston pulang malam ini.Hanya saja, kalau benar seperti itu, Preston tidak seharusnya pulang. Hal ini pasti akan membuat cinta pertamanya marah. Apa mungkin Preston tidak tahu cara membujuk wanita?Livy merasa tidak berdaya. Dia bahkan ingin pergi ke ruang kerja untuk memperjelas semuanya dan membimbing Preston cara membujuk Sylvia. Namun, Livy mengurungkan niatnya.Dia tidak seharusnya ikut campur urusan orang. Apalagi, selama dirinya dan Preston masih menjadi pasangan suami istri, status Livy sangat mencanggungkan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 120

    "Jangan nangis!" tegur Preston dengan suara serak. Sekujur tubuhnya terasa geli. Jika Livy terus seperti ini, takutnya dia tidak bisa mengendalikan hasratnya.Namun, Preston tahu dia harus menahan diri karena nenek Livy baru meninggal. Dia harus menunggu hingga Livy menerima kepergian neneknya, hingga Livy menerima dirinya. Yang paling utama adalah Preston sedang melatih ketahanannya.Dulu, Preston tidak pernah berminat pada hal seperti ini. Namun, sejak kejadian di resor, hasrat terus menggerogoti dirinya, membuatnya sulit untuk bertahan. Kini, Preston sepertinya mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pecandu. Hanya saja, hal yang membuat mereka kecanduan berbeda.Begitu mendengar teguran Preston, Livy tak kuasa termangu. Dia terdiam dan tampak tidak berdaya.Saat ini, Livy seolah-olah sudah mengetahui nasibnya. Sebentar lagi, dia pasti akan menjadi bidak yang dibuang. Bahkan, Preston tidak akan punya kesabaran untuk menghadapinya lagi.Livy menggigit bibirnya dengan keras kepala.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 121

    Kulit Livy sangat bagus, putih dan lembut. Livy juga tidak membutuhkan riasan yang berlebihan untuk menampilkan kecantikan dan keanggunannya. Dia berbeda dengan wanita lain."Kamu sampai lemas begini. Mana mungkin aku menolak cutimu?" Preston terkekeh-kekeh di samping telinga Livy. Tentunya, dia tahu Livy tidak mungkin mendengarnya. Bagaimanapun, wanita ini tidur dengan sangat nyenyak.Preston bangkit, lalu pergi ke kamar mandi. Dia tidak pernah merasa sepuas dan senyaman ini. Pelepasan yang dilakukannya semalam membuat seluruh kabut di dalam hatinya sirna.Setelah berpakaian, Preston keluar dari kamar. Kebetulan, dia bertemu Tina yang sedang menyapu. Preston lantas berpesan, "Dia masih tidur. Jangan ganggu dia sebelum dia bangun."Tina bisa merasakan ada yang berbeda dari biasanya. Dia segera tersenyum dan mengangguk.....Livy terlalu lelah. Dia tidur sampai sore hari. Ketika dia bangun, langit sudah mulai gelap. Dia mengira hari masih pagi. Ketika melihat matahari senja, dia baru me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 122

    Livy mengikuti arah pandang David. Tatapannya juga tertuju pada tong sampah. Begitu melihatnya, dia sontak terperanjat. Banyak tisu yang menumpuk di sana, bahkan ada beberapa yang terjatuh keluar.Seketika, wajah Livy memerah. Telinga dan lehernya juga terasa panas. Dia ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi supaya tidak ada yang memperhatikannya."Ini bukan urusanmu." Preston melirik David, lalu meneruskan dengan dingin, "Cepat periksa dia.""Menurut pengalamanku, Kak Livy seharusnya jatuh sakit karena bermain terlalu lama ...." Usai berbicara, David menarik napas dalam-dalam dan mengacungkan jempolnya kepada Preston.Preston langsung melontarkan tatapan tajam, membuat David buru-buru berlari ke pinggir ranjang untuk memeriksa denyut nadi Livy.David juga adalah dokter pengobatan tradisional. Makanya, dia bisa langsung mengobati beberapa penyakit tanpa mengharuskan pasien datang ke rumah sakit. Ini juga alasan kenapa Preston memanggilnya kemari."Tadi sudah kubilang, dugaanku n

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 380

    Siapa yang peduli? Preston mengernyit. Apakah dia peduli pada Livy?Tangan yang menggenggam gelas tiba-tiba berhenti, lalu dia menuangkan lagi segelas minuman untuk dirinya sendiri dan berkata dengan nada dingin, "Dia cuma istri kontrakku, nggak lebih.""Iya, nih. David, kamu terlalu berlebihan. Bu Livy memang perempuan yang baik, tapi bagaimanapun juga, dia dan Preston berasal dari dunia yang berbeda."Sylvia menyela pembicaraan, lalu mendekati Preston dengan berpura-pura baik dan mengingatkan dengan lembut, "Preston, aku tahu kamu ingin memperlakukan Bu Livy dengan baik. Tapi bagaimanapun juga, dia berasal dari latar belakang yang berbeda dari kita. Kalau kamu terus memberinya barang-barang mewah, itu malah bisa membuatnya merasa terbebani."Perkataan itu membuat Preston sedikit penasaran. "Kenapa?""Karena bagi Livy, barang-barang itu sangat mahal, bahkan satu saja bisa setara dengan gajinya selama bertahun-tahun. Orang seperti dia akan merasa bahwa kesenjangan di antara kalian terl

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 379

    Kalau begitu, Livy juga jangan berharap hidupnya akan baik-baik saja!"Zoey, kalau mau gila, jangan cari aku!" Livy tidak ingin meladeni Zoey lagi dan segera pergi. Namun, setelah kembali ke kantornya, kelopak mata kanannya terus berkedut. Dia merasa seolah-olah sesuatu akan terjadi.Sebelum pulang, dia naik ke lantai atas untuk mencari Preston dan melaporkan perkembangan proyek. Namun, setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, dia menghubungi Preston lewat telepon."Ada apa?"Di seberang sana, suara Preston terdengar seakan dia sedang berada di tempat hiburan. Ada suara musik samar-samar dan yang lebih menyakitkan, Livy mendengar suara Sylvia yang begitu akrab di telinganya."Preston, bukannya sudah bilang hari ini jangan bahas pekerjaan?" Suara manja Sylvia terdengar cukup jelas, seolah-olah dia menempel di sisi Preston."Aku cuma bicara sebentar," jawab Preston dengan suara rendah, sebelum akhirnya beralih ke Livy, "Bu Livy, kalau soal pekerjaan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 378

    Karena kejadian semalam, Livy hampir terlambat masuk kerja pagi ini. Baru saja dia selesai absen, suara yang sudah lama tidak terdengar kembali menyapanya. "Livy!"Setelah sekian lama tidak bertemu, Zoey tampaknya menjalani hidup yang cukup baik.Pakaian bermerek yang dikenakannya semakin banyak dan di lehernya terlihat bekas merah yang sangat mencolok. Tanda bahwa hubungannya dengan Ansel semakin erat."Ada urusan apa?" Livy meliriknya dengan dingin, tidak ingin membuang waktu untuknya.Namun, Zoey sama sekali tidak merasa tersinggung dan justru berkata dengan percaya diri, "Aku butuh bantuanmu."Livy mengernyit, merasa Zoey benar-benar terlalu tidak tahu malu, lalu menolak mentah-mentah, "Aku nggak ada waktu.""Livy, kamu sok jual mahal apa sih? Apa kamu benar-benar mengira dirimu sudah jadi nyonya besar? Kaki Sylvia sebentar lagi sembuh, 'kan? Aku peringatkan kamu, begitu dia berhasil, kamu pasti akan dibuang sama Pak Preston!"Zoey menghalangi Livy di pintu masuk, kata-kata tajamny

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 377

    Charlene masih terus bergosip, "Ngomong-ngomong, Preston sudah nggak muda lagi, ya? Terus katanya dulu juga nggak pernah dekat sama cewek, nggak ada gosip macam-macam. Jangan-jangan dia nggak ada tenaga di ranjang? Kalau kamu ngerasa kurang, aku tahu nih ada obat yang ....""Nggak perlu, Charlene!"Livy buru-buru memotong, mencengkeram ponsel erat-erat, lalu menurunkan suaranya, "Dia di bagian itu sangat kuat.""Apa?"Suaranya terlalu kecil, Charlene di seberang sana tidak mendengarnya dengan jelas. "Maksudmu kamu masih mau? Atau jangan-jangan dia nggak bisa?""Bukan!" Livy hampir melonjak, suaranya langsung meninggi, "Preston sangat kuat, dia nggak butuh obat sama sekali!""Ohh ...." Charlene menarik nadanya dengan panjang, jelas sekali dia sedang menggoda.Livy benar-benar malu. Dia buru-buru mengganti topik. Setelah mengobrol tentang beberapa gosip ringan, akhirnya dia menutup telepon.Setelah merasa cukup berendam, Livy mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dia melirik pakaian tidur

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 376

    Tatapan Preston sedikit melunak, alisnya pun tampak lebih rileks. Lalu, dengan nada tenang, dia berkata, "Livy, aku kaya, tampan, dan selain temperamenku, aku bisa memberimu semua yang kamu inginkan.""Dalam pernikahan, pasangan seharusnya saling memahami. Lagi pula, aku nggak merasa sering marah. Kebanyakan waktu, itu karena kamu yang melakukan kesalahan."Hah?Livy semakin bingung.Bukankah tadi Preston ingin menceraikannya? Menghubungkan sikapnya tadi malam dan hari ini, sebuah pemikiran yang sulit dipercaya muncul di benaknya.Livy menatap Preston dengan ragu, lalu bertanya dengan hati-hati, "Jadi ... kamu bersikap baik padaku hari ini karena aku bilang kamu mudah marah?"Tidak mungkin! Jadi, semua yang Preston lakukan adalah ... cara halus untuk menenangkannya?"Jadi, menurutmu aku benar-benar pemarah?" Preston menjepit sepotong daging panggang ke dalam mangkuknya, matanya menatapnya dengan tajam.Ini pertanyaan yang menentukan antara hidup atau mati.Livy buru-buru menggeleng. "S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 375

    Livy menggelengkan kepala, sedikit ragu-ragu saat menjawab, "Pak Preston sangat sibuk setiap hari, kurasa dia nggak punya waktu untuk mengurusi hal seperti ini.""Jadi ... kita cuma bisa diam saja menerima ini?"Ivana tampak tidak terima, matanya penuh dengan kekesalan saat berkata, "Kamu sudah bekerja keras selama ini dan cuma dihargai sejuta? Bu Sherly benar-benar keterlaluan! Awalnya aku pikir dia cukup baik, tapi ternyata dia pencemburu sekali!"Livy terdiam sejenak. Dia merasa ini bukan sekadar masalah iri hati.Perasaan aneh yang dia rasakan semakin kuat. Seolah-olah Sherly menargetkannya bukan hanya karena iri, tetapi juga karena alasan lain yang tidak bisa dia jelaskan. Jika dia benar-benar ingin menyingkirkan Sherly, hanya mengandalkan masalah bonus proyek ini tidak cukup.Bagaimanapun juga, meskipun tindakan Sherly tidak etis, dia tetap mengikuti prosedur formal. Jadi, Livy tidak punya alasan yang cukup kuat untuk menindaknya. Merasa frustrasi, Livy hanya bisa memfokuskan dir

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status