All Chapters of Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

Chapter 11 - Engagement

Tidak banyak keluarga Mahesa yang Keona kenal , lebih lagi calon suami Winda juga bernama Kairos, jadi tidak salah kalau Keona menduga bosnya lah yang akan menjadi iparnya. Tapi, bagaimana mungkin itu terjadi? Keona tidak mau ambil pusing akan hal itu. Kalau pun Memnag benar, tidak ada hubungannya dengan dirinya. Hanya saja, semakin dia coba menyingkirkan dari pikirannya, justru dia semakin terusik. "Ayah, besok pakai kemeja dan stelan jas ini, ya," ucap Keona meletakkan pakaian ayahnya. Tampak wajah Bram semakin cerah, kesehatannya perlahan membaik. Tidak bisa dipungkiri, ini semua berkat bantuan Kairos. Pada akhirnya, Gen bercerita, kalau dia berani mengizinkan personalia mencairkan pinjaman nya karena Kairos pun setuju. Jadi, tahukan, mengapa Keona merasa berhutang budi pada Kairos. "Memang besok ada acara apa?" Bram coba duduk, punggungnya sakit kalau harus rebahan terus. Sigap, Keona membantu, menyanggah dengan bantal. "Ayah tidak diberitahu ibu? Winda akan bertunangan
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Chapter 12 - Penggoda Kecil

Wajah Winda benar-benar pucat, seakan nyawa tidak lagi bersemayam dalam raganya. Lewat ekor mata, dia melirik ke arah Ratna. "Kemarin kalung itu terlepas saat Winda bersih-bersih rumah, hingga pengaitnya rusak," sambar Ratna pasang badan. Jangankan hanya sekedar berbohong, matipun dia siap untuk Winda. Kairos tampak tidak peduli, mengabaikan jawab Ratna. Selesai mengobrol, lanjut acara tukar cincin. Kairos masih menunjukkan sikap acuh tak acuhnya. Dalam benak terus berpikir, apa benar Winda adalah gadis beraroma vanila itu? Mengapa dia tidak mencium wangi itu dari tubuhnya padahal mereka duduk bersebelahan. "Kai, mengapa kau masih bengong? Keluarkan cincinnya," ujar Chandra melotot pada Kairos. Pria itu balas menoleh pada Gen. Untuk semua persiapan lamaran ini, Kairos menyerahkan semuanya pada Gen, bahkan soal cincin sekali pun. "Oh, itu ada di sini," potong Gen, mengeluarkan kotak berbalut beludru merah dari balik saku jasnya. Wajah Winda semringah. Senyumnya terus mengembang
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Chapter 13 - Kehangatan yang Dirindukan

Dengan jalan sempoyongan, Kairos berjalan menuju kamarnya. Syukurlah, tidak terjadi kecelakaan karena berkendara saat mabuk. Tubuhnya mulai gerah, padahal pendingin udara sudah dihidupkan sejak mulai perjalanan. Pangannya mulai mengabur, tapi pada akhirnya dia berhasil menekan passcode dan masuk ke dalam. Gelap, tidak ada cahaya. Perjalanan terhenti, kepalanya berputar hingga tubuhnya jatuh ke sofa. Sofa berwarna putih, lembut dan luas, bahkan ukuran setengah dari ranjangnya, buat Kairos tidak masalah untuk tidur di sana saja. "Ah, nyamannya," batinnya memeluk seseorang di samping, yang dalam pikirannya dikira bantal. Hidungnya mulai mengendus wangi yang kini sudah familiar baginya. Menarik tubuh itu lebih masuk dalam pelukannya. Untuk sesaat, tubuh ramping itu menolak, dia kesal karena tidur nya terganggu. Tapi tenaga Kairos lebih kuat, pria itu tidak ingin dibantah. Dia ingin memeluk tubuh yang berbaring bersamanya saat ini, dalam gelap dan dihiasi rasa ngantuk. *** Cahaya
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Chapter 14 - Cemburu

"Mau pak Kairos apa, sih? Menambah kerjaan aja," sungut Keona menatap tempat bekalnya di atas meja. Berisi nasi goreng yang sudah siap angkut. Dia harus bangun lebih pagi hanya untuk menyiapkan bekal sarapan untuk Kairos. Menyesal kemarin menawarkan, dia pikir Kairos akan jijik terlebih sudah dijelaskan dari nasi kemarin, tapi setelah mencicipi, justru dia sendiri yang menghabiskan isi piring Keona. Namun, di bagian hati Keona menghangat. Dia senang karena hal kecil dan sederhana seperti itu mempu membuat Kairos tampak gembira. Sepertinya, mereka berdua kini sudah punya kesamaan. Sama-sama kurang perhatian dari keluarga dan selalu merasa sendiri. "Belum berangkat kerja kamu?" sapa Winda meletakkan tangannya di atas meja, sengaja mengembangkan jarinya, agar Keona melihat cincin yang ada di jarinya. Tanpa dikatakan pun, Keona tahu itu cincin pertunangannya dengan Kairos. Keona menarik napas, lalu mengambil bekal yang sudah dia siapkan. "Harusnya menyiapkan bekal pak Kairos
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Chapter 15 - Pura-pura Tidak Kenal

"Oh, ini Dylan, Pak. Teman sekolah saya," sambar Lili memberi jawaban. Kini tatapan ketiga wanita itu bukan hanya pada Kairos, meski rasa kaget mereka masih sangat ketara. Rasa ingin tahu beralih pada gadis yang sejak tadi berdiri di samping Kairos, memegang lengan pria itu sekolah takut kehilangan Kairos. Keona tidak menyangka akan bertemu dengan Kairos, bersama Winda juga di tempat ini. "Oh, kenalkan, ini Winda, tunangan saya." Dagu Winda menjulang tinggi menampakkan kesombongannya. Saat diperkenalkan sebagai tunangan Kairos, Winda merasa sebagai wanita paling cantik dan dicintai di jagat raya ini. Sementara Keona sendiri yang sudah pulih dari rasa terkejut, bersikap biasa saja. Justru Winda yang terkaget karena mengetahui Keona terbayar bekerja di perusahaan Greenfield. "Sayang, apa mereka karyawan mu?" Kairos mengangguk, tapi matanya masih tertuju pada wajah Keona. Dia sangat marah, dan itu awal dari rasa cemburunya pada Dylan. Awalnya Kairos menolak permintaan Win
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Chapter 16 - Mengadili

Plak! Satu bekas gambar tangan menyambut Keona saat memasuki rumah. Kedatangannya ditunggu, dengan amarah dan penganiayaan. "Ibu-" Hardikan Keona mengambang di udara. Dia menahan lidahnya atas tamparan itu. Kalau sampai ayahnya mendengar, pria itu akan ikut jadi amukan anak dan ibu tirinya. "Kenapa? Kamu mau protes? Silakan!" tantang Ratna masih dengan power on. Keona hanya diam. Jelas tahu atas dasar apa dia menerima hukuman ini. Winda pasti sudah cerita. "Bu-" "Apa? Kau merasa hebat? Berani sekali kamu bekerja di perusahaan Greenfield tanpa berkata jujur pada kami?" bentak Ratna menarik ikat rambut ekor kuda Keona. Rasa sakit membuatnya terjaga. Ngantuknya hilang, berganti segar. "Aku pikir -" "Kamu mau pikir apa? Ini taktik kamu, kan? Kamu sengaja masuk ke perusahaan itu untuk merayu Kairos? Kamu cemburu atas kebahagiaan Winda, makanya kamu masuk ke perusahaan itu. Benar begitu, kan?" Keona pasrah. Dia jawab yang benar juga pasti dianggap salah oleh mereka ber
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Chapter 17 - Hampir Ketahuan

Tangis Keona mereda saat rasa ngantuk merenggut kesadarannya. Sidang keluarga sudah selesai, dan keputusan Bram tidak berubah. Keona harus mengundurkan diri dari Greenland! Alarm berbunyi seperti biasanya. Pagi menjelang, tapi Keona hanya mematikan alarm tanpa berniat beranjak dari tempat tidurnya. Dia coba memejamkan mata, merayu agar kembali tertidur, tapi tetap tidak bisa. Satu jam dilalui hanya merenung sembari menatap langit-langit kamarnya. Jemu hanya berguling ke kiri ke kanan, Keona pun bangun. Dengan malas diseretnya langkah kaki menuju depan cermin. Wajahnya terlihat mengerikan dengan mata bengkak dan tampak kusut. Tidak ada gairah memulai hari ini. Keona berjalan menuju dapur. Dia harus mulai memasak agar orang di rumah ini tidak kelaparan. Dia sebagai tulang punggung, sekaligus merangkap pelayan tanpa gaji. Kalau dulu dia melakukannya demi sang ayah yang tengah sakit, lantas, untuk apa dia tetap menentukannya? Ayahnya sudah sehat dan seperti kata Bram tadi malam, ak
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Chapter 18 - Parfum Keramat

Winda terkejut setengah mati. Rasanya roh nya lepas dari tubuhnya, mendengar suara Kairos yang sudah berdiri di belakangnya. "Hah? Itu- itu bukan siapa-siapa. Pembantuku." Keringat mulai mengucur, panik. Biasanya kalau dalam keadaan tertekan seperti ini, otak Winda yang hanya berfungsi seperempat saja, sudah bisa dipastikan hank. "Pembantu? Bukankah pembantu di rumahmu sudah tua? Dan hanya pelayan lepas?" Beberapa kali datang ke rumah Darmawan, itu pun atas paksaan Candra, mengajak silaturahmi bersama ke rumah calon besan, membuat Kairos tahu siapa saja penghuni di rumah itu. "Ini anaknya. Bi Sum tidak bisa masuk jadi menyuruh anaknya, karena pekerjaan menumpuk, jadi ibu minta dia menginap di sini," jawab Winda pasrah. Dia sudah mengerahkan segala kemampuan terbaiknya. Begitu Kairos putar badan kembali ke ruang tamu, barulah Winda bisa bernapas lega. "Hampir saja ketahuan," batinnya menoleh kembali ke tangga, memastikan kalau Keona sudah tak terlihat. "Loh, mau kemana
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Chapter 19 - Malam Keakraban

"Saya gak pernah nginap di hotel itu, Pak. Waktu itu juga sudah saya jelaskan." Akhirnya Keona bisa buka suara setelah beberapa detik membeku kaget plus kebingungan. Terdengar embusan napas kasar dari hidung Kairos. Dia terlalu terobsesi pada gadis malam itu. Meski sudah menemukan Winda yang mengakui dirinya adalah wanita itu, tapi hati Kairos masih penasaran. "Maafkan saya. Lupakan." Pundak Keona yang kembali turun, bisa tenang setelah Kairos berhenti mencercal lagi. "Apa saya sudah boleh pergi, Pak?" Mmm ... Keona mengangguk, lalu putar badan. Tapi, belum sempat melangkah, suara Kairos berkumandang lagi. "Jangan lupa, nanti kamu bersihkan apartemen. Sudah dua hari absen, jangan malas-malasan atau bonus akhir tahun kamu saya potong!" "Dih, bisanya ngancam!" cicit Keona, lalu memasang sebaris senyum di bibir. *** Sudah seminggu, tidak ada gangguan dari Ratna dan putrinya. Bram sendiri juga sudah sibuk dengan dunianya yang baru, berusaha memulai bisnis lagi. Hidup K
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Chapter 20 - Kecemasan berlebihan

"Sakit ..." Keona memijit keningnya. Rasanya dia sudah tidur cukup lama, hingga tidak sadar sedang berada dimana dan apa yang sudah terjadi pada dirinya. "Kamu sudah sadar?" Dengungan suara Kairos justru menambah sakit kepalanya. Harus berpikir mengapa pria itu ada di sini? Keona coba berpikir lagi, dia ingat kalau mereka sedang malam keakraban, kedinginan hingga tertidur. Seingatnya saat datang ke tempat ini, tidak ada Kairos, mengapa tiba-tiba saja sudah ada bersamanya? "Bapak ... kenapa ada di sini?" Satu alis Kairos naik dan sebelah matanya memicing. Kiranya demam yang tinggi buat gadis itu sedikit terganggu pikirannya." "Memangnya kenapa saya tidak boleh ada di sini? Ada yang larang?" Keona meringis, sembari mencoba untuk duduk. Tidak enak bicara dengan posisi terlentang sementara Kairos mengamati wajah, bisa juga ikut bagian tubuhnya. Entahlah, mungkin hanya pikiran Keona saja. "Bukan begitu," jawab Keona mati kamus. Keona berpikir, seharusnya dia segera pergi dari
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status