Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 127. Mana istrimu?

Share

Bab 127. Mana istrimu?

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 03:47:56

"Pak, ngapain kamu nyusul aku?" tanya Marni begitu melihat sosok yang muncul di depan pintu itu.

"Siapa juga yang mau nyusul kamu. Bune. Aku tau kalau kamu ke sini pasti ghak akan pulang- pulang. Kalau ghak ngobrol di sini ya, ngobrol di mana saja yang nyapa kamu. Aku ke sini mau minta penjelasan ke Towirah."

"Laiya, aku kan emang orang penting, Pak. Jadi semua orang suka aku ajak ngobrol."

"Iya, iya, tau. Sekarang kamu diam, aku mau nyapa Pak Kapten. Sama mau tanya Towirah."

"Kapten?"Pandangan Marni segera menuju Alzam.

Pak Tukiran menyeka peluh di dahinya sembari mengangguk ke arah Alzam yang masih duduk di ruang tamu. "Pak Alzam, Anda ya?" sapanya sambil tersenyum lebar dan menyalami Alzam.

Alzam mengerutkan kening, menatap pria paruh baya itu dengan sedikit bingung. "Bapak siapa, ya? Maaf kalau saya lupa."

Tukiran terkekeh pelan. "Wajar kalau Bapak nggak ingat saya. Anda kan baru di Kodim. Jadi belum hafal orang yang sering ke sana, termasuk saya. Tapi saya ingat sekali waktu Bapa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 128. Menguak kecurigaan

    Suara deru motor Tukiran terdengar semakin menjauh, namun suasana di ruang tamu rumah Towirah tak kunjung mencair. Marni masih berdiri di sudut ruangan, tatapannya menusuk ke arah Alzam."Jadi, ini yang sebenarnya?" ulangnya, kali ini dengan nada lebih dingin. "Kamu seorang Kapten, punya istri politisi, dan sekarang tinggal di sini? Istrimu mana?"Towirah dan Wagimin saling berpandangan, seolah mencari dukungan untuk menengahi suasana yang memanas. Namun, sebelum ada yang menjawab, suara keras dari luar rumah mengejutkan semua orang."Marni! Kamu masih di situ saja? Aku pulang, kamu pulang juga!" Tukiran, yang rupanya kembali karena melupakan sesuatu, berdiri di depan pintu. Wajahnya tampak kesal, tapi segera berubah serius ketika pandangannya tertuju pada Marni."Marni, aku minta kamu menyimpan rapat-rapat semua yang tadi kamu dengar di sini," tukasnya tegas, suaranya rendah namun penuh peringatan. "Lani sudah cukup menderita. Jangan kamu tambah masalah ini jadi bahan gosip di desa."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 129. Penawaran

    "Mbak... maafkan aku," kata Senja dengan suara lirih, wajahnya sembab seperti habis menangis. Lani mengangkat pandangannya, menatap anak perempuannya dengan kebingungan bercampur haru."Apa maksudmu, Sayang?" tanya Lani pelan, suaranya hampir bergetar."Aku... aku menyesal nggak mengakui Mbak Lani sebagai ibuku. Aku salah, Bu," ujar Senja lagi, kali ini sambil melangkah lebih dekat. Matanya berkaca-kaca, namun ada keberanian yang terpancar.Lani tak sanggup berkata apa-apa. Ia membuka tangannya, mempersilakan Senja masuk dalam pelukannya. Ketika tubuh mungil itu akhirnya berada dalam dekapannya, Lani menangis sejadi-jadinya."Senja, Ibu nggak pernah marah. Kamu selalu jadi anak Ibu. Kamu tahu itu, kan?" bisiknya di telinga anaknya. Senja mendongak. Senja hanya menjawab dengan isakan, tanpa berkata apa-apa lagi.Lani terbangun dengan tiba-tiba. Napasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia menyeka air mata yang entah kapan mulai mengalir. Matanya menyapu kamar ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 130. Kedekatan

    Minggu sore itu terasa sunyi. Di ruang tamu rumah Alzam, Agna duduk di sofa panjang, mengenakan gaun kasual berwarna biru pastel. Jemarinya memainkan ujung bantal kecil di pangkuannya, sementara tatapannya terus mengarah ke jendela besar di depan. Jalanan di luar sepi, hanya sesekali terdengar suara motor melintas.Ponsel yang tergeletak di meja kecil di sampingnya tiba-tiba bergetar. Nama "Arhand" muncul di layar. Agna menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak, sebelum akhirnya menjawab. Apa yang terjadi padanya dan Arhand kapan hari di cafe, membuatnya merasakan sensasi yang luar biasa. Namun begitu, jauh di lubuk hatinya, dia merasa itu tidaklah benar. Aku punya suami, apa kata orang jika mengetahui justru aku yang selingkuh dengan bermain api dengan Arhand, bathinnya."Agna,..""Ya?" suaranya terdengar pelan tapi ragu."Sedang apa?" tanya Arhand dari seberang telepon. Suaranya terdengar akrab, hampir seperti seorang kekasih yang sedang memeriksa keadaan.Agna melirik lagi ke jendela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 131. Sepercik harapan

    Malam itu, lampu kamar Alzam menyala redup. Agna melangkah pelan ke pintu kamar yang sedikit terbuka, seolah takut membangunkan suaminya. Ia mengintip ke dalam, memperhatikan Alzam yang tertidur lelap di atas ranjang. Wajahnya terlihat damai, tubuhnya yang kekar terekspos karena ia hanya mengenakan sarung setelah sholat Maghrib dengan baju atas yang sudah diletakkan di gantungan baju sisi pintu. Agna menelan ludah, matanya tak lepas dari dada bidang itu. Untuk sesaat, ia merasa seperti seorang gadis muda yang tengah menatap cinta pertamanya, meski ia tahu perasaan itu salah.Namun, benarkah ini salah? batinnya bertanya. Bukankah dia suaminya? Pria yang dulu ia nikahi dengan harapan meningkatkan karier politiknya. Tapi kini, sesuatu yang lain tumbuh. Perasaan yang perlahan mengambil alih, membuat hatinya bergejolak. Apakah ini cinta? Atau hanya cemburu yang tak terkendali?Agna melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Udara di kamar terasa dingin, tapi tubuhnya justru terasa panas. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 132. Rencana terselubung

    Lampu kamar Lani remang, menciptakan bayangan lembut di dinding. Suara detak jam terdengar jelas dalam keheningan malam. Ia terbangun saat merasakan kehangatan di pinggangnya. Mata Lani terbuka perlahan, dan ia menoleh."Mas, kenapa malam-malam begini kamu kemari?" tanyanya setengah bingung, melihat Alzam yang memeluknya erat dari belakang.Alzam tidak menjawab langsung. Ia memandang Lani dengan intens, wajahnya serius namun lembut. "Aku memikirkanmu terus, Lani. Aku nggak bisa tidur.""Dibilang aku nggak kenapa-kenapa, napa? Bukannya kamu tadi sudah nelpon aku, dan aku sudah bilang aku baikan?" Saat Agna masuk kamar tadi, Alzam memang sedang menelpon Lani.Namun, alih-alih melepaskan pelukannya, Alzam justru mendekatkan wajahnya ke Lani. Matanya menatap dalam ke matanya, lalu jemarinya membelai pipinya pelan."Lani," katanya dengan suara serak, penuh emosi. "Aku nggak bisa berpura-pura. Aku nggak bisa ngelihat kamu sedih, apalagi kalau kamu masih mikirin Senja."Lani terdiam menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 133. Rencana Malam

    Agna menghela napas panjang, menatap mobil Taft di depan matanya. Hatinya penuh rasa kesal, tapi ia menahan diri. Dengan cemberut, ia membuka pintu mobil, duduk di kursi samping pengemudi, lalu diam tanpa berkata apa-apa. Alzam, yang sudah duduk di kursi kemudi, melirik sekilas."Kamu cemberut terus," ucap Alzam datar sambil menghidupkan mesin mobil."Mas tahu aku nggak suka mobil ini, kita pakai untuk acara seperti ini," balas Agna tanpa menoleh. Ia memandang keluar jendela, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya."Kalau nggak suka, turun saja, kamu pikir aku juga suka selalu kamu yang di dekatku, mendampingiku," ujar Alzam sambil mengarahkan mobilnya ke jalan utama. Ucapannya terdengar dingin, tapi ia tetap fokus pada jalan.Agna hanya mendengus, memilih diam. Ia tahu, berdebat dengan Alzam hanya akan membuat suasana semakin buruk. Namun, pikirannya sibuk memikirkan rencananya malam ini. Ia menyentuh tas kecil yang diletakkannya di pangkuan, memastikan sesuatu di dalamnya tetap ada.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 134. Malamku

    Alzam berdiri di dekat meja hidangan, menyendokkan sate ayam ke piringnya. Di sebelahnya, Dandi dan Hanum terlihat asyik berbincang. Hanum, perempuan dengan jilbab biru langit yang terlihat elegan, menyapanya dengan senyum ramah."Selamat, Kapten Alzam. Pujian Pak Bara biasanya selalu ada alasan," ujar Hanum lembut. "Semoga segera menyusul Mayor Wibowo."Dandi, yang sudah lebih dulu memegang piring penuh makanan, menimpali sambil tertawa kecil. "Dia mah pasti bisa. Dan bener kata Hanum,' ucapnya dengan mendekat ke Hanum."Sepertinya baru jadi calon ibu Persit, kamu telah tau banyak hal, Hanum.""Dia kan aktif mengikuti perkembangan banyak hal Kep," dukung Dandi. "Tapi dia ghak salah kan?"Alzam hanya mengangguk. "Masih jalan panjang, Dan. Tapi, terima kasih."Sebelum percakapan berlanjut, Prayit datang dengan senyum cerah. Sosoknya sederhana namun penuh semangat. "Eh, Alzam! Dandi!" serunya, menyalami mereka. "Kapan aku bisa kayak kalian, jadi Kapten? Rasanya susah banget!"Dandi terta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 135. Maaf!

    "Belum lama mereka pergi, kok sudah pulang lagi. Sepertinya Mas Alzam sakit. Aku lihat Mbak Agna merangkulnya berjalan tadi," suara lirih Bu Sarem memecah kegelisahan Lani yang berdiri di ruang keluarga. Wanita paruh baya itu menyeka tangannya dengan celemek, matanya menatap Lani penuh tanya.Lani tersentak, pikirannya yang sejak tadi melayang kembali tertambat ke kenyataan. "Mungkinkah dia sakit, Bu?" gumamnya. "Siang tadi aku lihat dia pulang dari kerja sehat-sehat saja." "Iya ta, Mbak. Tapi wajahnya tadi pucat. Mbak Agna kelihatan buru-buru."Ucapan itu membuat dada Lani semakin sesak. Ia hanya tersenyum kecil pada Mbok Sarem. Langkahnya gontai menuju kamar. Tapi pikirannya terus bergulat. Sakit? Sakit apa yang diderita Mas Alzam? Kenapa dia seperti lemas begitu?Ia berjalan mondar-mandir, kedua tangannya saling meremas. Kecemasan semakin merayapi. Setiap kali memikirkan kondisi Alzam, hatinya berdegup tak karuan. Ia tak bisa menghilangkan bayangan wajah lelaki itu—pandangan mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 225. Arti bahagia

    Langit masih berwarna jingga ketika Alzam dan Lani berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan besar menuju pasar krempyeng. Embun yang menempel di daun pisang di pinggir jalan memantulkan sinar matahari yang mulai merayap naik. Udara pagi terasa segar, membawa aroma khas tanah yang masih basah selepas subuh.Nampak para Ibu sibuk menyiapkan dagangan mereka di psaar krempyeng. Kadang juga melintas truk pengangkut hasil kebun, khususnya saat ini jeruk manis yang dibawa ke kota."Lha, Mas Alzam! Udah bangun pagi-pagi?" seru seorang ibu-ibu yang duduk di depan warungnya, tengah menata tumpukan pisang goreng hangat.Alzam tersenyum lebar. "Iya, Bu. Mumpung libur, sekalian nemenin istri jalan-jalan."Ibu itu terkekeh. "Nah, gitu, to. Istri hamil harus banyak diajak jalan biar sehat. Jangan cuma diajak tidur aja!"Lani tersedak, sementara Alzam malah tertawa lepas. "Tenang, Bu. Saya pastikan istri saya sehat lahir batin," katanya, menepuk pundak Lani dengan jahil."Walau ghak Minggu, dia j

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 224. Keputusan

    Arhand menyulut sebatang rokok. Ujungnya menyala, menciptakan api yang mencium udara malam, dan dengan satu tarikan dalam, asap tebal memenuhi paru-paru. Begitu menghembuskan nafas, seolah ada sesuatu yang pecah di dalam dirinya.Hanya beberapa detik, namun sensasi itu tetap menggantung. Sebelum rokoknya mati perlahan, Arhand menatap kelam ke arah jendela, dan bayangan wajah Agna kembali mengusik ingatannya.Dia ingat bagaimana setiap kali Agna datang, dunia terasa sedikit lebih terang. Tapi kini? Hanya bayangan yang dia rasakan. Agna menjauh. Mengapa Agna menghindariku? Mengapa tidak ada percakapan seperti dulu? Terlebih saat malam aku mendatanginya di rumah Alzam itu yang membuat hatiku sakit.Namun yang lebih parah, mengapa perasaan ini semakin menggigit?Dengan gusar, Arhand membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar."Kenapa kamu begitu, Agna?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Makin lama, kamu makin menjauh."Tapi bukan hanya Agna yang terlintas dalam bena

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 223. Asbak

    Ruangan pemeriksaan itu cukup terang, dengan suara mesin yang bersahutan di sudut ruangan. Lani duduk di kursi panjang dengan tangan memeluk perutnya, sementara Alzam duduk di sampingnya, matanya tak lepas dari wajah Lani. Sebuah rasa khawatir menggelayuti pikiran Alzam. Selama beberapa minggu terakhir, ia sering merasa cemas tentang kehamilan Lani. Apakah semuanya baik-baik saja?Lani melirik Alzam, memberi senyum yang berusaha ia tunjukkan meskipun dalam hati ada perasaan lain. "Jangan khawatir, Mas. Semua akan baik-baik saja," kata Lani pelan, meyakinkan dirinya sendiri lebih tepatnya.Alzam menggenggam tangan Lani dengan lembut, namun cemas masih terlihat jelas di wajahnya. "Aku hanya ingin semuanya lancar, Lani. Aku ingin kalian berdua baik-baik saja."Lani mengangguk. "Kita tunggu saja hasilnya. Dokter pasti bisa membantu." Saat Alzam duduk di kursi menunggu dengan gelisah. Tangannya sibuk memeriksa ponsel, akhirnya menemukan nomor Dandi yang sudah lama tak ia hubungi.Setelah

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 222.

    Agna merasa kelelahan setelah berkeliling kota, mengurus beberapa hal yang sudah lama tertunda. Langkahnya berat ketika ia melangkah menuju rumah Alzam, berharap bisa menemui lelaki itu. Namun, saat ia membuka pintu rumah, hanya ada Mbok Sarem yang sedang duduk di sudut ruang tamu, memandangi piring-piring kosong di meja."Mbak Agna, ada apa?" tanya Mbok Sarem dengan suara pelan.Agna hanya mengangguk dan melangkah lebih dalam, menatap sekeliling rumah yang terasa sepi. Tidak ada suara langkah kaki Alzam, tidak ada obrolan hangat antara dia dan MBok Sarem seperti biasanya. Seharusnya dia ada di sini."Mas Alzam mana?" suara Agna mengeras, tidak bisa menyembunyikan keresahan yang mulai tumbuh dalam dirinya.Mbok Sarem menunduk, tidak berkata apa-apa. Wajahnya tampak cemas, seolah-olah ia sedang berpikir keras bagaimana menjawab pertanyaan Agna tanpa menimbulkan masalah."Mbok, jawab! Di mana Mas Alzam?" Agna mengulang, suaranya semakin tegas, penuh kekesalan.Mbok Sarem terdiam beberap

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 221. Mayor Reynaldi...

    Tawa menggema di dalam restoran. Suasana elegan dengan lampu gantung mewah, pelayan yang sibuk mondar-mandir, dan alunan musik jazz lembut di sudut ruangan, seharusnya membuat siapa pun merasa nyaman.Tapi Agna gelisah. Bukan karena makanan yang tersaji di depannya, atau percakapan teman-temannya yang membahas rapat partai tadi siang.Melainkan karena tatapan itu. Tatapan yang membuatnya tak bisa berhenti dengan menelisik pria yang jauh dari mereka duduk, tepatnya, pria yang berada di meja seberang.Mayor Reynaldi duduk di sana, bersama seorang pria lain berseragam dinas. Mereka tampak serius berbincang, tapi sesekali, Rey mengarahkan pandangannya ke arah Agna.Entah sudah yang keberapa kali.Agna mencoba tidak peduli. Dia meraih gelas, menyesap lemon tea perlahan. Tapi, saat meletakkan kembali gelasnya, mata mereka bertemu lagi. Mayor Reynaldi, diucapkannya kembali nama dengan pangkat di belakangnya itu. Sedikit senyumnya mengembang. Walau tidak tampan, badannya yang tinggi besar d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 220. Barang berharga

    Lani menyandarkan kepalanya ke bahu Alzam, menyusupkan tangannya ke dalam genggaman suaminya. "Jangan bilang mau kasih nama Jawa seperti kebanyakan nama orang sini, ya," guman Alzam saat melihat Lani mengerutkan jidatnya."Jangan bilang juga kamu mau kasih nama ke-Arab-Araban, seperti namamu," kekeh Lani pula.Alzam menatap Lani dengan seringai kecil. "Memangnya kenapa? Nama Arab bagus-bagus, lho. Penuh makna."Lani mencibir, bibirnya mengerucut jenaka. "Terus, kalau anaknya lahir cewek, gimana? Aku kan pengin anak perempuan biar ada temennya Senja.""Ya cari lagi, dong."Alzam mengerutkan kening pura-pura serius. "Daulani… Namamu aneh banget. Apa artinya, sih?"Lani mencubit lengan suaminya, tapi tanpa tenaga. "Dasar! Nama itu ilham dari Ibu sama Bapak. Hargai usaha mereka, dong!"Alzam terkekeh, lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Ya sudah, kita pikirkan nanti. Sekarang…" Dia menatap istrinya dengan tatapan yang mengharap.Lani mendengus. "Ogah. Ngantuk.""Tapi aku kangen banget,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 219. Rindu

    Alzam berjalan cepat keluar dari pabrik, matanya menyapu sekeliling. Lani tidak ada.Biasanya, dia masih duduk di dekat ruang pribadinya, menyelesaikan laporan akhir atau keluar sekadar berbincang dengan orang yang kerja sebelum pulang. Tapi kali ini, tempat itu kosong.Dia menghela napas pelan.Sial, aku terlambat.Ini sudah hari kedua dia tak bertemu istrinya.Tugas tambahan tiba-tiba datang bertubi-tubi. Semuanya seolah menumpuk. Tidak ada yang bisa dia abaikan. Setiap kali dia berpikir pekerjaan akan selesai lebih cepat, selalu ada hal baru yang menahannya.Langkahnya melambat saat sampai di mobil setelah dari markas dia langsung ke pabrik itu, bermaksud bisa bertemu dengan Lani. Kalau pagi Lani pasti belum datang padahal Alzam sudah berangkat ke markas.Diam di rumah terasa lebih panjang dari biasanya. Mungkin karena Lani tidak ada di sampingnya, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada cerita ringan tentang pekerjaannya, atau tawa kecilnya saat membahas bayi mereka yang semakin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 218. Kembali

    Setelah kepergian Agna, Damar berjalan mendekati Vero, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal di samping tubuh. Matanya menatap tajam perempuan itu yang masih berdiri tenang di depan toko suvenirnya."Kenapa bilang ke Agna kalau kamu istriku?" suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi dingin menusuk.Vero menoleh santai. "Kamu keberatan?""Jangan main-main, Vero."Vero menghela napas panjang, lalu menunduk sedikit melihat Diandra yang sedang asyik memainkan gelang kecil yang baru dibelinya. Dia membelai lembut rambut putrinya sebelum menatap Damar lagi."Aku nggak bermaksud apa-apa."Damar mendecak. "Kamu tahu Agna kenal Mira. Gimana kalau dia cerita?"Vero mengangkat bahu. "Ya terus?"Damar menggeram pelan. "Aku serius sama Mira."Ada sekilas perubahan di wajah Vero, tapi hanya sekejap sebelum dia tersenyum miring. "Oh ya? Tapi, sampai sekarang kamu belum menikah, kan?""Baru juga kemarin aku diterima ibunya, Vero."Vero tertawa kecil. "Berarti belum ada kepastian kan?"Damar mengerjap,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 217. Pertemuan tak terduga

    Langkah Agna melambat ketika suara berat menyapanya dari samping."Mau cari apa di sini?"Seketika, detak jantungnya melonjak. Dia menoleh cepat, mendapati sosok pria tinggi besar berseragam berdiri santai dengan senyum tipis di wajahnya. Reynaldi.Mata Agna menyipit, rasa kaget masih tertinggal di ekspresinya. "Apa urusanmu? Mau jalan, kek, mau makan, itu urusanku," ucapnya sengol. Hatinya memang tak lagi baik-baik saja. Sejak kejadian semalam, pikirannya menjadi kacau. Badannya terasa remuk. Dan hari ini, untuk menghilangkan penat, seperti kebiasaannya, dia pergi shopping di mall.Rey tertawa kecil, tak terganggu dengan sikap dinginnya. "Cuma tanya. Siapa tahu aku bisa bantu."Agna menarik napas dalam. Keberadaannya di sini sudah cukup untuk menenangkan pikirannya, dan sekarang pria ini muncul seolah tak ada pekerjaan lain selain membuat Agna makin pusing."Aku butuh tas dan sepatu," jawabnya akhirnya, malas meladeni lebih jauh.Rey mengangguk pelan. "Mau acara apa?""Apa beli sesua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status