All Chapters of SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Chapter 251 - Chapter 260

286 Chapters

Bab 251

Setiba di rumah sakit, Davin menanyakan ruang ICU pada petugas medis. Dia langsung menuju ke lantai 2, namun ketegangan terasa di sana. Petugas medis tampak lalu lalang dengan membawa alat-alat medis dan juga kantong darah menuju ke ruang ICU, membuat nafas Davin seperti tertahan di dadanya.Davin berdiri tegak di depan pintu ruang ICU, tubuhnya terasa kaku, seakan-akan seluruh dunia telah berhenti berputar. Tangannya menggenggam erat pegangan pintu, matanya tertuju pada celah kaca yang menghubungkan ruang tersebut dengan lorong rumah sakit. Dari dalam, tampak bayangan perawat dan dokter yang bergerak dengan cepat, seakan berlarian. Suara bip-bip mesin dan desahan napas yang berat semakin jelas terdengar, menciptakan atmosfer yang tegang dan mengerikan. Sesekali, dia melihat perawat berlarian keluar membawa perlengkapan tambahan, dan setiap kali itu terjadi, hatinya terasa semakin tersayat.Seorang petugas medis berdiri di samping pintu, dengan wajah penuh kecemasan. Ketika melihat D
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 252

Setelah beberapa lama menunggu dengan ketegangan yang tak tertahankan, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang ICU dan memanggil Davin untuk mengikuti langkahnya.“Pak Davin, dokter ingin bertemu Anda, mari saya antar ke ruangan beliau,” ucapnya dengan suara yang sedikit lebih tenang, meskipun masih ada kekhawatiran yang terpendam.Tadi Davin melihat seorang dokter paruh baya memang keluar dari ruang ICU. Namun sepertinya ada sesuatu yang sedang dilakukan oleh dokter itu sehingga menugaskan kembali pada perawat untuk meminta Davin menuju ke ruang kerjanya.Davin segera bangkit, tubuhnya terasa lelah namun penuh harap. Ia mengikuti perawat itu menuju ruangan yang tak jauh dari ruang ICU. Di dalam, seorang pria paruh baya tengah duduk di belakang meja kerjanya, mengenakan jas medis berwarna putih, wajahnya serius namun tidak tanpa rasa empati. Namanya tertera di papan nama yang ada di mejanya: Dr. Marven.Davin duduk di kursi di depan meja dokter, jantungnya berdegup kencang. Setiap
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 253

"Pak Davin, bolehkah saya bicara sebentar?" kata polisi itu, mengenakan seragam biru dengan badge yang menyala di dada. Nada suaranya tenang, tapi ada ketegangan yang tak terelakkan.Davin berhenti sejenak, menatap polisi tersebut dengan ragu. "Ada apa, Pak?" jawabnya, suaranya penuh kelelahan dan kekhawatiran.Polisi itu mengangguk, lalu menarik sedikit napas. "Kami baru saja mendapat kabar baik, Pak Davin. Kami berhasil mengamankan Victor," kata polisi itu dengan suara pelan, namun jelas.Nama Victor terdengar begitu asing di telinga Davin, namun sesuatu dalam dirinya terasa terbangun mendengar nama itu. Jantungnya berdegup lebih cepat. "Victor?" ucapnya pelan, mencoba menahan amarah yang mulai membuncah. "Brengsek!" umpatnyaPolisi itu mengangguk, matanya menatap penuh arti. "Ternyata Victor adalah salah satu kaki tangan utama Bryan. Dia yang telah membantu menculik istri Anda, Bu Naura. Kami telah menangkapnya, dan dia akan segera diperiksa lebih lanjut."Davin merasa darahnya men
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 254

Davin berdiri di ambang pintu ruang perawatan VVIP, matanya tak bisa lepas dari sosok yang terbaring diam di atas ranjang rumah sakit. Naura, istrinya, masih terhubung dengan berbagai alat medis yang memantau kondisinya. Tubuhnya yang ringkih itu dikelilingi oleh tabung oksigen, infus, dan kabel-kabel yang merambat ke tubuhnya seperti benang kehidupan yang rapuh.Hatinya berdetak cepat, menahan perasaan yang membuncah. Ia bisa merasakan betapa beratnya penderitaan yang harus ditanggung oleh Naura. Satu bulan lebih berlalu sejak terakhir kali ia melihat wanita itu, sejak Naura diculik dalam rangka balas dendam yang kejam. Keberadaannya selama ini tidak diketahui, dan pikirannya tak pernah lepas dari rasa takut akan kehilangan.Namun kini, di hadapannya, Naura masih bernapas. Terlepas dari semua penderitaan yang dialami, ia masih hidup. Dan itu sudah lebih dari cukup baginya.Davin perlahan mendekat, langkahnya terhenti di sisi ranjang. Mata Naura yang tertutup rapat, wajahnya yang terl
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 255

“Dimana Mommy? Raka kangen Mommy, Raka mau ketemu Mommy, Dad, hiks hiks...” suara Raka terputus oleh isakan tangis yang semakin keras, seakan tak mampu menahan rasa rindunya yang mendalam pada sang ibu. Ia menangis sejadi-jadinya, tak peduli pada apapun yang terjadi. Hanya satu yang ia inginkan—ibu mereka, Naura, kembali di sisi mereka.Satu bulan lebih telah berlalu sejak terakhir kali mereka melihat Naura, wanita yang melahirkan mereka. Rindu yang tak terungkapkan itu menumpuk dalam hati dua bocah kembar berusia sepuluh tahun tersebut. Wajah-wajah kecil mereka, yang seharusnya ceria dan penuh tawa, kini dipenuhi dengan kecemasan dan kepedihan yang mendalam.“Mommy, hiks hiks...” suara Rania mengikuti jejak tangisan saudaranya, terisak-isak, menahan perasaan yang meluap. Ia memandang layar ponsel dengan penuh harapan, berharap ada keajaiban yang bisa membawa ibunya kembali. Matanya yang besar dipenuhi air mata, sementara tubuh kecilnya menggigil menahan kesedihan yang begitu dalam.
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 256

“Ada apa suster?” tanya Davin.“Pak, kami mau memberi kabar kalau Carlota akan segera dimakamkan. Mungkin anda mau melihatnya untuk terakhir kali?” tanya suster.Davin mengangguk, “tolong jaga istri saya dulu, suster,” ujarnya.“Baik pak. Di luar juga sudah ada empat polisi berjaga,” jawabnya.Davin mengangguk dan memilih pergi untuk melihat wajah Carlota, wanita yang meregang nyawa saat kabur bersama Naura.Saat membuka pintu ruang perawatan sang istri, Davin berbincang sejenak dengan pihak kepolisian yang sengaja ia minta untuk berjaga di depan ruang perawatan istrinya. Davin ingin sang istri benar-benar aman, karena Bryan masih berkeliaran di luar sana. Davin tak ingin mengambil resiko lebih jauh tentang sesuatu yang mungkin saja bisa dilakukan oleh mafia tersebut.Setelah itu, Davin berjalan menuju ruang jenazah. Seorang petugas yang ada di sana mengarahkan Davin untuk melihat Carlota terakhir kalinya.“Terima kasih, sudah menolong istriku untuk kabur. Beristirahatlah yang tenang.
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 257

“Ayo cepat kita kabur!” serunya. Dengan panik mereka keluar melalui pintu rahasia, dan beruntung polisi tidak berhasil menemukan Bryan di tempat itu. Bryan pun menuju ke apartemen yang ada di sudut kota.Bryan duduk di kursi rotan yang terletak di sudut ruang tamu apartemennya, matanya menatap kosong ke arah jendela yang terbuka lebar, memandangi jalanan kota yang sibuk. Namun, pikirannya jauh dari hiruk-pikuk itu. Ia merasa terjebak dalam dunia yang ia ciptakan sendiri. Segalanya mulai runtuh begitu cepat. Sambil menggigit bibir, Bryan meraih ponselnya dan membuka daftar kontak. Ia akan menghubungi tiga orang yang selama ini menjadi bagian dari jaringan bisnis gelapnya. Orang-orang yang tahu bagaimana kerasnya ia berjuang untuk membangun kekuasaannya. Mereka adalah orang-orang yang pernah diberinya bantuan, pinjaman, dan perlindungan saat mereka kesulitan. Bryan merasa, sudah saatnya mereka membalas budi.Dengan penuh keyakinan, ia menekan tombol untuk menelepon Jack, teman laman
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 258

Ruangan interogasi itu terasa mencekam, dinding-dinding yang tampak semakin menyempit, seolah ingin menelan siapa pun yang berada di dalamnya. Lampu yang redup menggantung di atas meja, menerangi wajah Victor yang terkesan tak bergeming, meski ia duduk di kursi dengan tangan terikat, tubuhnya lelah dan wajahnya penuh luka. Matanya yang redup menatap kosong, namun tidak ada rasa penyesalan di sana. Ia hanya diam, terperangkap dalam dunia yang ia buat sendiri, tanpa peduli pada apa yang terjadi di luar sana.Di seberang meja, dua polisi berdiri tegak, bersiap untuk mencoba memecahkan kebuntuan. Mereka sudah menunggu, sudah berkali-kali berusaha menggali informasi dari Victor, namun pria ini tetap bungkam. Kepalanya yang berdarah dan tubuh yang memar akibat penyiksaan sebelumnya tidak membuatnya gentar. Ia hanya duduk diam, menahan rasa sakit yang datang dari tubuhnya. Yang lebih sakit, baginya, adalah kenyataan bahwa ia telah terjebak, dan kini semua yang dilakukannya harus dibayar."
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 259

Dokter dan suster yang bertugas hati itu, masuk dengan tergesa-gesa ke dalam ruang rawat inap Naura.Davin meraih botol air mineral yang ada di samping ranjang pasien. Lalu dia membantu sang istri untuk meminum air tersebut, setelah puas Naura menjauhkan bibirnya dari botol air mineral itu, dan Davin kembali berdiri tak jauh dari dokter yang akan memeriksa kondisi istrinya. Namun tiba-tiba suasana menjadi tegang ketika Naura semakin menyadari sesuatu tak beres terjadi pada dirinya."Ka–kakiku?" Naura terbata, suaranya tercekat, seolah ada beban berat yang menahannya untuk berbicara lebih lanjut.Dia menatap kakinya yang terbungkus perban tebal, namun tidak merasakan apa-apa. Keheningan yang menyesakkan ruang rawat inap itu hanya dipenuhi suara nafasnya yang terengah, dan detakan mesin yang memantau kondisi tubuhnya. Keputusasaannya begitu jelas terasa, meresap ke dalam udara sekelilingnya. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya: tubuh yang tak lagi bisa dia kendalikan.Davi
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 260

Raka dan Rania akhirnya diizinkan pulang ke rumah. Mereka juga sudah melakukan panggilan video call dengan sang Mommy. Namun tangis keduanya belum surut, ketika Bram menolak mengantarkan kedua keponakannya ke kota Mars Country.“Mau sampai kapan kalian menangis?” tegur Bram frustasi.Sambil sesegukan Raka menjawab, “sampai Uncle anterin kami ketemu Mommy,” jawabnya. Tubuh keduanya masih lemah, karena jarum infus yang baru saja dibuka. Tapi mereka tetap ngotot ingin menempuh perjalanan udara selama delapan jam, demi bertemu sang mommy.“Kami kangen sama Mommy. Kami lama banget gak ketemu Mommy, Uncle. Huaaaaa huaaaaaaa.”Tangis Rania pecah, memenuhi ruang keluarga yang mewah itu. Para pengasuhnya mencoba menenangkan anak kembar berusia sepuluh tahun itu. Tapi tetap tak bisa.“Ya udah! Uncle bicara sama Daddy kalian dulu,” ucapnya. Raka dan Rania akhirnya diam. Bram melangkah menuju taman belakang kediaman adik tirinya. Udara sore yang sejuk tidak mampu menenangkan pikirannya yang dip
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1
...
242526272829
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status