Beranda / Fantasi / Sang KAISAR PRODEO / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab Sang KAISAR PRODEO: Bab 221 - Bab 230

338 Bab

Bab 221. PENGIRIMAN PERDANA

"Ahh..! Aku datang untuk mengantarkan dompet tanganmu yang tertinggal di dalam mobilku semalam Dewi," seru Dimas agak terpana melihat kecantikkan Dewi, seraya menyerahkan dompet itu pada Dewi. 'Tak kusangka di pagi hari kau malah semakin nampak cantik Dewi', batin Dimas mengakui. "Wah..! Terimakasih Mas Dimas, pantas Dewi cari-cari di tas semalam tak ketemu. Masuk dulu Mas Dimas ya," seru Dewi senang, dia pun membuka lebar pintu rumahnya mempersilahkan Dimas masuk. "Baiklah Dewi, tapi aku tak bisa lama-lama ya. Para sahabat menanti di rumah Mas Bara," sahut Dimas, seraya duduk di kursi tamu rumah. 'Mas Dimas pasti kurang tidur semalam', bathin Dewi, saat melihat mata Dimas yang terlihat cekung dan lelah."Mas Dimas, Dewi ucapkan terimakasih atas pertolongan Mas semalam, dan juga antaran dompet Dewi ya," ucap Dewi tersenyum. "Bukan apa-apa Dewi. Aku hanya kebetulan saja sedang berada di lokasi kejadian," sahut Dimas. Jujur saja Dimas agak jengah juga, karena Dewi menatapnya den
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 222. DINGIN DAN PERINGATAN KEDUA

Di ruang tamu villa, nampak berkumpul Bara serta para sahabatnya. Sementara Leonard juga di dampingi 2 orang kepercayaannya, Jason dan Tommy. Mereka berbicara akrab dan hangat saat itu. Seperti tak pernah ada permusuhan di antara mereka. "Leonard. Terimakasih atas kesediaanmu mengantar sendiri pesanan kami," ucap Bara tersenyum. "Sama-sama Bara, aku senang bisa bersahabat dengan kalian semua. O ya, Marsha titip salam buat kalian semua. Tadinya dia memaksa ikut, namun dilarang keras sama Ibuku," ujar Leonard menyampaikan. "Ahh. Bagaimana kabar Marsha di sana Leonard..? Kapan kalian menikah..?" tanya Dimas. Dia memang sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit itu. Ya, Dimas sudah belajar menghilangkan kebencian di hatinya pada Leonard. Dia sadar, kepentingan bersama para sahabatnya lebih utama, dibanding perasaan pribadinya. Namun tentu saja hal itu masih meninggalkan 'bekas mendalam' di hatinya. Hal yang berdampak pada dinginnya hati Dimas terhadap wanita. Dimas merasa sudah t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 223. BANG MADI MELAPORKAN

Resti dan Revina kini juga langsung menuju ke vila, jika hendak bertemu dengan kekasih mereka. Bahkan saat ini pun mereka tengah dalam perjalanan menuju ke vila, yang menjadi markas baru Bara cs. Jujur saja mereka kini merasa lebih nyaman, dengan kepindahan markas kekasih mereka. Karena sudah tak ada rasa was-was lagi, akan di datangi oleh pihak Graito cs. Dan tentu saja suasana puncak yang sejuk dan hijau, sangat membuat mereka betah berlama-lama di sana. Mereka berdua mendapat tugas membawakan suplai logistik makanan, dan juga keperluan vila setiap minggunya.Tentu saja Dimas memberi mereka anggaran yang cukup untuk itu. Dengan mengendarai Fortuner milik Resti yang bagian belakangnya penuh dengan logistik, mereka melaju dan hampir sampai di markas. Disamping hal tersebut, Marsha juga telah menghubungi pak Nala dan bi Tarni, untuk menanyakan kesediaan pak Nala dan bi Tarni bekerja menjadi supir dan asisten di markas baru Bara cs. Keduanya langsung menjawab bersedia, mengingat k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 224. SERANGAN BALASAN OTW

"Sebuah helikopter David. Namun kerugian yang di derita Graito, akan bernilai ratusan helikopter lebih David. Ditambah lagi dengan tekanan bagi mental dan emosi mereka. Karena target 'kejutan' kita adalah gudang senjata mereka..!" ucap Drajat mantap. Dia mengetahui persis di mana letak gudang-gudang senjata di markas Graito. Dan sepertinya Graito belum terpikir, untuk memindahkan lokasi gudang-gudang senjatanya itu. Senjata dan amunisi memang disimpan dalam gudang yang terpisah. Dan Drajat lebih memilih menargetkan gudang senjata, di banding gudang amunisi. Karena tentu saja nilai harganya lebih tinggi senjata dibanding amunisinya. Hingga kerugian yqng akan di derita Graito pun lebih besar! "Kenapa harus mengorbankan helikopter Paman..?" tanya Sandi tak mengerti. "Karena Graito pasti meneropong arah larinya helikopter kita setelah penyerangan. Dan pastinya juga akan ada pengejaran dari pihak mereka Sandi. Kita tentunya tak ingin markas kita diketahui oleh mereka," sahut Draj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 225. LEDAKKAN DI SENJA HARI

"Hmm. Jika demikian halnya, sulit bagi kita menekan mereka lagi Pandu. Saat ini gelang khusus yang mereka kenakan, sepertinya juga sudah tak berfungsi, atau sudah diganti. Tinggal satu saja 'gertakkan' yang bisa kita lakukan pada mereka. Yaitu, menarik jaminan atas diri mereka, dan menjadikan mereka buronan yang kabur dari penjara. Namun itu juga berarti resiko bagi kita, jika mereka nekat 'mengungkap' soal 'kompetisi gelap' yang kita selenggarakan di persidangan. Karena kita tak tahu sikap petinggi kepolisian yang sekarang menjabat. Apakah sama dengan petinggi sebelumnya yang bisa kita lobi atau berbeda. Keparat kau Bara..!! Seharusnya kumusnahkan saja kau sejak dulu sebelum tumbuh sayap seperti sekarang..!" seru sang Jendral naik darah, seraya memaki Bara.Ya, Graito kini berada dalam dilema, yang membuatnya sangat bingung, emosi, dan juga frustasi!Sementara sebuah helikopter muncul di keremangan senja. Tepat di atas kediaman sang Jendral. Nampak Dika seorang anggota Pasukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 226. AJI SENGGORO MACAN DAN MURKA

Usai kerahkan auman 'Senggoro Macan'nya. Sang Jendral pun jatuh bersimpuh, dengan kedua dengkul menyentuh tanah. Dirinya merasa sangat lemas dan kehilangan, atas hancur luluhnya ratusan senjata-senjata yang berada di gudangnya. Nilai triliunan..? Itu sudah pasti beberapa triliun. Hanya saja bukan nilai harganya, yang membuatnya lemas dan seperti orang frustasi begitu. Tetapi karena banyak di antara senjata-senjata dalam gudang itu adalah senjata yang 'limited'. Alias senjata yang merupakan hasil pencarian dan pencapaiannya selama beberapa tahun, untuk mendapatkannya. Setelah hampir 10 menit bagai orang yang ditinggal mati kekasihnya. Akhirnya sang Jendral kembali bangkit. Matanya menyala-nyala penuh amarah dan dendam kesumat. 'Kalian harus membayar semua ini dengan lunas..! Bajingan kalian semua..! Akan kusebar Pasukan Harimau Besiku untuk mencari kalian..!' seru murka bathin Graito. Dia merasa sangat kecolongan dan dipermalukan saat itu oleh Bara cs. Tiada yang bisa menghibur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 227. BAHAYA MENGINTAI

Drajat juga meminta Dimas, untuk menggembleng fisik dan mental para anggota Pasukan Super Levelnya itu. Sungguh kesebelas anggota pasukan itu lebih ngeri pada Dimas, dibandingkan pada Drajat. Entah karena pengaruh suasana hatinya yang tengah dingin, atau memang karena sifat gemblengan mantan anggota Kopassus itu, yang sangat keras dan menciutkan nyali. Hingga kesebelas anggota Pasukan Super Level itu, dibuat benar-benar di ambang batas daya tahan kemanusiaannya. Saat Dimas yang menggembleng mereka. Karena Dimas bagai berubah menjadi manusia tanpa ampun, jika sudah masuk menggembleng kesebelas anggota Pasukan Super Level itu. Seminggu di bawah gemblengan Dimas, serasa setahun lamanya bagi kesebelas anggota pasukkan itu. Sungguh berat dan mematikan, beruntung kesebelas anggota Pasukan Super Level itu adalah orang-orang pilihan. Karena mereka semua benar-benar berasal dari bibit unggulan. Latihan demi latihan berat itu pun akhirnya mampu mereka jalani, dengan tubuh serasa mati.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 228. BANG MADI KESAL

"Baik Dewi. Aku percaya padamu, tapi untuk apa mereka mengawasi rumahku ya..?" tanya Dimas seolah pada diri sendiri. "Dewi mana tahu Mas Dimas. Hihihi," sahut Dewi tertawa geli, mendengar nada bingung Dimas. "Ohh..! Baik Dewi terimakasih infonya ya." Klik.! Dimas seperti tersadar dan buru-buru menutup panggilan. "Paman Drajat, sebaiknya Dimas bersiap pulang dulu sekarang," pamit Dimas pada Drajat, yang masih mengawasi latihan pasukannya. "Baik Dimas, terimakasih atas pelatihannya selama seminggu ini ya," ujar Drajat tersenyum gembira. Dimas beranjak menuju ke teras vila, di mana dilihatnya para sahabat sedang berkumpul di sana. "Apakah aku ketinggalan sesuatu..?" tanya Dimas tersenyum. "Mas Dimas, sudah selesaikah latihan khusus darimu buat pasukan kita..?" tanya Bara tersenyum. "Baru saja selesai subuh tadi Mas Bara. Tapi sepertinya aku harus pulang dulu siang ini ke Depok," sahut Dimas, seraya memberitahu rencana kepulangannya. Wah kebetulan Mas Dimas..! Kami juga hendak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 229. PENGINTAI BERAKTING

"Baik Pak ... eh Mas David," Dewi berkata gugup dan tersenyum jengah, lalu keluar dari ruangan David. "Cantik juga bawaan Mas Dimas itu ya David," celetuk Gatot. "Hushh..! Dia sepertinya ada hati sama Dimas, Gatot," sergah David. "Semoga saja mereka jadian. Kasihan Mas Dimas ..." ujar Gatot, tak meneruskan ucapannya. "Semoga saja Gatot," sahut David cepat. Dia memaklumi ucapan Gatot. Karena dia juga sudah tahu tentang kisah Dimas dan Marsha. "Gatot, sebaiknya kita keluar saja dari kantor sekarang. Karena tentunya pengintai itu akan mengikuti kita. Nanti kita akan berhenti di tempat agak sepi, dan membereskan mereka. Karena cafe itu terlalu ramai dan mencolok mata," ujar David mengungkapkan rencananya. "Benar David! kita akan kejutkan mereka nanti..!" sambut Gatot setuju. "Gan. Sepertinya target kita sudah berada di dalam kantornya saat ini," ucap seorang pengunjung Cafe Tosca siang itu. "Benar Do, sekarang kita tinggal menunggu dia keluar dan mengikutinya," sahut temannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 230. FIRASAT SANG IBU

"Ahh, Dimas. Akhirnya kau pulang Nak," sambut sang ibu, seraya memeluk Dimas. Retno terlihat kangen dengan putranya, yang telah seminggu berada di vila itu. Sesungguhnya Retno sangat cemas melihat kondisi tubuh Dimas, yang terlihat bertambah kurus belakangan ini. Dia juga pernah memergoki putranya itu kembali merokok di kamarnya. Hal yang semakin menguatkan dugaannya, bahwa ada sebuah masalah dan keresahan dalam jiwa putra tersayangnya itu. "Dimas baik-baik saja Ibu," ucap Dimas. Dan memang selalu kata itu yang kerap diucapkan Dimas pada ibunya. Karena Dimas juga tahu, jika sang ibu mencemaskan perubahan dirinya saat ini. "Salam Ibu," sapa Brian, seraya mencium tangan Retno. "Nah, kebetulan ada Brian. Langsung saja kalian makan bersama ya. Ibu sudah masakkan sop iga sapi kesukaanmu. Tadi Dewi mengabarkan pada ibu soal kepulanganmu Dimas," ujar sang ibu setengah memaksa. 'Ahh, pantas saja', bathin Dimas. Rupanya Dewi telah bertindak cepat, mengabarkan hal ini pada ibunya. Dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
34
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status