Share

Bab 123. Ayah,..

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-12-18 04:19:14

Dia mendorong tangan Lani dengan kasar. "Apa maksudnya ini?! Kamu bohong, kan?! Aku nggak percaya! Kamu hanya Mbak Lani, bukan ibuku!" jeritnya histeris. Senja lalu mundur beberapa langkah, menggelengkan kepala dengan air mata mengalir deras. Dengan air mata masih membanjiri wajahnya, Senja berlari keluar kamar, meninggalkan mereka semua dalam keheningan yang penuh luka.

Di luar rumah, Senja berlari tanpa tujuan. Angin menerpa wajahnya, tetapi ia tidak peduli. Hatinya penuh dengan rasa marah, kecewa, dan kehilangan yang semakin membesar. Pandangannya buram oleh air mata, tetapi langkah kakinya tidak berhenti.

Tiba-tiba, suara deru mobil terdengar mendekat. Dari arah jalan, seseorang menghentikan mobilnya di dekat Senja. Pria itu mengenakan mantel dengan topi yang menutup

kepalanya.

Senja berhenti, menatap pria itu dengan curiga. "Siapa kamu? Mau apa?" tanyanya, suaranya bergetar.

Pria itu terdiam. Dia hanya berdiri di sana, memandang Senja dengan tatapan heran. Tangan pria itu perlaha
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
sebel sama alzam, kenapa sih jabatan terus yang dipertahankan, gak kasian apa sama lani, katanya cinta sayang tapi terus aja menabur luka buat lani
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 124. Luka

    Di rumah Wagimin, suasana menjadi tegang. Wagimin baru saja kembali dari rumah Pak RT. Ia masuk dengan langkah berat, wajahnya kusut. Towirah yang tengah menyusun piring makan menatap suaminya dengan penuh tanda tanya."Pak, bagaimana tadi?" tanya Towirah, suaranya pelan.Wagimin menghela napas panjang. "Aku cuma bilang Alzam itu tamu, bosnya Lani."Towirah mengangguk, meski jelas ada ketakutan di matanya. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suara pintu diketuk. Wagimin membuka pintu dan menemukan Marni, adik Towirah, berdiri dengan membawa kantung plastik besar berisi oleh-oleh. Senyumnya lebar seperti biasanya."Marni, masuklah."Marni melangkah masuk dengan langkah ringan, tapi senyum di wajahnya hilang begitu melihat Alzam yang tengah duduk berdekatan dengan Lani di ruang tamu. Tangan Alzam menggenggam tangan Lani, mencoba menenangkannya yang masih menangis terisak."Lani..." Towirah buru-buru mendekat, berusaha menjelaskan. "Marni, ini bukan seperti yang kamu pikirkan.

    Last Updated : 2024-12-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   125. Terungkapnya sebuah luka

    Lani menatap budenya. Sebagai penduduk sini dia memang tau kalau hal sekecil appaun yang ada, bisa menjadi gosip besar. Karena itulah dia membawa aib yang dialaminya pergi dan setelah itu selamanya tak banyak tinggal di desa itu. Bahkan sampai sekarang, kerinduan untuk anaknya juga untuk kedua orang tuanya dia tahan untuk tidak mengunjungi mereka, takut dia berinteraksi dengan orang sana, dan rahasianya terkuak.Namun Tuhan Maha Berkehendak. Tidak ada sebuah rahasia yang bisa ditutup rapat. "Orang sini pasti makin bergosip, bagaimana seorang miskin bisa namanya terpampang di papan nama seolah dialah pemilik pabrik itu kalau bukan ada affair dengan bosnya.""Dia memang pemilik pabrik itu, Bude." Alzam menyela. "Tapi itu dari kerja kerasnya mengolah usaha saya. Lalu ide perusahaan itu, dengan modal UMKM.""Bagaimana modal itu bisa mencukupi kalau bukan ikut campur tanganmu.""Saya memang juga menanamkan modal, tapi hanya melengkapi.""Saya memang bodoh, tapi orang sini sudah bergosi

    Last Updated : 2024-12-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 126. Pertemuan membawa rencana

    Arhand duduk di salah satu sudut kafe dengan tatapan kosong. Cangkir kopi di depannya mulai dingin, sementara tangannya sibuk menggulir handphone-nya, menatap satu-satunya foto Agna yang masih dia simpan. Ternyata ini yang membuat aku tak membuang seluruh fotomu. Ternyata kita masih dipertemukan lagi, Agna, bathinnya. Namun berkali kali dia melirik ke jalanan, orang yang ditinggu tak tampak. Rokok yang dihisap Arhand sudah hampir habis. Sejak berpisah dengan Agna, Arhand sering menghabiskan waktunya menikmati tembakau itu.Apa mungkin dia tak datang? Suasana cafe romantis yang di tengah tambak mujaer itu, membuat suasana menjadi demikian sunyi bagi Arhand. Terlebih di senelah terdengar tawa kecil aslin manja sepasang muda dan mudi. Ia hampir bangkit meninggalkan tempat itu ketika suara langkah seseorang mendekat."Maaf, lama menunggu?" suara Agna terdengar lembut, tapi dengan nada yang sedikit gugup. "Aku kira kamu nggak akan datang.""Mulanya memang begitu.""Kenapa? Apa aku tak

    Last Updated : 2024-12-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 127. Mana istrimu?

    "Pak, ngapain kamu nyusul aku?" tanya Marni begitu melihat sosok yang muncul di depan pintu itu."Siapa juga yang mau nyusul kamu. Bune. Aku tau kalau kamu ke sini pasti ghak akan pulang- pulang. Kalau ghak ngobrol di sini ya, ngobrol di mana saja yang nyapa kamu. Aku ke sini mau minta penjelasan ke Towirah.""Laiya, aku kan emang orang penting, Pak. Jadi semua orang suka aku ajak ngobrol.""Iya, iya, tau. Sekarang kamu diam, aku mau nyapa Pak Kapten. Sama mau tanya Towirah.""Kapten?"Pandangan Marni segera menuju Alzam.Pak Tukiran menyeka peluh di dahinya sembari mengangguk ke arah Alzam yang masih duduk di ruang tamu. "Pak Alzam, Anda ya?" sapanya sambil tersenyum lebar dan menyalami Alzam.Alzam mengerutkan kening, menatap pria paruh baya itu dengan sedikit bingung. "Bapak siapa, ya? Maaf kalau saya lupa."Tukiran terkekeh pelan. "Wajar kalau Bapak nggak ingat saya. Anda kan baru di Kodim. Jadi belum hafal orang yang sering ke sana, termasuk saya. Tapi saya ingat sekali waktu Bapa

    Last Updated : 2024-12-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 128. Menguak kecurigaan

    Suara deru motor Tukiran terdengar semakin menjauh, namun suasana di ruang tamu rumah Towirah tak kunjung mencair. Marni masih berdiri di sudut ruangan, tatapannya menusuk ke arah Alzam."Jadi, ini yang sebenarnya?" ulangnya, kali ini dengan nada lebih dingin. "Kamu seorang Kapten, punya istri politisi, dan sekarang tinggal di sini? Istrimu mana?"Towirah dan Wagimin saling berpandangan, seolah mencari dukungan untuk menengahi suasana yang memanas. Namun, sebelum ada yang menjawab, suara keras dari luar rumah mengejutkan semua orang."Marni! Kamu masih di situ saja? Aku pulang, kamu pulang juga!" Tukiran, yang rupanya kembali karena melupakan sesuatu, berdiri di depan pintu. Wajahnya tampak kesal, tapi segera berubah serius ketika pandangannya tertuju pada Marni."Marni, aku minta kamu menyimpan rapat-rapat semua yang tadi kamu dengar di sini," tukasnya tegas, suaranya rendah namun penuh peringatan. "Lani sudah cukup menderita. Jangan kamu tambah masalah ini jadi bahan gosip di desa."

    Last Updated : 2024-12-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 129. Penawaran

    "Mbak... maafkan aku," kata Senja dengan suara lirih, wajahnya sembab seperti habis menangis. Lani mengangkat pandangannya, menatap anak perempuannya dengan kebingungan bercampur haru."Apa maksudmu, Sayang?" tanya Lani pelan, suaranya hampir bergetar."Aku... aku menyesal nggak mengakui Mbak Lani sebagai ibuku. Aku salah, Bu," ujar Senja lagi, kali ini sambil melangkah lebih dekat. Matanya berkaca-kaca, namun ada keberanian yang terpancar.Lani tak sanggup berkata apa-apa. Ia membuka tangannya, mempersilakan Senja masuk dalam pelukannya. Ketika tubuh mungil itu akhirnya berada dalam dekapannya, Lani menangis sejadi-jadinya."Senja, Ibu nggak pernah marah. Kamu selalu jadi anak Ibu. Kamu tahu itu, kan?" bisiknya di telinga anaknya. Senja mendongak. Senja hanya menjawab dengan isakan, tanpa berkata apa-apa lagi.Lani terbangun dengan tiba-tiba. Napasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia menyeka air mata yang entah kapan mulai mengalir. Matanya menyapu kamar ya

    Last Updated : 2024-12-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 130. Kedekatan

    Minggu sore itu terasa sunyi. Di ruang tamu rumah Alzam, Agna duduk di sofa panjang, mengenakan gaun kasual berwarna biru pastel. Jemarinya memainkan ujung bantal kecil di pangkuannya, sementara tatapannya terus mengarah ke jendela besar di depan. Jalanan di luar sepi, hanya sesekali terdengar suara motor melintas.Ponsel yang tergeletak di meja kecil di sampingnya tiba-tiba bergetar. Nama "Arhand" muncul di layar. Agna menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak, sebelum akhirnya menjawab. Apa yang terjadi padanya dan Arhand kapan hari di cafe, membuatnya merasakan sensasi yang luar biasa. Namun begitu, jauh di lubuk hatinya, dia merasa itu tidaklah benar. Aku punya suami, apa kata orang jika mengetahui justru aku yang selingkuh dengan bermain api dengan Arhand, bathinnya."Agna,..""Ya?" suaranya terdengar pelan tapi ragu."Sedang apa?" tanya Arhand dari seberang telepon. Suaranya terdengar akrab, hampir seperti seorang kekasih yang sedang memeriksa keadaan.Agna melirik lagi ke jendela

    Last Updated : 2024-12-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 131. Sepercik harapan

    Malam itu, lampu kamar Alzam menyala redup. Agna melangkah pelan ke pintu kamar yang sedikit terbuka, seolah takut membangunkan suaminya. Ia mengintip ke dalam, memperhatikan Alzam yang tertidur lelap di atas ranjang. Wajahnya terlihat damai, tubuhnya yang kekar terekspos karena ia hanya mengenakan sarung setelah sholat Maghrib dengan baju atas yang sudah diletakkan di gantungan baju sisi pintu. Agna menelan ludah, matanya tak lepas dari dada bidang itu. Untuk sesaat, ia merasa seperti seorang gadis muda yang tengah menatap cinta pertamanya, meski ia tahu perasaan itu salah.Namun, benarkah ini salah? batinnya bertanya. Bukankah dia suaminya? Pria yang dulu ia nikahi dengan harapan meningkatkan karier politiknya. Tapi kini, sesuatu yang lain tumbuh. Perasaan yang perlahan mengambil alih, membuat hatinya bergejolak. Apakah ini cinta? Atau hanya cemburu yang tak terkendali?Agna melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Udara di kamar terasa dingin, tapi tubuhnya justru terasa panas. Ia

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 291. Ustaz Besar

    .Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."Rey terbelalak. "Nggak salah?"Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?""Iya, Abi bilang beg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 290. Buber

    Mira menarik napas dalam-dalam. Hawa sore terasa berat di dadanya. Sudah setengah bulan sejak terakhir kali melihat Rey, dan selama itu, ia berusaha keras menekan kerinduan yang terus muncul.Dulu, dia selalu bisa menelepon Rey kapan saja, mendengar suaranya, bercanda, atau sekadar berbagi cerita tentang hari yang melelahkan. Tapi setelah pertengkaran mereka terakhir kali, dia lebih banyak memilih diam. Bahkan saat Rey menelpon, dia seolah enggan menjawab, hinggah akhirnya, Rey tak menelpon sama sekali.Bukan karena sudah tidak peduli.Justru karena terlalu peduli.Dan sekarang, Rey tiba-tiba muncul di depan rumah, berdiri dengan ekspresi canggung, seperti seseorang yang sudah lama menunggu tetapi takut ditolak."Kamu..." Mira menatapnya, berusaha menutupi getaran yang terasa di suaranya. "Ngapain ke sini?"Rey tersenyum kecil. "Emang ada nyang glarang aku ke sini? Aku ngajak buka puasa bareng."Mira melipat tangan, mencoba terlihat acuh. "Kenapa harus ngajak aku?""Karena aku kangen,"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 289. Aku suaminya

    Seorang pria berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap, tetapi sorot matanya penuh keraguan.Arya menatapnya tajam. Ada kemarahan, tetapi juga kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Akhirnya kamu datang juga." Suaranya datar, tapi menusuk.Arhand mengangguk pelan. "Aku harus datang."Hening sejenak. Arhand menggenggam erat kedua tangannya, mencoba menahan emosi yang bergejolak."Agna bagaimana?" Suaranya bergetar.Arya tidak langsung menjawab. Ia menatap lelaki itu lekat-lekat, mencoba membaca ketulusan di sana. Akhirnya, ia melangkah mundur, memberi jalan."Masuklah," katanya singkat.Arhand meneguk ludah. Langkahnya berat saat memasuki kamar Agna. Ruangan terasa dingin, bukan karena suhu, melainkan suasana yang mencekam. Hatinya berdegup tak karuan saat melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya.Di atas ranjang, Agna tergolek lemah. Wajahnya pucat, mata sayu, tubuhnya terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.Sandra duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putr

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 288. Pengantin pengganti

    "Assalamualaikum!"Matahari mulai meredup ketika suara ketukan terdengar dari pintu depan. Jamilah meletakkan gelas tehnya, melirik ke arah jam dinding. Sore. Siapa yang datang tanpa pemberitahuan?Dari balik tirai, terlihat dua sosok berdiri ragu. Manda, dengan wajah cemas, sementara suaminya, Armand, tampak berat saat hendak mengetuk lagi.Jamilah buru-buru membukakan pintu. "Manda?"Manda tersenyum kaku. "Maaf, mendadak. Boleh masuk sebentar?"Jamilah memberi isyarat agar mereka duduk. Tatapannya tak lepas dari wajah Manda yang terlihat tegang. "Ada apa?"Armand menarik napas. "Kami datang untuk meminta maaf."Jamilah mengerutkan dahi. "Minta maaf?"Manda menggenggam jemari suaminya, lalu menatap Jamilah lekat-lekat. "Putra kami, Arhand... tidak bisa meneruskan pernikahan ini."Jamilah tercekat. "Apa maksudmu?"Armand menundukkan kepala. "Arhand harus bertanggung jawab. Dia telah menghamili seorang wanita."Hening.Jamilah merasakan darahnya berdesir. Tenggorokannya tercekat. "Apa?"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 287. Menebus dosa

    Agna terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, keringat membasahi pelipisnya. Tangan menggenggam perut, napas tersengal. Sebuah baskom tergeletak di samping ranjang, bekas muntahannya yang baru saja, masih terlihat.Arya berdiri di ujung tempat tidur, tatapannya penuh kebingungan.Seorang suster mendekat, lalu mengambil basom itu dan membawanya ke amar mandi di kamar Agna."Agna, mau minum sedikit?" suara Sandra bergetar, tangannya menyodorkan segelas air putih.Agna hanya menggeleng lemah. "Enggak, Bu... enggak masuk..." bisiknya.Sandra menelan ludah. Matanya berkaca-kaca. "Kamu harus makan, Nak. Ini sudah berkali-kali muntah. Badanmu lemas begini..."Arya meremas jemarinya, mencoba menahan diri. "Agna, setidaknya makan roti sedikit. Minum jus? Biar enggak makin drop," bujuknya.Agna terisak. "Mungkin... ini balasan buat aku, Pi. Tuhan menghukum aku atas dosa-dosa yang sudah aku buat.""Agna, jangan berali-ali mengatakan itu, Nak." Sandra mengusap air matanya."Aku memang ja

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Belajar jadi imam

    Siang itu, udara panas menyengat. Rey baru saja selesai tugas ketika Kapten Brian menghampirinya dengan senyum khasnya."Ayo makan siang," ajaknya.Rey melirik jam tangan. "Lagi puasa."Brian terkekeh. "Oh iya, lupa. Baru hari pertama, ya?"Rey mengangguk."Kalau gitu, nanti kalau puasamu udah jalan beberapa hari, aku ajak makan. Mungkin waktu itu udah nggak kuat, kan?"Rey terdiam.Brian tidak bermaksud meremehkan. Baginya, itu hanya candaan. Tapi di telinga Rey, ada benarnya. Selama ini, puasanya memang sering bolong. Bukan karena fisik tidak kuat—di hutan, ia bisa bertahan berhari-hari hanya makan seadanya. Masalahnya bukan tubuh, tapi hati.Sebelum ini, Rey tidak terlalu memikirkan. Puasa setengah bulan pun sudah cukup baginya. Tapi sejak Mira berkata akan mengikuti imamnya, sesuatu terasa berbeda.Rey menegakkan punggung. "Nggak, tahun ini aku puasa penuh."Brian menatapnya, sedikit heran. "Serius?"Rey mengangguk mantap. "Serius."Brian tersenyum kecil. "Oke, kita lihat nanti."

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Layakkah?

    Rey keluar kamar dengan langkah mantap. Seragam hijau tua itu melekat rapi di tubuhnya, menunjukkan kedisiplinan seorang tentara. Pangkat Mayor di bahunya memberi kesan berwibawa. Sepatu hitam mengkilap, semirnya sempurna, mencerminkan kebiasaan hidup yang tertata.Di meja makan, Marni yang tengah merapikan piring setelah dipakai sahur tadi, menoleh. Matanya berbinar melihat calon menantunyanya dalam balutan seragam resmi."MasyaAllah..." gumamnya, tersenyum bangga. "Kamu tampak gagah, Le."Rey tertawa kecil. "Bu, biasa saja. Jangan berlebihan. Rey jadi malu." Dia memang malu teringat apa yang terjadi semalam.Marni menggeleng. "Nggak bisa biasa. Kamu ini kebanggaan keluarga ini sekarang. "Tukiran yang duduk di ruang depan, sedang membaca Al Qur'an, menoleh pelan. Wajahnya memancarkan kebanggaan yang tak bisa disembunyikan."Tadi malam orang-orang di serambi sudah ribut soal kita yang bakal mantu habis Lebaran," katanya dengan suara berat. "Mereka semua kagum calon mantuku tentara,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status