All Chapters of SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Chapter 261 - Chapter 270

286 Chapters

Bab 261

Bram melangkah dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Waktu terus berjalan, dan ia harus segera memastikan bahwa keponakannya, Raka dan Rania, benar-benar siap untuk melakukan perjalanan udara ke Kota Mars Country. Ia tidak ingin mengambil risiko sedikit pun.Begitu tiba di depan ruang dokter yang menangani mereka, Bram mengetuk pintu dengan tegas.“Masuk,” terdengar suara dari dalam.Bram membuka pintu dan melangkah masuk. Di dalam ruangan, dokter Firman tengah meneliti beberapa berkas pasien. Pria paruh baya itu menoleh ke arahnya dan memberikan senyum tipis.“Pak Bram, silakan duduk,” ucapnya sambil meletakkan berkas di tangannya.Bram langsung duduk di kursi yang tersedia. Ia tidak ingin berlama-lama, maka ia segera menjelaskan maksud kedatangannya.“Dokter Firman, saya datang untuk memastikan kondisi Raka dan Rania. Mereka bersikeras ingin menemui ibu mereka di Kota Mars Country, dan saya berencana membawa mereka menggunakan pesawat pribadi saya malam ini. Namun, sebelum itu
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 262

Braaaak“Mommyyyyyyyy.”Pintu ruang rawat inap Naura terbuka di susul jerit tangis haru Raka dan Rania karena akhirnya mereka bertemu kembali sang Mommy.Raka dan Rania memeluk Naura dari sisi kanan dan kiri. “Jangan nangis, sayang,” kata Naura. Ketiganya terisak penuh haru. Belahan jiwanya telah kembali utuh. Davin berdiri di sisi ranjang pasien ikut menangis, tak kuasa menahan haru melihat pertemuan Raka dan Rania dengan Mommynya.“Nia kangen Mommy,” isak gadis kecil itu.“Aku juga kangen banget sama Mommy. Aka selalu mimpi buruk tentang Mommy,” sang jagoan menimpali. Naura tak bisa berkata-kata, suaranya tercekat di tenggorokan. Dia tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, betapa bahagianya dia bisa bertemu lagi dengan sang anak.Laura menyusul masuk ke dalam ruangan, Bram, Lidya yang menggendong Angelica yang tengah terlelap, terakhir dua pengasuh Raka dan Rania ikut masuk ke dalam rumah.Pelukan ketiganya terurai saat dokter dan perawat yang bertugas hari itu masuk ke dalam rua
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 263

Sementara itu, di luar ruang perawatan, Naura, Davin, dan Bram sedang berbincang serius. Suasana pagi menjelang siang yang mulai panas terasa agak berat, seolah mencerminkan keseriusan yang menggelayuti percakapan kakak beradik itu. Davin tak punya pilihan lain, dan keputusan itu benar-benar sudah diambil dengan pemikiran yang sangat matang. Dia yakin inilah keputusan terbaik yang harus diambil demi kebahagiaannya bersama keluarga kecilnya."Sepertinya aku, Naura, dan anak-anak akan tinggal lebih lama di kota ini. Meskipun nanti Naura kembali bisa berjalan, dia tidak mungkin bisa menjadi sekretarisku lagi. Aku tak mau mengambil resiko yang seperti ini.”“Ya aku setuju, lalu?” tqnya Bram.Davin menghela napas berat, lalu menjawab, “Jadi, aku ingin kamu kembali ke kantor pusat dan mengambil alih wakil CEO yang belum terisi sekarang, setelah wakil sebelumnya sudah pensiun. Sementara itu, untuk perusahaanmu di anak cabang Abimanyu Group, kamu bisa carikan orang yang pantas untuk memimpin
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Pesona Pria Matang

Bagas menatap layar ponselnya sejenak setelah menutup sambungan telepon. Hatinya terasa sedikit lebih lega setelah percakapan dengan Bram. Dia kini punya kesempatan besar untuk membuktikan dirinya, tetapi ada satu hal yang masih mengganjal di pikirannya—Niken, adik bungsunya. Mereka berdua sudah cukup lama hidup hanya berdua sejak kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Bagas selalu merasa bertanggung jawab atas Niken, dan kali ini, keputusan besar yang akan diambilnya harus melibatkan adiknya.Dengan langkah pelan, Bagas berjalan menuju kamar adiknya. Pintu kamar itu sedikit terbuka, dan dia bisa melihat Niken sedang duduk di meja belajarnya, fokus dengan bukunya. Ada kekhawatiran yang tak terucapkan di mata Bagas, meskipun dia mencoba untuk tetap tenang.“Niken,” panggil Bagas lembut.Niken menoleh, terkejut melihat kakaknya berdiri di sana, seakan baru keluar dari pikiran yang dalam. “Ada apa, Kak? Kenapa kelihatan serius banget?”Bagas menarik napas
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Meremang

Saat tubuh Lidya menegang akibat sentuhan hangat bibir Bagas, tiba-tiba suara Bram terdengar, mengalihkan fokus keduanya."Bagas, kau sudah datang?” suara Bram semakin mendekat. Lidya berharap Bram tidak melihat aksi nekat Bagas."Maaf, aku terlambat 2 jam dari prediksiku tiba di rumahmu," jawab Bagas sambil membalas uluran tangan Bram."Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah datang. Karena besok kita akan langsung melaksanakan meeting. Apa kamu sudah makan? Kalau belum, biar aku minta Lidya untuk menyiapkan makanan untukmu," kata Bram memberi tawaran pada saudara angkatnya."Boleh, dengan senang hati. Kebetulan aku lapar banget," jawab Bagas, tak menolak tawaran dari Bram. Tentu saja, setelah perjalanan panjang, perutnya sudah mulai terasa kosong.Lalu, Bram menoleh ke arah Lidya dan berkata, "Lidya, bisa minta tolong masakan makan malam untuk Bagas? Setelah itu, bawakan masuk barang-barang Bagas ke kamar yang telah disiapkan. Angelica malam ini biar tidur denganku," ucap Bram dengan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Buka Pahamu

Besar sekali ucapnya di dalam hati saat tangan Lidya menyentuh benda besar dan panjang yang sudah berdiri tegak itu. Bagas tersenyum, wanita ini ternyata benar-benar sesuai feeling-nya, boleh dipakai kapan saja, pikir pria itu."Kau menyukainya?" tanya Bagas lagi sambil menggesekkan pusakanya di tubuh Lidya."Suka sih, suka, tapi tidak ada yang gratis, Pak," jawabnya sambil meremas pusaka Bagas. Lalu Lidya berbalik menatap pria tersebut."Cup, cup."Tidak hanya sekali, tapi dua kali, wanita itu memberi ciuman di bibir Bagas, meski hanya sekilas. Lidya harus berjinjit guna bisa membalas perbuatan Bagas tadi."Ini balasan karena Anda tadi lancang mencium saya," kata Lidya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Bagas.Wanita yang seperti inilah Bagas sangat sukai—liar dan menggemaskan. Dia pikir dia tidak akan tertantang dengan ucapannya, ternyata Bagas salah."Sana sebaiknya, Pak Bagas, duduk dulu, jangan diambil hati ucapan saya barusan," kata Lidya mendorong tubuh Bagas untuk dudu
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Malam-malam Bercucuran Keringat

“Paaak, jangan nekat,” ucap Lidya.Tapi Bagas tidak peduli ucapan Lidya. Pria itu justru berusaha menarik celana dalam Lidya, membuat sang pemilik berusaha menahannya.“Paaaaaaak,” desahnya, padahal dia ingin sekali menolak sentuhan Bagas, sebab Lidya takut kalau Bram tiba-tiba muncul.“Kau yang menggodaku, kau membalas ciumanku. Sebagai lelaki yang sudah terbiasa bermain dengan banyak perempuan tentu itu sebuah kode untukku,” bisik Bagas, “lebarkan pahamu,” ujarnya lagi.Saat ini Lidya masih duduk di atas kursi, sementara Bagas berlutut di bawahnya. Entah kenapa Bagas ingin mencicipi tubuh pengasuh sang keponakan. Bagas tahu kalau wanita ini merespon permintaannya. Sudut bibirnya ditarik, saat melihat Lidya dengan sukarela semakin melebarkan kakinya.“Angkat kakimu, Lidya,” kata Bagas lagi.“Kita di kamar saja, ya Pak. Saya takut ada Pak Bram,” jawabnya.“Tapi aku ingin di sini, sebagai salam perkenalan kita, nanti kita pindah ke kamar,” jawabnya menyebalkan.“Tapi-”“Naikkan kakimu,
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Tiba-tiba Menikah

"Bagaaaaaas!" pekik Bram, membuat Bagas dan Lidya terlonjak kaget. Padahal mereka belum mencapai puncak kepuasan mereka hari ini."Apa-apaan kalian ini?!" teriak Bram lagi. "Dan kamu, Lidya! Dasar perempuan tidak punya harga diri!" Hinanya lagi, tatapannya nyalang ke arah Lidya.Bagas dan Lidya buru-buru mengenakan pakaian mereka. Mereka tak ingin melihat Bram yang penuh dengan kemarahan."Aku nggak mau tahu! Besok pagi kalian harus menikah! Aku nggak mau rumahku kotor gara-gara tindakan kalian! Dan kamu, Bagas! Kalau kamu menolak menikahinya, maka aku akan membatalkan niatku untuk menjadikanmu pimpinan di perusahaan Abimanyu Group cabang pertama! Aku benar-benar tidak menyangka, bisa-bisanya kalian melakukan ini di tempat terbuka seperti ini!" serunya lagi, penuh amarah."Tapi, Bram! Aku nggak mungkin menikahi wanita yang tidak aku cintai!" ucap Bagas, menolak keinginan saudara angkatnya."Tapi kamu sudah mengotori rumahku! Kamu baru sampai di sini! Di mana otakmu? Di mana akal sehat
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Kesepakatan

Bagas berdiri di depan pintu kamar Lidya. Setelah mendengar keputusan Bram yang tidak bisa diganggu gugat, hanya ada satu pilihan untuk mereka—menikah. Namun, Bagas masih ingin mendengar langsung dari Lidya. Apakah dia benar-benar menerima pernikahan ini?Ia mengetuk pintu beberapa kali. Tidak ada jawaban. Bagas menghela napas panjang dan mengetuk lagi, kali ini lebih keras."Lidya, buka pintunya. Aku ingin bicara," katanya dengan nada lebih lembut.Beberapa detik berlalu tanpa jawaban. Bagas mulai kehilangan kesabaran dan kembali mengetuk dengan lebih kuat."Lidya, aku tahu kamu di dalam. Kita harus bicara. Aku nggak akan pergi sebelum kamu buka pintunya."Akhirnya, suara kunci berputar terdengar. Pintu kamar terbuka sedikit, memperlihatkan wajah Lidya yang tampak lelah dan lesu. Matanya sedikit bengkak, mungkin karena menangis."Apa lagi yang mau dibahas? Bukankah semuanya sudah jelas?" Lidya bertanya dengan nada datar, lalu membiarkan pintu terbuka lebih lebar.Bagas masuk ke dalam
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Mau di Hotel, Apa di Rumah?

“Halo.” Davin menyapa dari seberang telepon setelah ada panggilan masuk dari Bram.“Halo, Davin. Aku mau memberi kabar kalau besok Bagas dan Lidya akan menikah,” ucap Bram.Davin sangat yakin pasti terkejut mendengar ini.“Apa?! Mereka menikah? Kok bisa?” tanya Davin tak percaya.“Aku memergoki mereka sedang berhubungan badan di ruang makan para pelayan, makanya aku memaksa mereka dengan sedikit mengancam,” ucap Bram, menjelaskan pada Davin.Pria itu menjelaskan secara detail semua yang terjadi. Tak ada yang ia tutup-tutupi dari saudara tirinya tersebut, bahkan termasuk ancamannya pada Bagas dan Lidya juga sudah ia ceritakan. Meski terdengar tidak masuk akal, Davin hanya bisa mengurut dada mendapatkan kabar bahwa Lidya akan menikah dengan Bagas.“Apa mereka pernah kenal sebelumnya?” tanya Davin, masih penasaran.“Tidak. Mereka tidak pernah saling mengenal. Cuma Bagas memang begitu, sama perempuan mana pun dia mau, asal bernyawa. Dia tampan, bentuk tubuhnya bagus. Jangankan Lidya, siap
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
242526272829
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status