Share

Bab 134. Malamku

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 16:55:32
Alzam berdiri di dekat meja hidangan, menyendokkan sate ayam ke piringnya. Di sebelahnya, Dandi dan Hanum terlihat asyik berbincang. Hanum, perempuan dengan jilbab biru langit yang terlihat elegan, menyapanya dengan senyum ramah.

"Selamat, Kapten Alzam. Pujian Pak Bara biasanya selalu ada alasan," ujar Hanum lembut. "Semoga segera menyusul Mayor Wibowo."

Dandi, yang sudah lebih dulu memegang piring penuh makanan, menimpali sambil tertawa kecil. "Dia mah pasti bisa. Dan bener kata Hanum,' ucapnya dengan mendekat ke Hanum.

"Sepertinya baru jadi calon ibu Persit, kamu telah tau banyak hal, Hanum."

"Dia kan aktif mengikuti perkembangan banyak hal Kep," dukung Dandi. "Tapi dia ghak salah kan?"

Alzam hanya mengangguk. "Masih jalan panjang, Dan. Tapi, terima kasih."

Sebelum percakapan berlanjut, Prayit datang dengan senyum cerah. Sosoknya sederhana namun penuh semangat. "Eh, Alzam! Dandi!" serunya, menyalami mereka. "Kapan aku bisa kayak kalian, jadi Kapten? Rasanya susah banget!"

Dandi terta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yeni Safitri
kpn bab selanjut nya author
goodnovel comment avatar
Yeni Safitri
pupus sudah harapan qu cerita bab selanjutnya sudah tidak ada LG Krn ini adalah bab terakhir. disaat" nya aku suka cerita mu tp kamu mengakhiri nya...
goodnovel comment avatar
Yeni Safitri
hampir aja jantung ku yg membacanya hampir copot. syukurlah klu alzam sudah keluar dari jeratan agna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 135. Maaf!

    "Belum lama mereka pergi, kok sudah pulang lagi. Sepertinya Mas Alzam sakit. Aku lihat Mbak Agna merangkulnya berjalan tadi," suara lirih Bu Sarem memecah kegelisahan Lani yang berdiri di ruang keluarga. Wanita paruh baya itu menyeka tangannya dengan celemek, matanya menatap Lani penuh tanya.Lani tersentak, pikirannya yang sejak tadi melayang kembali tertambat ke kenyataan. "Mungkinkah dia sakit, Bu?" gumamnya. "Siang tadi aku lihat dia pulang dari kerja sehat-sehat saja." "Iya ta, Mbak. Tapi wajahnya tadi pucat. Mbak Agna kelihatan buru-buru."Ucapan itu membuat dada Lani semakin sesak. Ia hanya tersenyum kecil pada Mbok Sarem. Langkahnya gontai menuju kamar. Tapi pikirannya terus bergulat. Sakit? Sakit apa yang diderita Mas Alzam? Kenapa dia seperti lemas begitu?Ia berjalan mondar-mandir, kedua tangannya saling meremas. Kecemasan semakin merayapi. Setiap kali memikirkan kondisi Alzam, hatinya berdegup tak karuan. Ia tak bisa menghilangkan bayangan wajah lelaki itu—pandangan mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 136. Haruskah kutanyakan

    Lani mendesah pelan, tubuhnya menggigil dalam balutan udara dingin malam walau selimut tebal membungkus dirinya dengan Alzam yang tidur memeluknya. Jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia memandangi Alzam yang terbaring dengan wajah tenang, meski ada bekas kecemasan yang samar di wajahnya. “Mas…” panggil Lani.Alzam hanya bergeming. Ia seperti terjebak dalam tidur lelap. Lani meraih baju di dekat tempat tidur, lalu duduk di tepi tempat tidur, menggoyangkan pundak Alzam dengan lembut. “Mas, bangun. Kita belum salat Isya’, kan?”Alzam menggerakkan kepalanya sedikit, tapi matanya tetap terpejam.“Mas, bangun. Salat dulu,” kata Lani lagi, kali ini dengan nada sedikit mendesak.Tak ada respons. Lani mencoba lagi, kini dengan menggoyang tubuhnya lebih kuat.“Mas, kita belum salat, bangun.”Masih tak ada jawaban. Akhirnya Lani ke kamar mandi. Melaksanakan mandi besar. Lalu kembali duduk di sisi Alzam, kali ini dengan mendekatkan rambutnya ke wajah Alzam. “Masih ghak mau bangun?” Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 137. Hancur

    "Kamu gila, Arhand. kenapa kamu bawa aku ke sini?"Suara Agna melengking sambil menahan tangis. Dia memukul Arhand setelah terbangun."Aku tak punya pilihan, Agna. Kamu memaksa aku melakukan ini.""Memaksa? Kapan aku memaksamu?" Agna kembali menghentakkan tangannya ke dada Arhand, tapi pria itu tak bergeming. Air matanya mengalir deras. "Kamu sudah menghancurkan aku, apalagi yang kamu mau?"Arhand menarik Agna ke pelukannya, meskipun dia meronta sekuat tenaga. "Maafkan aku, Agna. Cemburuku melakukan ini padamu. Aku sama sekali tak menyangka, tiga bulan kamu menikah, kamu masih virgin." Suaranya rendah seperti berbisik.Agna kembali memukul dada Arhand dengan keras, berusaha menjauhkan diri. "Kamu menjijikkan, Arhand! Kamu telah merenggut sesuatu yang tak seharusnya menjadi milikmu. Sesuatu yang bisa aku jadikan alat untuk mendapatkan Alzam."Pernyataan itu membuat Arhand membeku. Dia menatap wajah Agna dengan terkejut. "Apa maksudmu?"Agna mengusap wajahnya yang basah dengan punggung t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 138. Menuntut

    "Sayang, tidak adakah makanan untukku?" tanya Alzam."Kalau makanan ada saja, sih, Mas. tapi, kalau nanti Agna membuat sarapan untukmu bagaimana?""Aku ingin kamu yang buatkan aku sambal trasi, Lani. Kamu kan pasti menyimpan tempe di kulkas, buatkan saja aku penyetan tempe itu." Alzam memang tau Lani mengkonsumsi tempe dengan cara di tem untuk perkembangan otak bayinya hinggah dia selalu menyimpan tempe di kulkas."Mas,.. bukannya aku ghak mau, tapi Agna nanti,..""Ayolah, aku mau makan sambal buatanmu." Sebuah kecupan di kening pun membuat Lani luluh.Dengan mendengus kesal, Lani akhirnya membuat apa yang diminta Alzam. Ikan asin kesukaannya pun telah disiapkan. Tak lama, Alzam sudah makan dengan lahapnya. Sampai tidak menoleh saat ada seseorang yang masuk.Agna membuka pintu rumah Lani tanpa mengetuk. Wajahnya memerah menahan amarah, dan langkahnya menghentak di lantai marmer. "Mas, kamu di sini rupanya!" serunya, suaranya penuh kemarahan.Alzam, yang sedang makan di dekat Lani,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 139. Aku menemuimu

    "Lho, Mas, kenapa masih ke sini? Aku pikir tadi kamu sudah berangkat," ucap Lani sambil menyongsong Alzam yang terlihat masuk."Aku khawatir dengan kamu dan anak kita, Sayang. Apa bener dia baik- baik saja?""Aku sudah baik, Mas, ghak perlu khawatir. Aku bahkan bisa menaruh piring ini ke bak cucian, biar nanti Bu Saren yang masih bersih- bersih di sebelah, agak ringan kerjanya."Yakin jagoanku ghak kenapa-napa?" Alzam segera menundukkan wajahnya ke perut Lani lalu mencium perut Lani yang sudah sedikit terlihat menonjol. Setelah berdiri, ciumannya beralih ke keningnya."Ehem!" Dia baru menyadari kalau masih ada budenya tak jauh dari dapur.Alzam menatap Marni lalu menunduk malu. " Aku pikir Bude tadi di depan."Marni cuma tersenyum, untuk kesekian dengan senyumnya yang tulus setelah melihat penderitaan cinta Alzam dan Lani."Jaga dirimu baik-baik, Mas," ucap Lani dengan suara lembut. Tangannya terulur mengancingkan kerah seragam Alzam yang belum rapat."Justru aku yang harus mengucapk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 140. Keceplosan

    Siang itu, suasana rumah terasa sunyi. Lani berjalan mondar-mandir di ruang tengah, sesekali melirik jam dinding. Alzam sudah berjanji akan pulang siang dengan WA singkatnya tadi, tapi entah kenapa hatinya gelisah. Pikirannya tak bisa lepas dari percakapan dengan Reynaldi tadi pagi.Langkah kaki Alzam terdengar di depan pintu belakang seperti yang dia sering lakukan jika ke rumah yang ditempati Lani. Lani segera membuka, menyongsong suaminya yang berdiri tegap dengan seragam dinas. Wajah Alzam terlihat lelah, tetapi senyumnya tetap terlukis hangat."Apa terjadi sesuatu sampai kamu meneleponku berkali-kali?" tanyanya, nada khawatir tercampur heran. Namun Lani masaih diam."Sayang,.. jagoanku kenapa? Atau kamu yang sakit?" lanjutnya bertubi-tubi, membuat Lani semakin tak kuasa menahan perasaan.Lani hanya menatapnya, matanya mengaca. Ia ingin bicara, tetapi kata-kata seolah tertahan di tenggorokan. Tak mampu mengutarakan kata-katanya hinggah dia hanya merangkul Alzam dan membenamkan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 141. Masa lalu

    Lani menatap layar handphone-nya. Sejak kepergian Alzam kemarin, dia tak berhenti menatap layar alat itu. Dia juga mencoba menghubungi Alzam, tapi selalu tak aktif. Semalaman bahkan dia bangun berkali-kali dan memohon akan keselamatan suaminya. "Asalamualaikum, Bu," akhirnya Lani menelpon ibunya."Waalaikumussalam, Nak. Kamu di mana?""Di pabrik ini, Bu.""O, ya,.. kapan hari Mira diantar budemu ke sana.""Iya, Bu. Sekarang dia sepertinya bahagia kerja di sini," ucap Lani dengan menatap Mira di ruangannya. Dia bahkan terlihat cekatan."Sukurlah, Dhuk.""Tapi Lani ghak bisa bawa Mira tinggal di rumah Lani, Bu. Kamarnya cuma dua. Lagian ghak enak sama Mas Alzam. ""Iya, ghak apa, Dhuk.""Ada khabar Senja, Bu?" "Ghak ada, Dhuk. Tiap Ibu coba telpon nomernya ghak aktif.""Sepertinya dia tidak pakai nomer itu lagi, Bu. Saya juga sudah coba telpon Ummi, tapi Ummi bilang suruh biarkan Senja tenang duluh.""Kamu ghak usah banyak kikir, Dhuk. Dia akan baik-baik saja. Pikirkan saja anak yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 142. Bayangan

    "Arhand?" Agna berdiri dengan wajah kaget, melihat sepupu suaminya itu berdiri di sana dengan santai, seperti tidak ada yang salah. Wajah tampannya bahkan menyunggingkan senyum."Selamat pagi, Agna. Cantik sekali seperti biasa," ucap Arhand sambil melangkah mendekat."Kamu ngapain di sini? Ini kantorku! Pergi sekarang juga sebelum aku panggil keamanan!" seru Agna, suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan akan malam itu yang mungkin akan diketahui orang kantornya. Walau di lingkungannya hal seperti itu juga bukan hal yang tabu dilakukan rekan-rekan kerjanya.Arhand tersenyum sinis. "Tenang, aku cuma mau ajak kamu ngoborol. Habisnya saat kamu aku telpon tidak kamu tanggapi. Padahal aku ingin sekai bisa bicara denganmu, Agna. Aku kangen. Apalagi setelah... kejadian malam itu."Wajah Agna memerah, baik karena malu maupun marah. "Kamu menjebak aku! Itu bukan sesuatu yang pantas dibanggakan dan dibicarakan, Arhand!""Panggil apa saja, jebakan, rencana, atau bahkan takdir," bala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 203. Aku bukan barang

    Malam itu, langkah kaki Alzam terdengar berat saat ia memasuki rumah Lani. Pintu utama sudah terbuka, menandakan seseorang masih terjaga. Di dalam, suara TV samar mengisi keheningan.Wagimin, ayah Lani, duduk di ruang tengah, mengenakan sarung dan kaus oblong, memegang segelas teh hangat. Wajahnya sedikit terkejut melihat menantunya muncul dengan koper dan raut wajah yang sulit ditebak."Ada kejadian apalagi dengan kalian. Siang tadi Lani membawa koper besar, begitu pun sekarang kamu yang bawa koper. Memang kalian mau pindah ke rumah ini?" Agak menahan senyum Wagimin melihat menantunya itu tertunduk. Baru beberapa menit lalu dia begitu resah, walau secercah keyakinan yang tadi dia pendam itu kini telah tampak. Dia tau Alzam bukanlah orang yang tidak bertanggungjawab. Cintanya pada Lani telah teruji dengan banyak hal. Dan itu tak pernah menggoyahkan menantunya untuk tetap bersama putrinya.Lani memang hanya berkata kalau dia kangen tinggal di rumah mereka, namun dia tau, ada hal yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 202. Pengorbanan

    "Jadi benar dia pergi, Mbok?" tanya Alzam setelah pulang dan segera menuju kamarnya, walau dia telah tau, satu dari beberapa point di perjanjian itu disebutkan, Lani harus meninggalkan rumahnya . Mbok Sarem mengangguk dengan air mata yang sudah tumpah. Alzam kembali ke kamar, menatap foto Lani dan diriny, setelah membaca surat yang ditinggalkan Lani. Kenapa kaulakukan ini padaku, Lani? Kenapa engkau tak sabar menungguku mendapatkan bukti itu? Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, bahkan tidur pun, aku tak bisa tanpa melihatmu di sini. Walau itu hanya sekedar menatapmu. Alzam segera menanggalkan seragamnya dan berganti dengan busana kasual. Diraihnya jaket yang tergantung di almari. Namun belum juga melangkah, dia dikejutkan dengan datangnya Agna di pintu kamar itu."Kenapa kamu kemari? Kamu boleh menempati rumah itu, tapi bukan ke sini!" Raut muka Alzam memerah oleh kemarahan yang ditahannya."Rupanya kamu tidak membaca dengan jelas perjanjian itu, Mas."Prak! Alzam melemparkan kunci

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 201. Jaminan

    Langkah Alzam terdengar berat saat memasuki ruangannya. Ia menutup pintu dengan keras, lalu meletakkan tangannya di meja sebelum tiba-tiba menggebraknya. Napasnya memburu. Pikirannya kacau. Apa yang telah dia rencanakan seolah luntruh begitu saja. Dandi yang baru kembali dari kantin langsung membuka pintu tanpa mengetuk. "Hei, kenapa ngamuk? Ada masalah?" tanya dengan memegang lengan alzam, berusaha menenangkan sahabatnya itu.Alzam menatapnya tajam. "Masalah besar, Dan."Dandi yang masuk tapi matanya masih menatap penghuni markas yang lalu lalang, segera menutup pintu. "Ceritakan. Apa lagi kali ini? Ada yang aneh dari panggilan Komandan?"Alzam menekan pelipisnya. "Semua ini ulah Agna. Aku nggak habis pikir. Dia datang ke komandan, memohon supaya aku dikembalikan ke markas. Bahkan, dia bilang rela kalau aku menikahi Lani secara resmi."Dandi terperangah. "Serius? Itu niat baik banget. Tapi kenapa?""Apa aku bisa bebas dari Agna kalau ini tetap begini? Aku hanya ingin bebas darinya,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 200. Pamit

    Lani melipat secarik kertas dengan hati-hati sebelum meletakkannya di meja rias, tepat di tempat biasa ia meninggalkan pesan untuk Alzam. Meski sebenarnya ini bukan sesuatu yang mendesak, ia merasa perlu memberitahukan niatnya."Bu Sarem," panggil Lani ketika keluar dari kamar. Ia melangkah menuju dapur, tempat wanita tua itu tengah sibuk menyiapkan makanan.Mbok Sarem menoleh sambil mengusap tangannya dengan kain lap. "Ada apa, Nduk? Wajahmu kok kelihatan seperti orang kepikiran."Lani mencoba tersenyum. "Aku mau ke rumah orangtua sebentar. Ibu bilang rindu, sudah lama aku nggak pulang."Mbok Sarem memandanginya sejenak, menatap koper besar yang dibawa Lani, lalu menyipitkan mata. "Rindu atau ada yang lain? Mbok ini sudah tua, tapi belum pikun, Lani. Ada apa sebenarnya? Jangan kamu kira Ibu bodoh dengan koper besar yang kamu bawa itu, Dhuk." Mbok Sarem mengusap pelunya. "Kamu akan lama di sana kan? Atau bahkan ada asesuatu yang membuatmu tak akan kembali ke sini?"Lani terdiam sesaa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 199. Istri hebat

    "Mas, kamu udah siap?" tanya Lani begitu melihat Alzam memakai kembali seragam militernya.Alzam berbalik dari cermin dan menatap ke arah Lani. Sementara Lani membenarkan kancing bajunya, lelaki itu hanya menatapnya tanpa kedip."Mas, jangan terus memandangiku, apa kamu tidak bosan?""Apa kamu mau aku bosan kepadamu?" Alzam mulai meletakkan tangannya di pinggang Lani. Lalu mengusap perutnya. Lani hanya tersenyum. "Bukannya setiap satu tatapanku padamu akan menggugurkan dosa-dosa kita?""Ih, bisa ceramah kamu!" Alzam terkekeh. "Putraku, Ayah pergi duluh, ya. Tolong jaga Bunda baik-baik sampai Ayah kembali. Jangan biarkan dia ke mana-mana sebelum Ayah pulang."Lani sejenak tersentak dengan kata-kata Alzam. Apa yang dia rasakan? Apakah dia tau kalau aku akan pergi? bathin Lani bingung."Sayang, kamu kenapa?" Alzam mengangkat dagu Lani yang tertunduk. Sebuah ciuman dia daratkan di bibirnya."Enggak, Mas. Aku ikut bahagia dengan kebahagiaanmu ini.""Mudah-mudahan setelah ini kita akan ba

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 198. Babak Baru

    "Ayo, kita jalan-jalan sebentar. Aku butuh suasana baru." Alzam menarik Lani ke dalam pelukannya."Mau ke mana?" "Ke pasar sore," jawab Alzam sambil menatap Lani penuh cinta.Lani tersenyum tipis, meski hatinya masih bergelut dengan keputusan yang baru saja dia ambil. "Ke pasar sore?" tanyanya sambil melirik suaminya.Alzam mengangguk, matanya berbinar ceria seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru. "Iya, aku mau potong rambut. Besok aku ada panggilan dari komandan. Barusan beliau telepon."Lani terdiam sejenak. Kabar itu membangkitkan perasaan campur aduk di dalam dirinya. Ada kebahagiaan untuk Alzam, tapi juga kegetiran yang sulit disembunyikan. "Kamu terlihat senang," komentarnya akhirnya.Alzam tertawa kecil, menggenggam tangan Lani erat. "Tentu saja. Ini kesempatan yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Aku bisa meneruskan karierku, Lani. Naik pangkat itu bukan hal yang datang setiap hari, walau itu kini aku tak bisa terlalu berharap setelah kejadian ini.""Baik, aku

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 197. Tandatangan

    Kopi panas di cangkir Damar mengepul, aroma pahitnya samar bercampur harum teh melati yang dipesan Mira. Diandra duduk manis di kursinya, menggoyang-goyangkan kaki sambil memainkan sedotan plastik dari es krimnya. Suasana hangat terjalin di antara mereka, meskipun ada ketegangan kecil yang sulit diabaikan.Mira diam. Lani hanya mengamati dengan tenang, membiarkan kedua orang itu berbicara."Tapi," suara Mira kembali terdengar. "Kamu tahu kan, Damar? Seberapapun besarnya cintamu untuk Diandra, seorang anak tetap butuh ibunya."Damar menatap Mira dalam. "Aku tahu, Mira. Tapi aku tidak ingin memberinya sosok ibu yang tidak benar-benar ada untuknya. Aku lebih baik sendiri daripada membiarkan Diandra mengalami hal yang sama lagi."Suara Damar terdengar berat, nyaris bergetar. Mira menunduk, mengusap telapak tangan yang berkeringat."Lalu, apa yang kamu harapkan dariku?" tanyanya pelan.Damar menarik napas panjang. Dia menoleh ke arah Diandra yang kini sibuk menggambar lingkaran kecil di me

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 196. Menanti jawaban

    "Mas," panggil Lani pelan.Alzam melipat koran dan menatapnya. "Ada apa?""Aku... mau keluar sebentar. Mira janji ketemuan di kafe sama Damar." "Kenapa nggak suruh dia ke sini saja?"Lani menggeleng. "Ada yang ingin dia bicarakan, dan sepertinya lebih nyaman di luar."Alzam terdiam sesaat, lalu mengangguk. "Oke, aku antar.""Tapi aku sudah minta Pak Surip. Lagipula ini urusan biasa, nggak perlu repot-repot."Ada kerutan di dahi Alzam, tapi ia hanya menatap Lani beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi kalau ada apa-apa, kabari aku."Lani tersenyum tipis. "Terima kasih, Mas." Sebuah ciuman didaratkan Lani di pipi Alzam, membuat alzam malah menariknya dan menghadiai Lani ciuman di bibirnya.Mobil melaju pelan di jalan yang agak lengang. Pak Surip, supir pabrik yang biasa mengantar Lani untuk urusan kerja, duduk tenang di belakang kemudi. Sementara itu, Lani dan Mira berbincang ringan di jok belakang, sesekali tertawa kecil."Jadi, Damar ngajak ketemu lagi?" Mira men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 195. Permohonan

    Pagi baru saja merayap ketika Alzam keluar dari kamar mandi dengan handuk tergantung di bahunya. Ia berhenti sejenak, menatap Lani yang masih terbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya hingga dada. Wajah Lani terlihat pucat di bawah sinar redup lampu tidur."Kamu sakit?" tanya Alzam, suaranya dipenuhi kekhawatiran. Ia mendekat, duduk di sisi tempat tidur, lalu menyentuh kening Lani.Lani membuka mata perlahan, menatap Alzam dengan sorot lemah. "Nggak apa-apa. Cuma sedikit pusing," jawabnya lirih."Apa karena Adik yang bikin kamu pusing?" Alzam memegang perut Lani "Adik, jangan nakal, ya. Kasihan Bunda kesakitan," ucapnya lalu terkekeh saat menyadari bayi yang dipegangnya bergerak. "Dia denger, Sayang."Lani ikut tersenyum melihat kekonyolan Alzam."Tunggu sebentar, aku ambilkan air hangat," kata Alzam sambil bangkit setelah memegang kening Lani dan tidak mendapati Lani demam seperti dugaannya."Mas," panggil Lani pelan, membuatnya berhenti di tengah langkah. "Nggak per

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status