All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 21 - Chapter 30

99 Chapters

Melawan Rajendra

Livia refleks memutar tubuhnya ke belakang ketika mendengar suara Rajendra. Ternyata pria itu sudah bangun dan saat ini tengah menatapnya."Saya mau berangkat kerja.""Apa? Kerja?"Rajendra ingin tertawa sekarang. Hanya bekerja di dapur dan membersihkan rumah Livia sampai berpenampilan serapi itu seolah akan bekerja di kantor."Kamu salah makan apa?" Livia mengernyitkan dahinya tidak mengerti apa maksud perkataan suaminya. Jadi, ia pun menanyakannya. "Maksud kamu apa, Ndra?""Hanya bekerja di dapur kamu sampai berpakaian seperti itu." Rajendra menahan geli oleh keanehan Livia."Saya nggak bekerja di dapur. Saya bekerja di kantor. Mulai hari ini saya akan bekerja di kantor Langit."Ekspresi Rajendra sontak berubah mendengar pembeberan Livia. "Jangan bercanda kamu, Livia.""Saya nggak bercanda. Langit mengajak saya bekerja di kantornya jadi saya terima tawaran itu."Rajendra terkejut mendengar penjelasan Livia. Dari ekspresinya perempuan itu terlihat bersungguh-sungguh. Tidak. Ini ti
Read more

Telepon Dari Rajendra

Taksi yang membawa Livia menurunkannya tepat di depan Decamica Building. Bangunan tersebut adalah milik Bentala Group, perusahaan milik Rajendra. Namun di gedung puluhan lantai itu banyak perusahaan yang berkantor, di antaranya adalah PT. Cakrawala Hira, perusahaan yang dipimpin oleh Langit.Livia mengeluarkan ponselnya. Ia bermaksud menghubungi Langit untuk memberitahu mengenai kedatangannya."Halo, Livia." Langit langsung menjawab setelah deringan pertama."Pagi, Langit, saya sudah di lobi.""Langsung ke lantai 17 ya. Kantorku ada di sana.""Baik." Livia menutup telepon tersebut.Di lobi yang luas itu pemandangan hilir mudik orang-orang adalah hal yang biasa. Namun Livia yang melangkah terpincang-pincang dengan tongkatnya adalah hal yang aneh dan begitu menarik perhatian orang-orang. Otomatis atensi mereka tertuju pada Livia.Saat Livia melirik ke arah resepsionis, dua orang perempuan di sana terlihat sedang berbisik-bisik sambil tertawa. Mereka adalah orang yang sama saat Livia me
Read more

Ceraikan Livia Sekarang

Langit tertegun beberapa detik mengetahui telepon tersebut dari Rajendra. Ia berpikir lebih baik nanti saja diterimanya telepon itu. Maka Langit mengembalikan ponselnya ke dalam saku."Kenapa nggak dijawab? Saya akan keluar kalau telepon itu penting," ujar Livia. "Saya nggak akan nguping."Langit terkekeh mendengar perkataan istri sepupunya. "Kalau kamu dengar juga nggak apa-apa. Masalahnya itu bukan telepon penting." Lalu Langit buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, Livia, aku akan mengenalkanmu pada sekretarisku."Livia mengangguk.Langit mengangkat gagang telepon lalu meminta seseorang datang ke ruangannya."Sasa, ke ruangan saya sekarang," perintah pria itu tegas dan berwibawa.Tidak sampai satu menit sesosok perempuan muncul. Ia mengenakan blouse merah jambu dan rok selutut."Sasa, kenalkan ini Livia. Dia yang akan menggantikan posisi Sari. Tolong kamu tunjukkan padanya job desc-nya apa saja dan bantu jika ada kesulitan.""Baik, Pak Langit," jawab sekretaris Langit itu patuh
Read more

Perlakuan Istimewa

Pintu ruangan divisi pemasaran terbuka bersamaan dengan hadirnya sosok Langit. Mendadak semua yang ada di dalam ruangan tersebut menoleh ke arah yang sama, kecuali Livia. Livia sibuk dengan pekerjaannya menginput data."Nggak pada makan siang?" tanya Langit pada bawahannya."Iya, Pak, sebentar lagi." Poppy yang menjawab sembari berpura-pura sibuk menata kertas di atas meja. Begitu pun dengan Chika dan Linda, mendadak mereka jadi tampak sibuk padahal sesaat yang lalu ketiganya duduk santai di kursi masing-masing sambil mengobrol dan sesekali menyindir Livia."Makan siang aja dulu, udah jam istirahat. Nanti dilanjutkan kembali," suruh Langit."Baik, Pak."Ketiganya bangkit dari tempat duduk mereka lalu keluar satu demi satu setelah menyapa langit dengan sopan.Langit lantas menarik langkahnya mendekati Livia yang masih berada di kursinya."Liv, ayo makan siang dulu," ajaknya."Sebentar, Lang, tinggal dikit lagi. Nanggung." Livia menunjukkan sheet di layar komputer yang sedang dikerjakan
Read more

Bajingan Yang Beruntung

Seketika tubuh Livia membeku. Wajahnya pun memucat mengetahui siapa lelaki yang berada di hadapannya lalu masuk ke dalam lift, bergabung bersamanya dan Langit.Rajendra!"Hai, Ndra, nggak nyangka bakal ketemu di sini," sapa Langit dengan santai seolah tadi tidak terjadi perdebatan apa pun di antara mereka."Lift ini milik umum jadi siapa pun bisa menggunakannya," jawab Rajendra dingin. Lelaki itu lalu melirik ke arah Livia. Livia membalas tatapan tajam Rajendra. Saking tajamnya seolah akan membelah tubuh Livia.Selama beberapa saat suasana terasa canggung. Rajendra ingin memarahi Livia namun ada Langit di sana yang ia yakini pasti akan membela Livia."Ndra, gue sama Livia mau makan siang bareng. Lo mau gabung sekalian sama kita?" Langit memecah kebekuan dengan bertanya pada Rajendra."Gue udah ada janji sama Utary. Mau kontrol kandungan." Nada suara Rajendra masih sedingin tadi.Mendengar nama perempuan itu disebut Livia menelan salivanya. Rajendra pasti sedang berbahagia karena sebe
Read more

Panas Dan Memanasi

Livia masih termangu dengan handphone yang berada di tangannya.Apa Rajendra tidak salah menghubunginya? Tapi kenapa? Apa lelaki itu salah tujuan, salah pencet atau ketidaksengajaan lainnya?"Silakan diterima teleponnya dulu," kata Langit menyilakan kala melihat Livia tertegun menyaksikan layar ponselnya.Livia memberi jawaban anggukan kepala."Halo, Ndra," sapanya pelan."Kamu di mana?" Suara di ujung telepon bertanya tanpa berbasa-basi."Di luar.""Di luar itu banyak.""Masih di jalan mau pergi makan.” Livia mengatakan dengan jujur agar suaminya itu puas.“Jadi ini alasan kamu pengen kerja dan ngotot ngelawan aku biar bisa pergi sama laki-laki lain?" suara Rajendra meningkat drastis. Livia terdiam sebentar. Ia tidak paham kenapa Rajendra marah-marah padanya. Lantaran tidak ingin bertengkar Livia memutuskan untuk mengakhiri panggilan tersebut."Ndra, udah dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari suaminya langsung saja Livia memutuskan sambungan telepon yang membuat Rajendra kesal sete
Read more

Layaknya Sepasang Kekasih

Hari ini cukup menyenangkan bagi Livia. Ia mendapat pengalaman baru bekerja di kantor Langit yang juga mengurangi interaksinya dengan Utary."Biar aku yang mengantarmu pulang, Liv," suara itu terdengar kala Livia sedang menunggu taksi di depan lobi.Livia lantas menoleh dan mendapati Langit sudah berada di sebelahnya."Eh, Lang. Saya naik taksi saja," jawab Livia menolak. Tidak enak jika dilihat para pegawai yang lainnya."Ayolah, Liv, jangan menolak. Pada jam segini biasanya susah dapat taksi."Saat itu sore hari bertepatan dengan jam pulang kerja para pekerja kantoran. Livia pikir yang dikatakan Langit ada benarnya juga. Buktinya sejak tadi belum ada driver yang mengambil orderan Livia. Jadi ia pun menerima tawaran Langit yang ingin mengantarnya pulang.Ketika Livia akan masuk ke mobil Langit tanpa sengaja ia melihat trio julid sedang memerhatikannya. Entah apa yang ada di pikiran para perempuan itu."Gimana kerja hari ini?" Langit bertanya seiring roda mobil yang berputar di jalan
Read more

Membuat Kesepakatan

Livia disambut oleh tampang masam Rajendra ketika memasuki rumah. Livia pura-pura tidak melihat. Ia meneruskan gerakannya meletakkan tas dan membuka jam tangan. Ia bermaksud istirahat sebentar lalu mandi."Apa kamu nggak malu?" Suara Rajendra terdengar olehnya dan berhasil membuat Livia menoleh."Malu kenapa?""Kamu kerja di kantor dengan keadaan seperti itu," jawab Rajendra sambil melirik kaki Livia lalu beralih menatap tongkat perempuan itu. "Tolong pertimbangkan juga reputasiku.""Reputasi?" Livia tersenyum awkward. "Reputasi apa yang harus saya jaga jika kamu sendiri yang merusaknya."Rajendra menarik langkah lebih dekat dengan Livia. Tubuh menjulangnya berada tepat di depan wanita itu. Jarak mereka tidak lebih dari satu jengkal."Apa maksudmu?" Rajendra mendesis dingin."Apa kamu nggak berpikir? Dengan membawa kekasihmu tinggal bersama kita ke sini akan merusak nama baik dan reputasimu?""Aku nggak perlu memikirkan apa-apa. Sudah kubilang kan kalau Utary tanggung jawabku?""Ya su
Read more

Di Luar Dugaan

"Maaf ya, Livia, saya sampai merepotkan kamu," ujar Ryuga setelah mereka berada di dalam mobil lelaki itu.Walau Rajendra melarang dengan keras Livia tetap teguh pada keinginannya. Apalagi mereka telah membuat kesepakatan. Rajendra boleh membawa Utary tinggal di rumah mereka dan Livia akan melayaninya seperti yang ia lakukan pada Rajendra dengan syarat Rajendra tidak menghalangi Livia untuk beraktivitas di luar."Nggak apa-apa, Ryuga, nggak repot kok." Livia malah senang ia bisa lebih sering pergi dari rumah sehingga tidak melihat kemesraan Rajendra dan Utary."Soal biaya saya akan bayar dua kali lipat. Nanti sisanya saya transfer ke rekening kamu ya. Tolong kirim via chat nomor rekening kamu." "Nggak perlu, Ryuga. Jangan ditambah lagi. Itu semua sudah cukup," jawab Livia menolak."Tapi waktu kamu jadi banyak terbuang, belum lagi untuk transportasi.""Bukan masalah. Saya malah senang daripada di rumah terus. Saya ada ide, gimana kalau ke depannya lesnya diadakan di rumah kamu? Jadi s
Read more

Sikap Manis Rajendra Pada Livia

Livia cukup terkejut mendengar perkataan Ryuga. Sampai-sampai ia merasa perlu untuk meraba telinganya sendiri demi meyakinkan diri bahwa ia tidak salah dengar."Tolong bilang sama dia mohon menunggu setengah jam lagi. Atau kalau terlalu lama suruh dia pulang duluan. Nanti saya akan pulang sendiri," kata Livia menjawab perkataan Ryuga.Ryuga mengangguk pelan lalu kembali ke beranda, tempat Rajendra menunggu. Ryuga tidak mungkin membiarkan Livia pulang sendiri. Jadi yang dikatakannya pada Rajendra adalah, "Livia harus mengajar setengah jam lagi. Dia bilang kalau terlalu lama menunggu silakan pulang dulu, nanti biar saya yang mengantarnya."Rajendra mengepalkan tangannya di sisi paha mendengar penolakan Livia yang disampaikan melalui Ryuga."Saya tunggu dia saja," putusnya."Silakan. Mau minum apa?" "Nggak usah, terima kasih."Ryuga ikut duduk di kursi dekat Rajendra. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah meja persegi sebagai pembatas."Rokok?" tawar Ryuga setelah mengeluarkan kotak rokok
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status