All Chapters of SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Chapter 271 - Chapter 280

357 Chapters

Satu Miliar

Tepat pukul 08.00 waktu Kota Sun City, ruang rapat kantor pusat Abimanyu Group sudah dipenuhi oleh para pimpinan utama. Bram dan Bagas duduk berdampingan di kursi yang telah disiapkan, sementara layar besar di ujung ruangan menampilkan wajah Davin yang mengikuti rapat secara virtual. Ia sedang berada di luar negeri, mendampingi Naura menjalani pengobatan, namun tetap memastikan segala urusan perusahaan berjalan sesuai rencana.Selain Davin, puluhan pimpinan anak cabang dari berbagai daerah juga hadir dalam rapat melalui fitur online. Momen ini menjadi pertemuan penting, mengingat adanya perubahan besar dalam struktur kepemimpinan perusahaan.Setelah semua peserta rapat memastikan koneksi mereka stabil, Davin membuka pertemuan dengan suara tegas dan berwibawa."Selamat pagi, semuanya. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengikuti rapat ini. Hari ini, saya ingin mengumumkan beberapa perubahan penting dalam struktur kepemimpinan perusahaan yang akan segera berlaku efektif."Semua p
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bertemu Adik Ipar

Saat Bram masih berbicara dengan Lidya, tiba-tiba seorang pelayan masuk ke kamar Angelica untuk mencari Bram. Wajahnya tampak ragu seolah khawatir mengganggu, tetapi tugas tetaplah tugas."Selamat siang, Pak Bram. Ada tamu yang ingin menemui Anda," ucap pelayan itu dengan sopan.Bram mengerutkan kening. Seingatnya, tidak ada janji dengan siapa pun hari ini, apalagi di rumah ini."Siapa?" tanyanya penasaran, meletakkan gelas kopi yang sedari tadi digenggamnya."Saya kurang tahu, Pak Bram. Yang jelas, seorang wanita cantik, masih muda. Dia bilang mau bertemu dengan Anda, tetapi pengawal tidak mengizinkannya masuk," jelasnya lagi.Bram menghela napas pelan. Wanita muda? Siapa yang berani datang ke rumah ini tanpa pemberitahuan? Pikiran Bram langsung berputar, mencoba mengingat apakah ada seseorang dari masa lalunya yang mungkin mencarinya."Siapa ya?" Ia bertanya pada dirinya sendiri, lalu segera bangkit dari duduknya.Lidya yang ada di sana pun mengernyitkan kening. Selama dua tahun bek
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Besar dan Panjang

Setelah kepergian Bram ke kantor, suasana di rumah itu terasa lebih santai. Lidya dan Niken masih duduk di ruang tamu, berbincang dengan akrab seolah mereka sudah lama mengenal satu sama lain."Sejak tadi aku mencium aroma masakan yang enak dari dapur," kata Niken tiba-tiba. "Apa Kak Lidya suka memasak?"Lidya tersenyum. "Aku memang suka memasak, terutama untuk Angelica. Kalau kau lapar, aku bisa membuatkan sesuatu untukmu."Mata Niken berbinar. "Wah, kalau begitu aku tidak akan menolak! Aku penasaran dengan masakan buatan Kak Lidya."Tanpa menunggu lama, Lidya mengajak Niken ke dapur. Ia mulai menyiapkan bahan-bahan, sementara Niken duduk di meja dapur, mengamati dengan penuh antusias."Apa kau punya makanan favorit?" tanya Lidya sambil mulai mengiris bahan.Niken berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Aku suka makanan rumahan yang sederhana, seperti sup ayam atau nasi goreng."Lidya mengangguk. "Kalau begitu, aku akan membuatkan nasi goreng spesial untukmu."Niken bertepuk tangan dengan
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Enak Banget

Lidya mulai memasukkan benda panjang itu ke dalam mulut. Dengan gerakan naik turun dia menikmati permen kulit tersebut dengan penuh nafsu. Sementara suaminya terus mendesah merasakan kenikmatan yang tak terperi oleh sentuhan Lidya. Pria itu bahkan sampai memejamkan mata saat lampu lalu lintas berwarna merah, beruntung mobil ini ditutup oleh kaca hitam sehingga tidak akan ada orang yang tahu kegiatan panas di dalam mobil yang dikendarai Bagas. “Lebih dalam lagi, istriku,” rancaunya.Lidya pun melakukan permintaan sang suami dengan senang hati tanpa paksaan sama sekali. Bagas juga meremas dada besar milik Lidya yang senjata di malam begitu menggodanya. “Cium aku, istriku,” kata Bagas dengan mata berkabut. Lidya menjauhkan bibirnya dari permen kulit panjang itu, lalu mencium suaminya dengan penuh hasrat. Tangannya masuk ke dalam kemeja kerja yang masih digunakan oleh Bagas. Iya memainkan jari-jarinya di puncak dada pria tersebut membuat Bagas berkali-kali mendesis kenikmatan. Setelah
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Klimaks

Lidya terus bergerak naik turun di atas tubuh pria tersebut. Demi apapun rasanya nikmat sekali meski sangat terasa kalau milih Bagas seolah menyentuh perutnya. Lidya benar-benar liar sehingga membuat Bagas menyukai permainan wanita ini. Goyangannya membuat Bagas terus mendesah dan merancau dengan bahasa yang membuat Lidya semakin terangsang.“Hisap susuku dong, suamiku,” rengek Lidya.Dengan senang hati Bagas melakukannya. Dia membiarkan Lidya memanjakan miliknya dengan goyang mautnya, sementara bibirnya mulai menangkup dada wanita itu yang saat ini sedang bergerak naik turun. Ya mulai sekarang Bagas harus rajin-rajin minta ASI dari istrinya. Ternyata rasanya sangat nikmat. Pantas saja bayi-bayi itu sangat menyukai ASI.Bagas terus melahap dada istrinya secara bergantian. Memberi pijatan penuh gairah di dada wanita itu. Sesekali Dia memberi tanda kepemilikan di dada putih Lidya. Buatlah puas menikmati dadanya, Bagas melahap dengan rakus bibir wanita itu, lidah keduanya saling membelit
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Masih Sama

Sudah tiga bulan ia menjalani pengobatan di luar negeri, tiga bulan penuh harapan dan ketakutan. Namun, hingga kini, ia masih terkurung dalam keterbatasannya—duduk di kursi roda tanpa kepastian kapan bisa berdiri lagi.Davin menggenggam tangannya erat saat seorang perawat mendorong kursi roda Naura menuju ruang terapi. Sepanjang perjalanan, Naura diam saja, menatap lurus ke depan dengan ekspresi kosong. Sejak ia kehilangan kemampuan berjalan, kepercayaan dirinya perlahan memudar. Bahkan ketika berada di rumah sakit bersama suaminya, ia merasa tidak layak berada di sisinya.Setibanya di ruang terapi, seorang terapis pria muda yang sudah familiar bagi mereka tersenyum hangat. "Pagi, Bu. Naura dan Pak Davin. Siap untuk sesi hari ini?"“Pagi juga dok.”Naura hanya mengangguk kecil, sementara Davin mengelus punggung tangannya dengan lembut. "Kita lakukan perlahan, Sayang. Aku di sini," bisiknya.Sesi terapi dimulai dengan latihan peregangan. Dengan bantuan terapis, Naura berusaha menggerak
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Cantik dan Seksi

Setelah sesi terapi yang melelahkan, Naura kembali ke kamar rawatnya untuk beristirahat sejenak sebelum bersiap pergi bersama Davin. Hari ini, suaminya memiliki pertemuan dengan klien bisnis di sebuah restoran mewah, dan untuk pertama kalinya sejak menjalani pengobatan, Davin mengajaknya ikut serta.Davin dengan sabar membantu Naura berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, memastikan istrinya merasa nyaman. "Sayang, kita tidak perlu buru-buru. Ambil waktu yang kamu butuhkan," ucapnya lembut.Naura mengangguk pelan, “iya, sayang.” meskipun di dalam hatinya ia masih diliputi keraguan. "Apa aku harus ikut, Sayang? Aku... aku tidak yakin bisa tampil percaya diri," bisiknya.Davin berlutut di hadapannya, menggenggam tangannya erat. "Kau tetap Naura yang sama di mataku. Kursi roda ini tidak mengubah siapa dirimu, Sayang. Dan aku ingin kau ada di sisiku, seperti biasa."Tatapan penuh keyakinan dari Davin sedikit banyak mengurangi kegelisahan Naura. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum me
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Menginginkan Davin

Sementara itu, sebuah mobil mewah dengan interior elegan melaju dengan kecepatan stabil di bawah langit siang yang cerah. Jalanan kota tampak sibuk, namun di dalam kendaraan tersebut, suasana terasa lebih hening dibandingkan hiruk-pikuk di luar sana. Penelope duduk di kursi belakang dengan anggun, kedua kakinya yang jenjang disilangkan, sementara Fernando dengan tenang mengemudi di depan, memastikan perjalanan mereka berjalan lancar.Meskipun suasana di dalam mobil tampak tenang, pikiran Penelope justru sedang penuh dengan satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang. Sejak keluar dari restoran tempat pertemuan bisnisnya dengan Davin Abimanyu, benaknya dipenuhi oleh bayangan pria itu. Ketegasan dalam suaranya, cara ia membawa diri, serta tatapan tajam yang memancarkan kecerdasan dan kharisma yang begitu memikat.Dia sudah banyak bertemu pria sukses di dunia bisnis, tetapi tidak ada yang seperti Davin. Pria itu tidak hanya berwibawa dan cerdas, tetapi juga memiliki sesuatu yang lebih langk
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Meyakinkannya

Davin tidak perlu bertanya untuk tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak mereka keluar dari restoran setelah pertemuan bisnis dengan Penelope, ekspresi Naura berubah. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dan Davin tidak akan membiarkan itu berlarut-larut.Begitu sampai di rumah, Davin turun lebih dulu, lalu berjalan ke sisi pintu mobil dan membukakannya untuk Naura. Dengan lembut, ia membantu sang istri turun dan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.Naura tetap diam.Davin menghela napas. Setelah mereka tiba di ruang keluarga, ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya duduk berhadapan dengan istrinya.“Sayang,” panggil Davin lembut.Naura tidak merespons.Davin menatapnya dalam-dalam. Ia menyentuh jemari Naura dan menggenggamnya erat. “Kamu mau cerita sesuatu?” tanyanya pelan.Naura masih tidak mengatakan apa pun.Davin menarik kedua alisnya. “Sayang, aku tahu ada sesuatu yang mengganggumu. Aku bukan orang bodoh yang bisa dibohongi dengan diam seperti
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Janda Hot

Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya lampu, memberikan kesan eksklusif dan profesional. Meja panjang sudah tertata rapi dengan dokumen-dokumen kerja sama yang siap untuk didiskusikan. Bram dan tiga orang timnya tiba lebih dulu, memastikan semua persiapan sudah sesuai dengan kebutuhan presentasi Davin.Beberapa menit kemudian, Davin datang dengan setelan jas hitam yang sempurna, menampilkan sosoknya yang berwibawa sebagai Presiden Direktur Abimanyu Group. Matanya tajam, fokus pada pertemuan hari ini. Meskipun ia menyadari kehadiran Penelope, ia memilih untuk tidak memperhatikan wanita itu lebih dari yang diperlukan.Penelope melangkah masuk bersama Fernando dan timnya. Seperti biasa, wanita itu tampil memesona dengan gaun formal yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat matanya langsung tertuju pada Davin.“Selamat siang, Pak Davin.” Suaranya terdengar lembut, tapi ada nada ketertarikan yang tak berusaha ia sembunyikan.“Selamat siang, Bu Penelope
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
36
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status