Oliver menoleh ke arah Wanda, dan meskipun matanya sedikit lelah, dia masih menatapnya dengan tajam. “Kenapa kamu di sini, Wanda?” tanyanya, nada suaranya datar, tanpa emosi yang jelas. Wanda tersenyum kecil. “Saya cuma kebetulan lewat, Tuan. Nggak ada yang penting. Tapi melihat Anda di sini... saya merasa khawatir.” Ia duduk di sebelah Oliver dengan gerakan halus, matanya menatap Oliver penuh simpati. Oliver meneguk minuman di tangannya, lalu menghembuskan napas panjang. “Aku nggak butuh simpati, Wanda.” "Tentu saja nggak, tapi... semua orang membutuhkan teman untuk berbicara, bukan?" Wanda mencoba memancing Oliver agar membuka diri, berharap bisa mengambil keuntungan dari situasi ini. Namun, Oliver hanya terdiam sejenak, menatap kosong ke gelas di depannya. “Kamu nggak akan mengerti,” katanya akhirnya, nadanya nyaris pelan. Wanda merasa frust
Baca selengkapnya