Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Chapter 121 - Chapter 130

267 Chapters

Bab 121. Pria misterius

Towirah segera mengambil ponsel dan menelepon Lani. Belum juga memencet tombol, Lani sudah menelpon dia. Suara Lani terdengar tenang, tetapi penuh kekhawatiran begitu mendengar cerita Towirah."Bu, besok kan Sabtu. Saya libur, saya bisa ke sana.""Kalau kamu datang, Ibu senang sekali. Tapi... apa Alzam tidak keberatan? Bagaimanapun dengan keadaan sekarang kalian tidak bisa leluasa pergi berdua. Apa kamu ghak apa-apa kalau bersepeda sendiri ke sini? Desa ini cukup jauh, Dhuk, sedangkan kamu hamil." Suara Towirah terdengar ragu.Lani terdiam sejenak sebelum menjawab. "Nanti saya minta izin, Bu. Kalau Mas Alzam mengizinkan, saya pasti datang."Namun, obrolan itu belum selesai ketika Alzam muncul di ruang tamu, mendengar sebagian percakapan mereka. Dengan nada datar, ia bertanya, "Ada apa, Sayang?" Ciuman di pipi Lani pun segera didaratkan Alzam.Lani menutup telepon dengan cepat, mencoba tersenyum meski sedikit gugup. Dia masih diam."Kok diam aku tanya ada apa? Masih marah?" Alzam sege
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 122. Marah

Lani tidak pernah membayangkan pertemuannya dengan Senja pagi ini akan menjadi momen yang begitu berat. Setibanya di rumah, suara isak tangis Senja terdengar lirih dari dalam kamar. Dengan langkah pelan, Lani mengetuk pintu kamar anak itu."Senja?" panggil Lani lembut, suaranya mencoba menenangkan.Tidak ada jawaban. Dengan hati-hati, Lani membuka pintu. Di dalam, ia melihat Senja duduk di sudut kamar, memeluk lututnya erat. Rambutnya berantakan, wajahnya sembab, sementara pandangan matanya kosong menatap foto yang tergenggam erat di tangannya. Hati Lani teriris melihat semua itu. Haruskah kukatakan yang sebenarnya pada Senja, bahwa aku ibunya agar dia tak merasa sendiri?"Mbak..." Suara Senja serak, seolah seluruh energinya telah terkuras habis. Ketika melihat Lani, ia langsung bangkit dan merangkul wanita itu erat. Tangisnya pecah dalam pelukan Lani.Lani membalas pelukan itu dengan erat, menepuk-nepuk punggung Senja dengan lembut. "Sudah, Mbak ada di sini. Kamu nggak sendiri, Saya
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 123. Ayah,..

Dia mendorong tangan Lani dengan kasar. "Apa maksudnya ini?! Kamu bohong, kan?! Aku nggak percaya! Kamu hanya Mbak Lani, bukan ibuku!" jeritnya histeris. Senja lalu mundur beberapa langkah, menggelengkan kepala dengan air mata mengalir deras. Dengan air mata masih membanjiri wajahnya, Senja berlari keluar kamar, meninggalkan mereka semua dalam keheningan yang penuh luka.Di luar rumah, Senja berlari tanpa tujuan. Angin menerpa wajahnya, tetapi ia tidak peduli. Hatinya penuh dengan rasa marah, kecewa, dan kehilangan yang semakin membesar. Pandangannya buram oleh air mata, tetapi langkah kakinya tidak berhenti.Tiba-tiba, suara deru mobil terdengar mendekat. Dari arah jalan, seseorang menghentikan mobilnya di dekat Senja. Pria itu mengenakan mantel dengan topi yang menutupkepalanya.Senja berhenti, menatap pria itu dengan curiga. "Siapa kamu? Mau apa?" tanyanya, suaranya bergetar.Pria itu terdiam. Dia hanya berdiri di sana, memandang Senja dengan tatapan heran. Tangan pria itu perlaha
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 124. Luka

Di rumah Wagimin, suasana menjadi tegang. Wagimin baru saja kembali dari rumah Pak RT. Ia masuk dengan langkah berat, wajahnya kusut. Towirah yang tengah menyusun piring makan menatap suaminya dengan penuh tanda tanya."Pak, bagaimana tadi?" tanya Towirah, suaranya pelan.Wagimin menghela napas panjang. "Aku cuma bilang Alzam itu tamu, bosnya Lani."Towirah mengangguk, meski jelas ada ketakutan di matanya. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suara pintu diketuk. Wagimin membuka pintu dan menemukan Marni, adik Towirah, berdiri dengan membawa kantung plastik besar berisi oleh-oleh. Senyumnya lebar seperti biasanya."Marni, masuklah."Marni melangkah masuk dengan langkah ringan, tapi senyum di wajahnya hilang begitu melihat Alzam yang tengah duduk berdekatan dengan Lani di ruang tamu. Tangan Alzam menggenggam tangan Lani, mencoba menenangkannya yang masih menangis terisak."Lani..." Towirah buru-buru mendekat, berusaha menjelaskan. "Marni, ini bukan seperti yang kamu pikirkan.
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

125. Terungkapnya sebuah luka

Lani menatap budenya. Sebagai penduduk sini dia memang tau kalau hal sekecil appaun yang ada, bisa menjadi gosip besar. Karena itulah dia membawa aib yang dialaminya pergi dan setelah itu selamanya tak banyak tinggal di desa itu. Bahkan sampai sekarang, kerinduan untuk anaknya juga untuk kedua orang tuanya dia tahan untuk tidak mengunjungi mereka, takut dia berinteraksi dengan orang sana, dan rahasianya terkuak.Namun Tuhan Maha Berkehendak. Tidak ada sebuah rahasia yang bisa ditutup rapat. "Orang sini pasti makin bergosip, bagaimana seorang miskin bisa namanya terpampang di papan nama seolah dialah pemilik pabrik itu kalau bukan ada affair dengan bosnya.""Dia memang pemilik pabrik itu, Bude." Alzam menyela. "Tapi itu dari kerja kerasnya mengolah usaha saya. Lalu ide perusahaan itu, dengan modal UMKM.""Bagaimana modal itu bisa mencukupi kalau bukan ikut campur tanganmu.""Saya memang juga menanamkan modal, tapi hanya melengkapi.""Saya memang bodoh, tapi orang sini sudah bergosi
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 126. Pertemuan membawa rencana

Arhand duduk di salah satu sudut kafe dengan tatapan kosong. Cangkir kopi di depannya mulai dingin, sementara tangannya sibuk menggulir handphone-nya, menatap satu-satunya foto Agna yang masih dia simpan. Ternyata ini yang membuat aku tak membuang seluruh fotomu. Ternyata kita masih dipertemukan lagi, Agna, bathinnya. Namun berkali kali dia melirik ke jalanan, orang yang ditinggu tak tampak. Rokok yang dihisap Arhand sudah hampir habis. Sejak berpisah dengan Agna, Arhand sering menghabiskan waktunya menikmati tembakau itu.Apa mungkin dia tak datang? Suasana cafe romantis yang di tengah tambak mujaer itu, membuat suasana menjadi demikian sunyi bagi Arhand. Terlebih di senelah terdengar tawa kecil aslin manja sepasang muda dan mudi. Ia hampir bangkit meninggalkan tempat itu ketika suara langkah seseorang mendekat."Maaf, lama menunggu?" suara Agna terdengar lembut, tapi dengan nada yang sedikit gugup. "Aku kira kamu nggak akan datang.""Mulanya memang begitu.""Kenapa? Apa aku tak
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 127. Mana istrimu?

"Pak, ngapain kamu nyusul aku?" tanya Marni begitu melihat sosok yang muncul di depan pintu itu."Siapa juga yang mau nyusul kamu. Bune. Aku tau kalau kamu ke sini pasti ghak akan pulang- pulang. Kalau ghak ngobrol di sini ya, ngobrol di mana saja yang nyapa kamu. Aku ke sini mau minta penjelasan ke Towirah.""Laiya, aku kan emang orang penting, Pak. Jadi semua orang suka aku ajak ngobrol.""Iya, iya, tau. Sekarang kamu diam, aku mau nyapa Pak Kapten. Sama mau tanya Towirah.""Kapten?"Pandangan Marni segera menuju Alzam.Pak Tukiran menyeka peluh di dahinya sembari mengangguk ke arah Alzam yang masih duduk di ruang tamu. "Pak Alzam, Anda ya?" sapanya sambil tersenyum lebar dan menyalami Alzam.Alzam mengerutkan kening, menatap pria paruh baya itu dengan sedikit bingung. "Bapak siapa, ya? Maaf kalau saya lupa."Tukiran terkekeh pelan. "Wajar kalau Bapak nggak ingat saya. Anda kan baru di Kodim. Jadi belum hafal orang yang sering ke sana, termasuk saya. Tapi saya ingat sekali waktu Bapa
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 128. Menguak kecurigaan

Suara deru motor Tukiran terdengar semakin menjauh, namun suasana di ruang tamu rumah Towirah tak kunjung mencair. Marni masih berdiri di sudut ruangan, tatapannya menusuk ke arah Alzam."Jadi, ini yang sebenarnya?" ulangnya, kali ini dengan nada lebih dingin. "Kamu seorang Kapten, punya istri politisi, dan sekarang tinggal di sini? Istrimu mana?"Towirah dan Wagimin saling berpandangan, seolah mencari dukungan untuk menengahi suasana yang memanas. Namun, sebelum ada yang menjawab, suara keras dari luar rumah mengejutkan semua orang."Marni! Kamu masih di situ saja? Aku pulang, kamu pulang juga!" Tukiran, yang rupanya kembali karena melupakan sesuatu, berdiri di depan pintu. Wajahnya tampak kesal, tapi segera berubah serius ketika pandangannya tertuju pada Marni."Marni, aku minta kamu menyimpan rapat-rapat semua yang tadi kamu dengar di sini," tukasnya tegas, suaranya rendah namun penuh peringatan. "Lani sudah cukup menderita. Jangan kamu tambah masalah ini jadi bahan gosip di desa."
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

bab 129. Penawaran

"Mbak... maafkan aku," kata Senja dengan suara lirih, wajahnya sembab seperti habis menangis. Lani mengangkat pandangannya, menatap anak perempuannya dengan kebingungan bercampur haru."Apa maksudmu, Sayang?" tanya Lani pelan, suaranya hampir bergetar."Aku... aku menyesal nggak mengakui Mbak Lani sebagai ibuku. Aku salah, Bu," ujar Senja lagi, kali ini sambil melangkah lebih dekat. Matanya berkaca-kaca, namun ada keberanian yang terpancar.Lani tak sanggup berkata apa-apa. Ia membuka tangannya, mempersilakan Senja masuk dalam pelukannya. Ketika tubuh mungil itu akhirnya berada dalam dekapannya, Lani menangis sejadi-jadinya."Senja, Ibu nggak pernah marah. Kamu selalu jadi anak Ibu. Kamu tahu itu, kan?" bisiknya di telinga anaknya. Senja mendongak. Senja hanya menjawab dengan isakan, tanpa berkata apa-apa lagi.Lani terbangun dengan tiba-tiba. Napasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia menyeka air mata yang entah kapan mulai mengalir. Matanya menyapu kamar ya
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 130. Kedekatan

Minggu sore itu terasa sunyi. Di ruang tamu rumah Alzam, Agna duduk di sofa panjang, mengenakan gaun kasual berwarna biru pastel. Jemarinya memainkan ujung bantal kecil di pangkuannya, sementara tatapannya terus mengarah ke jendela besar di depan. Jalanan di luar sepi, hanya sesekali terdengar suara motor melintas.Ponsel yang tergeletak di meja kecil di sampingnya tiba-tiba bergetar. Nama "Arhand" muncul di layar. Agna menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak, sebelum akhirnya menjawab. Apa yang terjadi padanya dan Arhand kapan hari di cafe, membuatnya merasakan sensasi yang luar biasa. Namun begitu, jauh di lubuk hatinya, dia merasa itu tidaklah benar. Aku punya suami, apa kata orang jika mengetahui justru aku yang selingkuh dengan bermain api dengan Arhand, bathinnya."Agna,..""Ya?" suaranya terdengar pelan tapi ragu."Sedang apa?" tanya Arhand dari seberang telepon. Suaranya terdengar akrab, hampir seperti seorang kekasih yang sedang memeriksa keadaan.Agna melirik lagi ke jendela
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status