Setelah puas bermain dengan kelinci, kedua anak itu tak kenal lelah menyusuri jalan setapak, melihat-lihat pondok. Sesekali, tangan mungil Kakang memetik buah tomat yang masih hijau.“Om, ini boleh dimakan?” tanyanya.Aku berdecak, mengambil tomat hijau dari tangannya. “Ini belum matang, Dek. Kalau adek mau, pilih yang merah.”“Enggak ah, adek gak suka tomat. Masam,” ujarnya menolak. Kalau tahu rasanya masam, untuk apa nanya? Dasar bocah.Tangan ini mengusap dada beberapa kali. Sabar, dia masih memiliki hubungan darah denganku, kalau tidak sudah ku potek mulutnya. Sementara itu, Niko sudah menghampiri ibu-ibu yang tengah memanen tomat dengan keantusiasannya.“Om, Aa mau bantu ibu-ibu panen tomat boleh?” izinnya.“Boleh, asal topinya dipakai. Cuacanya panas banget, biar kamu gak sakit. Habis ini, kita tunggu Tante Jingga di rumah panggung, ya,” ujarku menunjuk rumah panggung yang tak jauh dari sana.Niko mengangguk dan berlari menghampiri ibu-ibu itu. Aku memperhatikan, Niko cepat akra
Terakhir Diperbarui : 2024-11-02 Baca selengkapnya