Semua Bab Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku: Bab 51 - Bab 60

83 Bab

Chapter 51- Kosan Baru

"Kenapa bengong? Harusnya kita gembira, pak Candra sudah sembuh dan kini sudah diizinkan pulang ke rumah. Dan lagi, kabar terbaru yang ku dengar, seseorang sudah memberi suntikan dana pada perusahaan ini. Menanamkan modalnya, jadi kita selamat. Nggak jadi gulung tikar," kata Lili penuh semangat. Sepanjang hari ini, semua karyawan bergembira mendengar kepulangan Candra. Bersuka cita atas kembali sehat pemilik dan juga perusahaan. Tidak ada pemecatan sepihak ataupun gulung tikar. Semua sudah aman. Setidaknya itulah informasi yang beredar lewat email perusahaan. "Keona," ulang Lili memanggil. Gadis itu masih bengong dengan tangan menopang wajah. Kadang Lili kasihan pada sahabatnya itu, selama mereka kenal, hampir setiap hari Keona berwajah murung. "Aku lagi pusing, Lili. Aku mau cari tempat kos, tapi yang murah dan kalau bisa dekat dari kantor, biar bisa jalan," jawabnya menjelaskan keresahan hatinya. Tekadnya sudah bulat, dia tidak akan menunggu lebih lama lagi tinggal di ru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Chapter 52 -Pemimpin Baru

"Ayah, besok aku akan pindah. Ngekos di dekat kantor," ujar Keona setelah makan malam selesai. Sejak tadi Keona sudah menunggu kesempatan untuk mengatakan niatnya pada Bram di depan semua anggota keluarga. Seperti perkiraannya, mereka terkejut saling adu pandang satu sama lain. "Ngekos? Kenapa harus ngekos?" tanya Bram menatap Keona intens. "Iya, Yah. Biar bisa menghemat uang untuk ongkos," jawab Keona getir. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan kesedihan. Pasti berat meninggalkan ayahnya. Riak wajah Bram juga menunjukkan kesedihan di balik rasa terkejut. "Kalau kamu punya uang lebih untuk ngekos, bukan lebih baik kamu memberikan uang pada ayahmu? Jelas-jelas usaha ayahmu sedang macet. Kamu benar-benar anak nggak tahu diri, ya!" umpat Ratna seenak jidatnya. Wanita itu selalu mampu mengeluarkan kata-kata kasar nan menyakitkan bagi yang mendengar. Namun, Keona tidak lagi ambil pusing dan merasa sakit hati. Sudah terlalu sering. "Aku tidak punya uang lebih, Bu. Belakang ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Chapter 53 -Radar

Pemimpin baru mereka sudah tiba. sudah bisa ditebak siapa yang akan berdiri di depan rapat karyawan pagi ini. Kairos Mahesa didampingi oleh Chandra Mahesa berdiri dengan tegap di depan memberikan pidato sapaan untuk para karyawan. Keona yang berdiri di barisan paling belakang, dengan leluasa bisa menatap wajah Kairos. Tidak ada yang berubah dari diri pria itu, tetap masih bisa membuat jantung Keona berdegup kencang, hanya saja tatapannya lebih dingin. Candra menjelaskan kalau Greenland sudah kembali sehat berkat Kairos yang menyuntikkan dana dalam jumlah yang besar, dengan kata lain 50% dari saham Greenland adalah milik Kairos. Ketika diberi waktu padanya untuk menyapa kembali para karyawannya, Kairos justru menunjukkan otoritasnya. Dengan wajah dingin, mengingatkan pada setiap karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan mengabdikan diri pada Greenland. Bagi karyawan yang diketahui menyimpang dan tidak mendedikasikan loyalitasnya pada perusahaan, maka Kairos tidak ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Chapter 54 -Ucapan Menyakitkan

Harusnya Keona tidak berharap banyak pada Kairos. Dia pikir pria itu sudah berubah, paling tidak, lama tak bertemu membuat pria itu mengucap kata rindu, nyatanya malah semakin menjengkelkan. "Kamu udah kembali?" Lili baru masuk ke ruangan habis dari toilet dan menyadari kalau keona sudah ada di sana. "Iya, udah. Aku kesel sama Pak Kairos. Dia menegurku, padahal kan aku udah izin!" "Iya, tadi beliau ke sini sama pak Candra. Melihat mu nggak, makanya ditanyain. Pak Deni udah kasih tahu kalau kamu izin buat ngerawat pak Daren. Pas sebut nama Pak Daren, bola mata pak Kairos sampai mau keluar saking kesalnya." Penjelasan Lili hanya didengarkan Keona sambil lalu. Baginya, dasarnya pemarah, tetap saja Kairos akan marah kalau dia pergi jam kantor. Dia hanya tidak mau rugi. "Udah, nggak usah dipikirin." Sepulang kerja, Keona dapat pesan dari rumah sakit yang mengabarkan pria itu kembali tidak sadarkan diri dan harus segera diambil tindakan. Tergesa-gesa, Keona segera pergi ke ru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Chapter 55- Pesan Menyedihkan

Bukan hanya karena dinginnya terpaan gerimis hingga membuat tubuh Keona gemetar tapi juga karena teriakan nyaring dari Atika yang menyambut kedatangannya dengan perkataan kasar. Kaki Keona berhenti di depan pintu, tidak jadi melangkah masuk. Di depannya sudah berdiri dengan tegak Atika dengan sombong menatapnya, kedua tangan dilipat di dada, layaknya wanita berkuasa yang memandang Keona sebagai sampah tidak berarti. "Maaf, Nyonya, saya ingin-" Atika segera mengangkat tangannya sebagai perintah agar Keona berhenti bicara. Keona menurut, dia mengatupkan bibirnya dan menunggu sampai Atika buka suara. "Kau tidak perlu mengatakan apapun karena saya tidak tertarik sama sekali. Sekarang kau putar badan pergi dari sini!" "Tapi Nyonya, di luar gerimis. Izinkanlah Keona berteduh sebentar nanti saya akan mengantarnya pulang," potong Gen yang tidak tega melihat Keona dibentak dan dipermalukan wanita itu. "Kau sama halnya dengan dia. Berasal dari golongan gembel, tidak pantas bicara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Chapter 56 - Sesak di Dada

Rasa bersalah yang begitu besar membawa langkah Keona ke rumah Lili. Kalau lah saja ponselnya aktif, pasti Keona bisa segera mengalahkan berita soal kematian ayahnya Lili. Keona membayangkan wajah sedih dan putus saja Lili di depan jasad ayahnya. Dia pasti sangat membutuhkan kehadiran Keona di sisinya. "Pak, tolong lebih cepat," pinta Keona pada sopir taksi. Panasnya ibukota bahkan bisa menembus mobil yang ditumpangi Keona. Laju mobil yang kencang mengantarkan Keona sampai di rumah Lili. Keningnya berkerut karena rumah itu sepi dan pagar tertutup, tidak ada tanda duka. "Nyari siapa, Nak?" tegur salah satu tetangga Lili yang sejak tadi memperhatikan Keona celingak-celinguk. "Maaf, Bu, bukannya keluarga ini sedang berduka?" "Oh, iya, tadi sudah dibawa ke Bandung. Permintaan almarhum agar dimakan kan di sana. Jadi, habis dari rumah sakit segera dibawa, nggak pake singgah." Penjelasan wanita itu semakin membuat Keona merasa bersalah. Keona segera pamit dan segera mencari tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Chapter 57 -Di kamar Hotel

Jangan heran mengapa Kairos bisa bertepatan ada di Bandung. Bukan karena ada pekerjaan, atau sekedar melancong ke kota kembang itu, tapi setelah mendapatkan informasi dari informan tentang keberadaan Keona, pria segera meminta Gen mengejar ke sana setelah dia sendiri memastikan Daren sudah siuman dan kondisinya baik-baik saja. Terjebak macet hingga membuat mereka sampai sore di Bandung. Begitu sampai di rumah duka, Kairos segera mencari keberadaan Keona sesaat setelah menyalami Lili dan keluarganya. Uang santunan juga sudah diberikan Gen mewakili personal Kairos dan satu amplop lagi mewakili perusahaan. Sejengkal demi sejengkal mereka menyisir jalanan hingga akhirnya menemukan Keona yang berjongkok di tepi jalan di bawah siraman hujan. "Gen, cari hotel terdekat!" perintah Kairos yang segera diangguk oleh asisten yang baik hati itu. "Kenapa ke hotel? Aku harus kembali ke Jakarta, Pak Gen. Besok masuk kerja, ada tugas yang diberikan pak Deni padaku," protes Keona lirih. Dia haru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Chapter 58 -Dan Terjadi Lagi

"Maaf, Bos. Aku bingung harus memilih pakaian untuk Keona. Begitu banyak pilihan, jadi aku memutuskan mengambil yang ini," tukas Gen yang sudah masuk ke dalam kamar. Kairos lupa kalau asistennya itu membawa kunci kamar, agar tidak mengganggu Keona jika gadis itu kembali tertidur. Sialnya, karena kedatangan Gen yang masuk tiba-tiba, pertanyaan Kairos tidak sempat dijawab Keona. Gen memperhatikan wajah bosnya, terlihat masam. "Apalagi yang terjadi di antara kedua orang ini?" dalam benak gen mencoba menerka. Kairos mengambil tote bag dari tangan Gen, lalu menyerahkan pada Keona, dan seterusnya dia masuk ke kamar mandi dengan pintu yang dihempaskan dengan keras. Keona pun langsung masuk ke dalam ruangan kecil untuk bertukar pakaian. Kalau soal memilih pakaian, Gen tidak usah diragukan lagi. Selera pria itu sangat bagus. Pipi Keona kembali memerah saat melihat pakaian dalam yang ikut serta dibelinya. Bagus dan ukurannya ... pas. "Apa Gen punya ilmu mengukur tubuh, ya?" cicit Ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Chapter 59 -Good Girl

Sudah diputuskan kalau mereka akan menginap di hotel itu malam ini. Bukan keputusan bersama pastinya, karna Kairos tidak menanyakan pendapat Keona yang pasti akan menolak untuk tidur di kamar hotel yang sama pula. Keona sudah mengganti pakaiannya dengan piyama yang dibelikan Gen di lantai satu lagi. Kini dia duduk di tepi ranjang dengan wajah cemberut. "Tidurlah. Apa kau masih tidak pernah padaku? Aku tidak akan mengambil keuntungan darimu. Tidak akan menyentuhmu tanpa izin mu!" tukas Kairos kembali melihat laptopnya. Berulang kali Kairos menjelaskan alasan mereka menginap di sini karena tubuh Keona masih demam. Tapi pertanyaannya, kenapa harus tidur dalam satu kamar? Seingatnya tadi, mereka pesan dua kamar, lalu diberikan pada Gen. Bukannya sesama pria mereka bisa satu kamar, dan Keona sendiri? "Tidurlah," pinta Kairos lembut. "Mana bisa tidur. Kalau ayahku tahu aku satu kamar dengan seorang pria, habislah aku. Kalau muncul fitnahan, apa kamu mau tanggung jawab?" "Aku ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Chapter 60 -Ancaman

Pagi menjelang. Kota Bandung kembali cerah setelah diguyur hujan semalaman. Cahaya matahari mencuri-curi masuk ke dalam ruangan lewat ventilasi. Dari arah balkon samar terdengar suara kicau burung. Keona perlahan membuka mata, merasakan sesak di dadanya yang semakin menarik napas semakin merasa sesak. Keona coba bergerak, tapi sulit. Dia pun menemukan alasannya. Tangan kekar Kairos memeluk erat tubuhku, tepat berada di atas perutnya. Kaget, Keona pun menoleh ke samping. Kairos masih tidur dengan nyenyak nya. Astaga, Keona baru ingat kalau semalam Kairos memaksa untuk tidur di ranjang yang sama, memastikan kalau Keona akan baik-baik saja. "Aku akan tetap tidur di sini. Aku tidak mau kecolongan lagi. Apa kau tidak tahu betapa takutnya aku saat mendapati mu pingsan di depan kamar mandi?" Tidak ada alasan lain yang mampu mengubah pendirian Kairos. Akhirnya dia pasrah. Tubuhnya terlalu lemas untuk melawan. Lagi pula, Kairos bukan pria brengsek yang akan mengambil keuntungan da
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status